Indonesian Artificial Distributional Bidding System
Oleh: Dr. A.G.F. Andu
Penerbit: Effendi Harahap Publishing Coy., Cetakan ketiga,
1976, 376 halaman
***
SEBUAH buku bridge yang tebal telah terbit, oleh penerbit
Semarang yang kesohor menerbitkan buku-buku Tata-buku dan
pelajaran Bahasa Belanda. Buku ini ditulis oleh seorang tua,
yang justru digelari oleh sementara kalangan bridge, pecandu
luar biasa atas bridge, bernama Dr Andu, yang berdomisili di
Semarang, tetapi memasuki klub terdaftar di Galungan Jakarta
Pusat. Praktis tidak pernah absen dalam setiap kejuaraan dan
turnamen, di mana pun berlangsung di seantero Indonesia. Cuman,
prestasinya tidak termasuk luar biasa, walaupun pernah menjadi
anggota Team Nasional di Kejuaraan Timur Jauh di Hongkong dan
keluar sebagai juara.
Sejak tahun 1954 Dr Andu sudah mulai menyusun sistim artifisial
ini. Dengan pasangan yang hampir abadi dengan Baris Hutagalung
(pernah tiga kali juara nasional catur), sistim artifisial ini
dikembangkan dan disusun dalam bentuk buku diktat di tahun 1966,
setelah punya pengalaman main bridge hampir 34 tahun.
Pada tahun 1967, Edgar Kaplan, pemain dan penulis bridge
terkemuka dari Amerika Serikat, pernah memuji sistim ini dan
menduga bahwa sistim artifisial Andu ini akan digunakan oleh
para pemain kawakan lainnya. Dugaan ini agak meleset. Sistim ini
tidak punya pengikut di Indonesia dan di luar negeri, karena
munculnya sistim lain yang justru sering menelorkan juara.
Secara terperinci buku ini telah menuliskan secara sistimatis,
teknik penawaran, kemungkinan dan akibat kemudian. Tampaknya,
perangkap dan jebakan pun dibuat artifisial. Karena itu, dengan
menggunakannya tanpa keliru, akan menghasilkan angka-angka
akurat. Hanya karena artifisial maka selera untuk mengikutinya
mengendor.
Bicara soal artifisial, sistim Andu ini terdesak oleh sistim
Italia, Roman-Club dan Neopolitan, yang kini justru mulai
ditinggalkan, karena Precicion system yang bukan artifsial.
Karena itu, bagi Pemula sistim ini sukar diikuti. Tapi bagi
pemain-sedang, buku ini besar harganya sebagai buku perbandingan
dalam sistim yang lain. Sayang, istilah yang digunakan 90%
berbahasa Inggeris. Padahal bahasa Indonesia cukup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini