Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Panggung megah di Istora Senayan pada Sabtu, 16 November 2024 menjadi saksi perjalanan musikal sang penyanyi, komposer, sekaligus musisi multitalenta, Isyana Sarasvati. Tepat pukul 20.10 WIB, acara bertajuk ‘Lost in Harmony: A Decade Live Concert’ dimulai. Isyana muncul dari tengah panggung–mengenakan gaun merah panjang berkilau, dengan rambut hitam panjang tergerai, serta sentuhan eyeshadow merah menyala.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penampilan pembukaannya adalah ‘Je veux vivre’ dari opera Romeo et Juliette karya Charles Gounod. Lagu klasik tersebut dinyanyikan Isyana dengan teknik seriosa, diiringi musik orkestra yang dipandu Avip Priatna yang semakin menambahkan kekuatan artistik dan emosional pada konser ini, terutama pada bagian-bagian klasik yang menjadi identitas awal perjalanan Isyana.
Transisi dan Lintas Genre Isyana Sarasvati
Setelah pembukaan yang megah, Isyana membawa penonton masuk ke dimensi musikal lainnya dengan ‘Sikap Duniawi’ yang meramu genre musik klasik dengan metal. Penyanyi kelahiran 1993 itu tampil dengan gaun hitam selutut berbahan brokat, ia memainkan piano diiringi para penari latar bertudung merah yang menambah kesan teatrikal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Transisi ke pop terasa mulus melalui ‘Tetap Dalam Jiwa’ yang diikuti gemuruh nyanyian penonton, sementara ‘All or Nothing’ menampilkan aksi Isyana memainkan synthesizer merahnya. Dalam ‘Lembaran Buku’ hingga ‘Winter Song’, ia mengkombinasikan alunan musik jazz, sebelum akhirnya masuk ke progressive rock dalam lagu ‘my Mystery’.
“Ini adalah konser yang monumental dan spesial. Kalian tidak akan pernah melihat look ini lagi,” ujar Isyana, menyapa para penggemarnya–Isyanation. Ia juga menyampaikan terima kasih karena telah mendukung karyanya selama satu dekade terakhir. “Terima kasih semua buat teman-teman yang hadir di sini, sudah menyaksikan 10 tahun berkarya. Ini adalah semua gabungan para pendengar aku,” kata dia.
Penyanyi Anggun C. Sasmi saat berduet dengan band death metal DeadSquad dan Isyana Sarasvati, membawakan lagu ‘Il Sogno’ di Konser Lost in Harmony di Istora Senayan, Jakarta, 16 November 2024. TEMPO/Jasmine
Eksplorasi genre musik yang berani menjadi ciri khas Isyana. Kolaborasi dengan DeadSquad dalam ‘Il Sogno’ memberikan suguhan penampilan yang eksplosif—harmoni piano Isyana berpadu sempurna dengan vokal khas Anggun C. Sasmi dan distorsi gitar ala metal. Euforia semakin memuncak saat Marty Friedman, gitaris legendaris asal Amerika Serikat, muncul untuk memainkan ‘my Mystery’ menghasilkan duet epik antara gitar elektrik dan synthesizer.
Tak hanya pertunjukan musik dan aksi panggung, pergantian kostum juga menjadi salah satu elemen penting yang mencerminkan transformasi musikal Isyana. Dari gaun merah panjang, gaun hingga celana panjang merah dengan korset menghadirkan suguhan visual yang padu, terutama simbolisme warna merah yang lekat dengan karakter Isyana.
Kolaborasi dan Kejutan Spesial di Konser Isyana Sarasvati
Sederet musisi ternama turut memeriahkan malam itu. Afgan tampil mengejutkan dalam duet di lagu ‘All Over You’. Mengenakan jaket kulit merah marun, suara Afgan berpadu sempurna dengan Isyana. Sementara Mahalini menyuguhkan penampilan solo dengan lagu ‘Sekali Lagi’. Penampilan Vidi Aldiano di lagu ‘Pesta’ dan kolaborasi dengan Rendy Pandugo dalam ‘Mad’ memperlihatkan berbagai sisi Isyana dalam berekspresi melalui genre musiknya. GAC kemudian menutup kolaborasi tersebut dengan lagu ‘Heaven’ dan ‘Terpesona’.
Konser ditutup dengan ‘Pendekar Cahaya’ dan ‘Lexicon’, dua lagu yang menjadi simbol kedewasaan musikal Isyana. Selama sekitar 3 jam, Isyana menghidupkan kembali lebih dari 20 lagu dari empat album yang telah dirilis, yakni Explore! (2015), Paradox (2017), LEXICON (2019), hingga album self-titled ISYANA (2023). Konser ini tak hanya menjadi perayaan satu dekade perjalanan karier Isyana, melainkan juga sebuah retrospeksi dari perjalanannya di dunia musik hingga saat ini.