Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini pada 75 tahun yang lalu, tepatnya pada 28 April 1949, sastrawan Chairil Anwar berpulang di usianya yang masih terbilang muda. Ia dikenang lewat 70 karyanya bahkan disebut sebagai pelopor penyair angkatan 45.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Chairil Anwar adalah penyair jenius kelahiran 26 Juli 1922 di Medan oleh orang tua asal Sumatera Barat bernama Toeloes dan Saleha. Berdasarkan alharaki.sch.id, sejak kecil, Chairil Anwar sangat suka membaca. Ia mengenyam pendidikan sekolah dasar di Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Kemudian melanjutkan pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketika berusia 15 tahun, ia berkeinginan kuat untuk menjadi seorang seniman ketika sudah dewasa kelak. Maka saat usianya menginjak 18 tahun, Chairil tidak meneruskan pendidikannya di sekolah. Pada usia 19 tahun, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta). Disanalah Chairil berkenalan lebih dekat dengan dunia sastra dan mulai membuat karya berupa puisi serta syair. Ia juga kerap mengirimkan karyanya ke beberapa penerbitan majalah.
Karya Chairil Anwar
Setelah memublikasikan puisi pertamanya pada 1942, penyair ini semakin giat menulis. Buah karya Chairil dipengaruhi oleh karya pengarang internasional dari bacaan sehari-harinya, seperti Rainer Maria Rilke, W.H. Auden, dan Archibald MacLeish.
Berdasarkan data arsip Direktorat Jenderal Kebudayaan, hasil karya Chairil Anwar terdiri dari puisi dan prosa, baik berupa puisi dan prosa asli, saduran maupun terjemahan. Menurut H.B. Jassin, Chairil Anwar telah menulis 72 sajak asli (satu dalam bahasa Belanda ), dua sajak saduran, 11 sajak terjemahan, tujuh prosa asli (satu dalam bahasa Belanda), dan empat prosa terjemahan. Dengan demikian semua karya Chairil Anwar berjumlah 96 judul.
Kumpulan sajak Chairil Anwar yang pertama kali diterbitkan ialah Deru Campur Debu oleh PT. PEMBANGUNAN Jakarta pada tahun 1949. Kumpulan sajaknya yang ke dua Kerikil Tajam, dan Yang Terempas Dan Yang Putus diterbitkan oleh PUSTAKA RAKYAT pada tahun 1949 itu juga. Di samping itu masih terdapat beberapa sajak Chairil yang dikumpulkan bersama-sama sajak Asrul Sani dan Rivai Apin dalam sebuah buku yang diberi judul Tiga Menguak Takdir, diterbitkan oleh BALA! PUSTAKA pada tahun 1950.
Melalui sajak Aku yang legendaris, Chairil Anwar kemudian terkenal dengan atribut SI BINATANG JALANG di kalangan teman-temannya.
Pelopor Angkatan 45
Menurut Dra. Sri Sutjianingsih dalam tulisannya berjudul Chairil Anwar (Hasil Karya dan Pengabdiannya), perubahan yang radikal dibawakan oleh Chairil lewat sajak-sajaknya. la mempergunakan bahasa Indonesia yang hidup, berjiwa bukan lagi bahasa buku melainkan bahasa percakapan sehari-hari yang diracik sedemikian rupa hingga memiliki nilai sastra.
Dengan demikian sajak-sajak Chairil memberi udara baru yang segar bagi kesusasteraan Indonesia. Padahal waktu itu bangsa Indonesia sedang di bawah kekuasaan Jepang yang tidak memberikan kebebasan berpikir, juga dalam seni dan budaya. Tetapi justru saat itulah Chairil Anwar membuat suatu revolusi dalam kesusasteraan Indonesia.
Perubahan dan pembaharuan yang dibawa oleh Chairil mendapat tanggapan baik dari sastrawan-sastrawan muda seangkatannya. Akhirnya sastrawan angkatan Chairil Anwar diberi nama Angkatan 45 dengan nama-nama yang termasuk di dalamnya meliputi Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, Usmar Ismail, Ida Nasution, Utuy Tatang Sontani, Balfas, J.E. Tatengkeng, Asrul Sani, ldrus, dan Rivai Apin.
Menurut Abdul Hadi W.M. dalam ceramahnya pada Peringatan 30 Tahun Wafatnya Penyair Chairil Anwar mengatakan bahwa penamaan Angkatan 45 datang dari Chairil Anwar sendiri ketika menulis "Angkatan 45 harus berdiri sendiri, menjalankan dengan tabah dan berani nasibnya sendiri, menjadi pernyataan revolusi".
SUKMASARI | RACHEL FARAHDIBA REGAR | KEMDIKBUD | KEMENPAREKRAF
Pilihan editor: Episode Surat Kepercayaan Gelanggang Tahun 1950, Dan Chairil Anwar