AWAS bahaya styrofoam! Itulah ''pekik'' selebaran yang dibagikan kepada pengunjung restoran McDonald's di Jalan Thamrin, Jakarta, 5 Juni lalu. Penyebar selebaran adalah serombongan pemuda yang mengenakan baju dan kaos oblong bertuliskan pesan-pesan lingkungan. Mereka menamakan diri Komite Pemuda Peduli Lingkungan Hidup (KPPLH). Semula tamu-tamu McDonald's tampak gentar. Mereka menyangka pemuda-pemuda itu akan berbuat onar. Ada yang segera meninggalkan hamburger atau jenis fast food lainnya begitu saja. Padahal, sudah lunas dibayar. Fast food atau makanan yang bisa dipesan dengan cepat itu memang sedang populer di sini. Yang diprotes pemuda-pemuda KPPLH itu bukan fast food-nya, tapi kemasannya. Dan ada alasan yang serius di balik protes itu. Setelah dengan sopan memesan makanan dan minuman kepada pelayan McDonald's, pemuda-pemuda itu lalu meminta agar memindahkan makanan yang semula terletak dalam kemasan busa gabus ke dalam karton atau gelas kaca yang mereka bawa sendiri. Setelah itu, mereka kembali membagi-bagikan selebaran. Alinea pertama dari selebaran itu berbunyi sebagai berikut. ''Anda tentu mengetahui, busa putih yang biasa dipergunakan untuk melindungi peralatan elektronik dalam kardus, untuk dekorasi dalam etalase toko, atau sebagai bahan pembuat gelas, kotak makanan, dan sebagainya. Itulah yang dinamakan styrofoam.'' Kemasan warna putih yang tampak bersih itu, menurut Suwardi Hagani, Ketua KPPLH, menyimpan bahaya besar. Styrofoam, menurut Suwardi, tidak dapat didaur ulang oleh bumi. Filter rokok hanya membutuhkan 5 tahun untuk didaur ulang oleh bumi, kantong plastik 20 tahun, kaleng minuman 100 tahun, sedangkan styrofoam perlu jutaan tahun. Dan bila dibakar, styrofoam akan mengeluarkan asap yang dapat menimbulkan hujan asam. Berarti sama berbahaya dengan radiasi ledakan nuklir yang juga menyebabkan hujan asam. Ozon pun terancam, karena styrofoam mengandung clhoroflurocarbon (CFC), yakni zat kimia yang juga terkandung dalam AC dan hair spray. Pokoknya, busa yang bahan dasarnya dari polyesterkarbon itu dan oleh sebab itu beracun adalah ancaman serius bagi lingkungan. ''Namun, sedikit sekali yang menyadarinya,'' ujar Suwardi, yang sehari-hari adalah mahasiswa arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia. ''Para pembela lingkungan pun asyik dengan isu limbah pabrik dan sampah plastik,'' katanya lagi. Karena alasan itu, Suwardi memimpin kawan-kawan sekampusnya untuk menyatroni McDonald's dan berbagai restoran lainnya. Misinya, menghentikan pemakaian styrofoam. ''Ingat, rumah-rumah makan di luar negeri sudah meninggalkannya,'' Suwardi menambahkan. Ia pun menganjurkan agar McDonald's memakai kemasan kertas, yang lebih mudah didaur ulang. Bambang N. Rachmadi, Direktur Pengelola McDonald's, tak memungkiri pemakaian styrofoam. ''Harganya murah, jauh lebih murah dari plastik atau karton. Di samping tahan panas, styrofoam juga praktis. Sekali pakai, lantas dibuang,'' katanya kepada Indra dari TEMPO. Tak dijelaskan olehnya apakah ia akan membuang kemasan styrofoam dan menggantikannya dengan kertas. Tak jelas pula, apakah kemasan styrofoam merupakan kemasan standar yang ditetapkan oleh markas besar McDonald's di Amerika Serikat. Priyono B. Sumbogo
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini