Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Iko Uwais di Negara Antah-berantah

Kini Iko Uwais berperan besar dalam film terbaru kolaborasi Mark Wahlberg dan Peter Berg. Meski skenario agak lemah dan penyuntingan memusingkan, Iko tampil sebagai bintang.

25 Agustus 2018 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Iko Uwais di Negara Antah-berantah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JIKA kita menyaksikan film ini karena aktor Iko Uwais, nikmatilah. Iko Uwais memang bintang, bukan hanya karena dia satu dari sedikit aktor Indonesia, selain Joe Taslim, yang berhasil menembus belantara Hollywood yang luar biasa sulit. Tapi sebetulnya karena penampilan Ikolah yang paling magnetik dalam film ini, bahkan dibanding aktor dunia semacam Mark Wahlberg dan John Malkovich. Ini serius. Tak percuma jika Iko disebut-sebut aktris Lauren Cohan sebagai "penerus Jackie Chan".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, jika kita berkeinginan menyaksikan film laga dengan cerita yang asyik dan menegangkan, sebaiknya harapan itu agak diturunkan sedikit. Plot film ini sangat jauh dari keasyikan film The Raid (Gareth Evans, 2011) dan The Raid 2: Berandal (2014), yang apa boleh buat akan terus-menerus digunakan sebagai standar karena film inilah yang melejitkan nama Iko Uwais di dunia industri film Hollywood.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kali ini, dalam film Mile 22, Iko tampil sebagai lelaki misterius yang berdiri menyerahkan diri di hadapan gerbang Kedutaan Besar Amerika Serikat di sebuah negara antah-berantah yang disebut "somewhere in Southeast Asia, Indocarr". Indocarr?

Baiklah. Jadi sutradara Peter Berg, produser Mark Wahlberg (yang sekaligus menjadi pemeran utama film ini), dan Stephen Levinson mungkin sungkan untuk menggunakan nama Indonesia, entah mengapa, meski dalam film ini beberapa kali Iko berdialog dalam bahasa Indonesia dengan sejumlah tokoh Amerika. Jadi kita harus menganggap ini sebuah jagat baru di mana ada sebuah negara "korup" yang membunuh seluruh keluarga Li Noor (ini nama tokoh Iko Uwais) yang menyebabkan Li Noor bersedia "mengkhianati" negaranya dengan menjual informasi kepada Amerika.

Yang dijual? Informasi lokasi bahan cesium yang "menghilang" secara misterius dan dikhawatirkan bakal bisa mengulang tragedi Hiroshima dan Nagasaki. Sebuah tim paramiliter dibentuk (kembali) oleh agen James Silva (Mark Wahlberg) bernama Overwatch. Tim ini agak mirip tim IMF Ethan Hunt dalam seri Mission: Impossible yang terdiri atas beberapa anggota pilihan, antara lain dua cewek gagah, Alice Kerr (Lauren Cohan), biasa dikenal pemirsa dari serial Walking Dead; dan atlet gulat Ronda Rousey, yang sama sekali tidak diberi adegan gulat. Tim pendukungnya adalah beberapa ahli teknologi informasi di sebuah ruang rahasia yang dipimpin James Bishop (John Malkovich), yang membantu dan memonitor gerakan mereka.

Persyaratan Li Noor kepada Kedutaan Amerika untuk memperoleh informasinya yang berharga adalah pemberian suaka ke Amerika secepatnya. Hanya dalam beberapa menit, Axel (Sam Medina), pemimpin intelijen dari negara antah-berantah yang berbahasa Indonesia, sudah melesat ke Kedutaan. Mereka memaksa pihak Kedutaan Amerika menyerahkan Li Noor. Karena tekanan "pemerintah lokal" inidemikian mereka selalu mengalamatkan gerombolan intel yang menghadang upaya tim Overwatch Amerikatim Overwatch bersusah payah melindungi Li Noor melalui lika-liku jalan di kota "Indocarr" yang lalu lintasnya tampak tak pernah macet itu ke tempat pesawat terbang yang akan menjemputnya. Sepanjang jalan itulah yang lantas menjadi babak kedua yang panjang dan penuh adegan tembak-menembak, kejar-mengejar, dan bom sana-sini, sementara Iko Uwais di bagian ini kurang dimanfaatkan.

Sebetulnya superioritas kedua film Gareth Evans, The Raid dan The Raid 2, justru pada kesederhanaan cerita dipadu dengan karisma Iko Uwais dan Ray Sahetapy serta tentu saja kemampuan sutradara membangun ketegangan hingga akhir cerita.

Film Mile 22 seperti tak bisa memutuskan siapakah "peran penting" film ini: apakah agen James Silva yang sejak awal hingga akhir marah-marah terus atau Li Noor yang misterius, pendiam, tapi sekali diserang akan mampu menghajar si penyerang jadi bubur. Adegan-adegan laga yang rupanya hendak dijadikan menu utama film ini pun harus diakui tetap ada bayang-bayang The Raiddengan sengaja memilih ruang sempit untuk berkelahi di koridor apartemen atau di klinikmeski, dalam wawancara, Peter Berg mengaku lebih terinspirasi dari adegan laga di kamar mandi dalam film Eastern Promises.

Apa pun inspirasinya, tak mengapa. Yang penting adalah seberapa jauh Iko Uwais memang dimanfaatkan, bukan hanya keahlian silat dan kemampuan koreografinya sendiri, tapi juga karismanya yang terpancar melalui dua film The Raid dan berhasil membuat dia serta aktor Joe Taslim menembus Hollywood. Dalam hal ini, sekali lagi, kelebihan Iko kurang dijelajahi secara optimal meski di beberapa tempat kita sudah disuguhi adegan-adegan silat koreografi Iko.

Dengan penyuntingan yang cukup melelahkanterbagi antara setting masa kini ketika tokoh agen Silva memberi kesaksian dan kilas balik tentang upaya penyelundupan Li Noor ke pesawat, ditambah pihak Rusia yang punya agenda tersendiripembagian adegan dalam film ini jelas bermasalah.

Kritik saya bahkan belum sampai ke substansi soal setting negara antah-berantah yang dikaburkan sebagai "sebuah negara di Asia Tenggara" yang menggunakan bahasa Indonesia. Pada bagian ini, biarlah kita anggap sutradara Berg ingin membangun jagat imajinasi yang asyik sama seperti ketika Gareth Evans menyajikan adegan salju dalam The Raid 2, yang mengindikasikan bahwa "ini sebuah negara fiktif".

Problem film Mile 22 adalah kita tak kunjung yakin dengan jagat baru Peter Berg, karena segalanya serba tanggung dan tidak konsisten. Amerika dalam film ini tetap Amerika, sedangkan "negara antah-berantah" tempat mereka berkejaran dibuat agak samar-samar.

Satu hal yang tetap membuat saya ingin berpikir positif adalah Iko Uwais yang sudah dianggap sebagai penerus Jackie Chan ini akan mempunyai tempat tersendiri di Hollywoodyang berarti industri sinema dunia. Dan itu adalah sebuah pencapaian tersendiri yang tak mudah dicapai oleh aktor atau sineas Indonesia.

Leila S. Chudori


MILE 22

Sutradara: Peter Berg

Skenario: Lea Carpenter

Pemain: Mark Wahlberg, Iko Uwais, John Malkovich, Lauren Cohan, Ronda Rousey

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus