Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Ibarat kura-kura ...

Pengarang: masri sunardi jakarta: pt inaltu, 1976 renensi oleh : budiman s hartoyo. (bk)

3 Juli 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUBADRA LARUNG (komik wayang oleh Yoen Yoewono) dan RIMBA WANAMARTA oleh Masdi Sunardi), Nawangi & PT Inaltu Jakarta, Mei 1976, Cetakan pertama, 50 halaman, @ Rp 200. *** DI saat prihatin, Mahatma Gandhi sering membaca kembali Bhagawad Gita. Bait-baitnya antara lain berbunyi: Ibarat kura-kura menarik kaki-kakinya, demiklan pula hendaknya orang menarik segala nafsunya maka pikirannya pun benarlah. Seperti juga Nabi Muhammad yang mengajarkan perjuangan melawan nafsu sebagai 'jihad' paling besar, bagi Gandhi Bharatayuda tak lain gambaran perang melawan nafsu itu juga. Itulah petuah moral yang abadi dari Krisna kepada Arjuna -- sebuah khazanah klasik. Dan Yayasan Pembinaan Pewayangan Indonesia (Nawangi) termasuk yang berusaha mengaktuilkan kembali khazanah klasik itu. Mereka, misalnya, menyelenggarakan lomba cerita bergambar wayang (berbahasa Indonesia) kemudian bersama PT Inaltu menerbitkan naskah-naskah pemenang. Bulan kemarin sudah 2 yang beredar: Subadra Larung karya Yoen Yoewono, dan Rimba Wanamarta susunan Masdi Sunardi, masing-masing pemenang pertama dan kedua. Sekalipun tak ada ambisi menjadi Krisna yang "mewariskan nilai-nilai" kepada Arjuna, tapi kerja kecil ini amat menggembirakan. Memang tidak langsung mendongeng tentang 'kura-kura yang menarik kaki-kakinya' . Sebab, kali ini sasarannya adalah enerasi (yang paling muda): kanak-kanak. Bisa dimaklum kalau komik wayang ini lebih menitik-beratkan pada cerita kepahlawanan, pertempuran demi pertempuran. Di halaman terakhir, tak akan ditemukan sekedar uraian tentang liding dongeng, pesan atau moral ceritanya. Yang hendak dicapai pun sederhana pula: memperkenalkan wayang. Wayang, tentu saja bukan semata monopoli orang Sunda, Muangthai, Jawa, Bali, India atau Madura. Meski kedua babonnya berasal dari India, tapi baik Mahabarata maupun Ramayana telah disadur diindonesiakan, pada jaman Erlangga. Tak heran kalau wayang Muangthai agak berbeda dengan wayang Bali, misalnya. Apalagi di Jawa, setelah Sunan Kalijogo juga memasukkan pandangan Islam ke dalam filsafat ceritanya. Atau manakala penyair Rongowarsito menggubah pakem baru, Pustoko Rojo dan sebagainya. Lukisan Yoen maupun Masdi tak terlalu istimewa. Apalagi dibanding dengan coretan-coretan Teguh Santosa dari Surabaya (sering melukis komik wayang dalam majalah Penyebar Semangat dan Djajabaja) yang mungkin tidak ikut dalam sayembara Nawangi. Sebenarnya Subadra Larung dan Rimba Wanamarta belum pantas menduduki juara pertama dan kedua. Kalau memang tak ada naskah yang lebih baik, mestinya bisa saja pemenang pertama dan kedua ditiadakan. Tapi tampaknya Nawani ingin praktis dan kerja cepat-cepat. Padahal kalau mau bisa saja menerbitkan cerita bergambar wayang yang lebih bermutu. Ambillah misalnya lukisan wayang (kulit) karya drs. S. Wibisono (yang menghias Kumpulan Cerita Wayang Purwa: Sakuntala dan Gatutkaca Wiwaha, susunan Heroesoekarto, terbitan Pradnya Paramita). Dengan lukisan-lukisan seperti itu, dan dengan teks singkat di bawahnya, gambaran dan suasana pewayangan yang hendak dijangkau niscaya lebih 'kena'. Subadra Larung memang punya beberapa keunggulan. Lukisannya lebih baik, jelas dan banyak close up. Bahasanya pun kadang-kadang agak lebih enak dan dramatis. Humor Semar-Gareng-Petruk-Bagong pun terasa agak kontemporer. Sedang Rimba Wanamarta: lukisannya terlalu gelap, kadang-kadang terlalu suka menampilkan angle yang sebenarnya baik tapi terlalu kecil. Pembagian bidang halaman pada Subadra Larung lebih bervariasi (dan karenanya enak dipandang), sedang pada Rimba Wanamarta hampir seluruh halamannya terbagi dalam 6 bidang persis, menjemukan. Usaha Nawangi ini bukan yang pertama.ma. Tahun 60-an, PT Melodi, Bandung, pernah menerbitkan komik wayang seri Ramayana dan Mahabarata lukisan R.A. Kosasih. Sekalipun bahasana buruk-dan lukisannya keindia-indiaan, garis-garisnya pun amat kaku toh sangat populer dan laris. Lengkap dan cukup berharga. Dalam komik fragmen XIII seri Mahabarata, dilampirkan pula terjemahan Bhagawad Gita setebal 60 halaman. Betapa pun, usaha Nawangi boleh dinilai sebagai sumbangan menambah bahan bacaan sehat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus