Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Gadis Pembangkang dari Chicago

Film fantasi remaja yang digadang-gadang akan meneruskan sukses Hunger Games.

14 April 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Divergent
Sutradara: Neil Burger
Skenario: Evan Daugherty, Vanessa Taylor, berdasarkan novel Divergent karya Veronica Roth
Pemain: Shailene Woodley, Theo James, Ashley Judd, Kate Winslet

Ini Chicago masa depan. Kota distopia yang terisolasi dari dunia luar dan menjalankan semacam masyarakat kelas. Penghuni kota ini dibagi dalam lima faksi: Abnegation untuk orang yang murah hati (bertugas menjadi pelayan masyarakat), Amity buat yang cinta damai (jadi petani), Candor untuk yang jujur (hakim), Dauntless yang pemberani (polisi), dan Erudite buat yang cerdas (ilmuwan).

Tris Prior (diperankan oleh Shailene Woodley) adalah gadis yang dibesarkan di faksi Abnegation. Dia dididik untuk jadi orang yang ramah dan penolong, tapi lebih suka menonton para pemuda Dauntless, yang bertato dan tak kenal takut, meloncat dari kereta api yang sedang berjalan saban pagi.

Tris kini berusia 16 tahun dan, seperti remaja sebayanya, harus mengikuti suatu ujian untuk kemudian memilih akan bergabung ke faksi mana. Menit-menit awal film ini seperti film drama biasa tentang keluarga sederhana yang rukun. Ibu Tris, Natalie (Ashley Judd), menggunting rambut putrinya sebelum Tris dan kakaknya, Caleb (Ansel Elgort), berangkat ujian.

Ujian itu berlangsung secara virtual. Setelah meminum semacam cairan, Tris seolah-olah berada di suatu tempat dan menghadapi berbagai masalah, seperti diserang anjing ganas dan diserbu burung-burung hitam. Dia lolos dari semua ujian itu. Namun Tori (Maggie Q.), petugas dari Dauntless yang mengujinya, melihat bahwa cara Tris menyelesaikannya berbeda dengan kebanyakan remaja. "Kesimpulanku," kata perempuan penguji bertato elang itu, "kamu menunjukkan bakat yang sama untuk Abnegation, Dauntless, dan Erudite. Orang semacam ini disebut… Divergent." Divergent adalah orang-orang yang berbeda, kaum pembangkang yang tak cocok di faksi mana pun dan dianggap berbahaya.

Ketika hari pemilihan faksi tiba, Tris ternyata memilih Dauntless. Artinya, dia harus melepaskan hubungan dari orang tuanya di Abnegation. Dauntless adalah kaum pemberani yang keras. Untuk masuk faksi ini, Tris harus ikut latihan meloncat dari kereta api, latihan militer. Yang paling menegangkan adalah ketika dia ditantang untuk meloncat dari gedung tinggi ke sebuah lubang gelap di bawah, yang tak diketahui ada apa di dalam kegelapan itu.

Film yang diangkat dari novel karya Veronica Roth ini digadang-gadang sebagai penerus sukses film fantasi remaja sebelumnya, seperti Hunger Games. Divergent memang mirip Hunger Games: sama-sama dibintangi perempuan yang mengikuti nuraninya dan membongkar sistem otoritarian dengan bumbu percintaan remaja.

Kemiripan itu hanya sampai di situ. Tris bukanlah Katniss Everdeen, jago panah dalam Hunger Games yang dibintangi Jennifer Lawrence. Dia bukan jagoan yang atletis. Dia babak-belur ketika melakukan latih-tarung dengan remaja Dauntless lain. Dia tak punya kemampuan supernatural untuk mengalahkan musuhnya. Dia cuma punya keberanian dan kemampuan alamiah untuk membedakan mana yang nyata dan khayalan. Yang terakhir inilah yang membuatnya ditakuti para pemimpin kota itu, khususnya ­Jeanine Matthews (Kate Winslet), pemimpin Erufite yang ingin mengendalikan masyarakat dengan efek halusinasi dari cairan kimia. Film ini adalah metafora dari kehidupan remaja yang sedang menghadapi transisi menjadi dewasa.

Sayang, karakter Tris dalam film ini kurang berkembang. Shailene Woodley butuh kerja keras untuk menghasilkan karakter Tris sekuat Katnis. Karakter Tris bisa dimatangkan dalam dua sekuelnya, Insurgent dan Allegiant. Kate Winslet, yang kali ini menjadi tokoh antagonis, juga seperti kehilangan tenaga. Aktingnya datar saja dalam memerankan sosok ilmuwan yang haus kekuasaan. Sutradara Neil Burger juga tak menunjukkan kepiawaian dalam mengolah bahan seperti saat dia membuat The Illusionist, yang diangkat dari cerpen Steven Millhauser.

Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus