MULA-MULA disetujui oleh panitia di Tokyo 4 buah lagu," kata
Muneaki Watanabe. Direktur Yayasan Musik Yamaha itu sedang
menceritakan proses pemilihan lagu pop yang akan mewakili
Indonesia dalam festival dunia di Tokyo tanggal 10,11 dan 12
Nopember mendatang. Lagu yang dimaksudkan adalah: "Bahana
Perdamaian, Waktu, Harmoni Kehidupan dan Berkesan Namun Hampa.
Tak kurang dari 15 orang jadi panitia diketuai oleh Kawakami. 11
di antaranya musisi. Mereka berunding mulai pukul 10 hingga
pukul 14. Sebagaimana diketahui, kemudian pilihan jatuh pada
Harmoni Kehidupan ciptaan Ully Sigar Rusyadi.
Blak-blakan
"Keenam lagu yang dikirim dari Indonesia, punya ciri khas
Indonesia," kata Watanabe. "Tapi Harmoni Kehidupan tastenya agak
berbeda. Tidak seperti lagu lainnya yang style musiknya mirip
lagu-lagu dari negara lain." Watanabe, orang Jepang yang lahir
di pulau Hokkaido itu, mengatakan lebih lanjut bahwa tak kurang
dari 1700 lagu yang dikirim ke Tokyo. "Terhadap Harmoni
Kehidupan, panitia di sana menganjurkan agar aransemennya
diperbaiki supaya cocok untuk panggung. Ini dilaksanakan bersama
penciptanya Ully tanggal 11 yang lalu."
Menurut Watanabe menang atau kalah "bukan masalah," begitulah.
Katanya yang terpenting adalah "belajar untuk maju." Ia tak
berani mengatakan bahwa mutu peserta festival belakangan ini
mundur. "Sulit," kata Watanabe. "Pada tahun 1973 pesertanya
memang 250. Sekarang hanya 88. Tapi dulu banyak yang aneh-aneh,
tidak kita mengerti.
Mengenai kecurigaan bahwa lagu yang dipilih panitia Tokyo secara
umum miring ke lagu-lagu Jepang, Watanabe tidak membantah.
"Orang-orang di sana tentunya berpikir juga untuk promosi di
masyarakat Jepang," katanya menjelaskan. "Kalau saya berbicara
secara blak-blakan, mutu lagu-lagu di sini belum mencapai
standar internasional."
Watanabe mengingatkan bahwa yang penting bukan hanya
penciptanya. Penyanyi dan pemain musik juga banyak menentukan.
Kerjasama mereka sering dilihatnya kurang sepadan. "Penyanyi
forto, pemusik ikut forto. Ini kurang harmonis," kata Watanabe.
"Ini bukan balapan lari." Ia pun menganjurkan penyanyi Indonesia
belajar lagi teori dan dasar musik. Masih ada juga penyanyi yang
tidak mengenal not balok, meski memang mahir jreng-jreng.
Seorang penyanyi kaliber internasional menurut sudut matanya
tahu baru berapa dia harus menyanyi. Kendatipun kwalitas suara
penyanyi pribumi tidak usah bikin jera, Watanabe menganjurkan
para penyanyi suka berendah hati untuk berlatih. Misalnya
memperoleh kemantapan nafas dengan berenang.
Watanabe tidak suka membandingkan antara Harmoni dan Damai Tapi
Gersang -- Ajie Bandi. "Saya belum tahu," ujarnya, mempercayakan
saja pada apa yang terjadi di Tokyo nanti. Sementara itu Ully
Sigar Rosady (lahir di Garut 4 Januari 1952) penciptanya, masih
terkesima oleh pilihan tersebut. Guru gitar klasik (dengan 300
murid) yang sudah menciptakan 30 buah lagu ini, mengaku Harmoni
Kehidupan dibuatnya iseng-iseng pada suatu malam sunyi, seusai
nonton TV. Terhadap lirik lagu yang kita keluhkan, dia hanya
berkata: "Saya kan orang baru, tidak bisa bilang apa-apa."
Ully, dengan rambut sepanjang bahu dan bertampang manis, paling
demen pakai celana jean. Ia mengaku dalam menulis lagu selalu
berusaha menghubungkannya dengan kenyataan sehari-hari. Novel,
film, kehidupan orang di sekitar sering menjadi sumber
menggerakkan jarinya memetik gitar malam hari dan menulis sebuah
lagu. Kalau lagi deras dalam beberapa jam sudah bisa rampung.
Tapi bila seret, beberapa minggu tetap belum selesai.
Ully menulis lirik lagunya sebagai berikut: "Hidup penuh
irama/selaras symphoni/seiring nada mesra/melarut dalam kalbu.
/Hari-hari yang indah/kau genggam hatiku/kau rangkum
sanubariku/terbangkan segala lara. /Harmonie ke hidupan/kini
kujalani/panorama kan berarti/serta kau di sampingku. /Hari-hari
yang cerah/kau peluk jiwaku/engkau bimbing diriku/membuka tirai
semesta."
Lirik tersebut -- demikian juga ke-5 lagu yang dinilai Panitia
Tokyo sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris dan Jepang.
Ditanya apa sebenarnya yang dimaksud dengan lirik itu, Ully
menjawab: "Saya ingin menceritakan liku-liku kehidupan manusia
yang penuh harmoni." Ia sudah mempercayakan ke pada Dhenok
Wahyudi untuk membawakan lagu itu nanti di Tokyo. "Saya pikir
dia cukup mengerti saya," kata Ully. "Lagi pula ada bagian lagu
itu yang harus dinyanyikan dengan suara 'legato' yang manis.
Begitu pula warna suara dan teknik pengambilan nafas Dhenok
cocok."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini