SEBUAH majalah ilmiah Prancis Archipel menyiapkan sebuah nomor khusus bertema: "Sumber-Sumber Prancis mengenai Studi Indonesia". Untuk itu, dua ahli Indonesia berkebangsaan Prancis, Lombard dan Labrousse, memimpin sebuah tim riset mencari bahan-bahan di Prancis yang bisa menjadi sumber informasi tentang Indonesia. Di antara sejumlah bahan yang ditemukan terdapat sebuah lukisan karya pelukis besar Indonesia, Raden Saleh. Lukisan yang dibuat tahun 1847 itu tergantung di Balai Kota St. Amand Montrond - tak jauh dari Paris. Sebelum lukisan itu ditemukan seorang anggota tim pencari Archipel, Claude Guillot, tak ada seorang pun yang mengetahui dengan pasti identitasnya, karena nama pelukisnya tertulis pada katalog sebagai: Baden Saleck. Bagi mata Indonesia, tak sulit memastikan bahwa lukisan itu karya Raden Saleh. Selain gaya dan tekniknya segera bisa dikenal, tanda tangan yang tercantum di sudut lukisan, kendati samar - menurut laporan koresponden TEMPO, Nasir Tamara - masih terbaca: Raden Saleh. Di samping itu, judul lukisan juga sangat meyakinkan: "Perburuan Kijang di Jawa" - seorang pemburu menunggang kerbau diserang harimau. Wali kota St. Amand Montrond mengakui, sebelumnya seluk-beluk lukisan itu memang tak jelas. "Rupanya, kami memiliki sebuah benda yang bernilai tinggi," ujar walikota itu, Serge Vincon, "sehingga penjagaan akan kami perketat." Di samping itu, Serge Vincon ingin berbaik hati. "Bila lukisan itU milik kami," ujarnya, "dengan senang hati kami bersedia mengembalikannya. Tentunya, lukisan itu punya nilai besar bagi Indonesia." Tapi bila lukisan itu milik negara, menurut wali kota itu, urusannya akan ruwet. Indonesia harus mengajukan permintaan ke Kementerian Dalam Negeri yang akan meneruskannya ke Kementerian Luar Negeri yang meneruskannya lagi ke Kementerian Kebudayaan. Barulah dengan izin perdana menteri dan presiden, lukisan itu dapat dipulangkan. Claude Guillot, penemu lukisan itu, memastikan bahwa karya Raden Saleh itu milik negara. Dari arsip Kementerian Luar Negeri, Guillot memastikan, lukisan itu datang di Prancis pada 1847, untuk dipasang di sebuah pameran. Pada katalog pameran tercantum dengan jelas nama pelukisnya: Raden Saleh ben Jagya. Lukisan 3 x 4 meter itu kemudian dibeli Museum Louvre seharga 3.000 francs - transaksi tercatat 12 Juli 1847, sedangkan pameran berlangsung Maret tahun yang sama. Pada tahun 1912, "Perburuan Kijang di Jawa" diangkut ke St. Amand Montrond atas permintaan Wali Kota Emile Dumas. Ketika itu, di St. Amand Montrond sedang dibangun sebuah museum kota. Untuk memeriahkan koleksi, Emile Dumas meminjam beberapa karya di Museum Louvre, termasuk karya Raden Saleh. Namun, pada tahun-tahun kemudian, lukisan itu telantar: kotor, berdebu, dan koyak di sana-sini. Di antaranya terdapat sobekan 20 cm. Beruntung, enam tahun yang lalu seorang inspektur seni rupa dari Museum Louvre berkunjung ke St. Amand Montrond, dan menemukan "Perburuan Kijang di Jawa" dalam keadaan compang-camping. Konon, inspektur itu marah besar, dan mengancam akan mengambil kembali lukisan itu bila tak diperlakukan dengan baik. Maka, karya Raden Saleh itu direstorasi Pelukis Burlett Vianney. Dan karena Museum Kota tak bisa menampung, lukisan raksasa itu pun ditempatkan di Balai Kota sampaii kini. "Perburuan Kijang di Jawa" menampakkan gaya khas Raden Saleh. Dengan teknik yang sangat realistis, tampil drama yang menggambarkan letupan semangat yang menggelora. Getaran itu tak hanya tampak pada subyek-subyek lukisan, juga pada tumbuhan sekitar, pemandangan, dan latar belakang langit. Sementara itu, warna yang bergerak antara cokelat, oker, dan kuning membangun kesan dramatis. Ada kesan seram dan menakutkan pada lukisan itu. Lukisan ini, bersama tiga yang belum diketahui tempatnya (seluruhnya berjumlah enam, tapi dua dinyatakan musnah), besar kemungkinan penting artinya dalam meneliti gaya lukisan Raden Saleh yang sampai kini belum terungkap dengan jelas. Ini penting dalam kaitan dengan penulisan sejarah seni lukis di Indonesia. Raden Saleh (1807-1880) sering disebut sebagai perintis seni lukis Indonesia. Kurangnya data-data karya pelukis besar ini membuahkan berbagai friksi dalam penulisan sejarah seni lukis kita selama ini. Sulit diperkirakan, misalnya, kapan tradisi melukis - di atas kanvas dengan cat - dimulai, sebelum Raden Saleh. Juga sulit menyusun garis perkembangan selanjutnya, karena terdapat masa kosong yang panjang antara Raden Saleh dan periode sesudahnya. Lukisan-lukisan yang di Prancis itu besar kemungkinan bisa mengungkapkan perbedaan - atau persamaan - gaya Raden Saleh dengan murid-muridnya: Raden Kusumadibrata dan Raden Mangkoemihardjo. Tentang kedua murid Raden Saleh ini pun tak banyak diketahui. Namun, konon, keduanya lebih banyak melukis potret dan pemandangan alam, yang mestinya mereka pelajari dari Raden Saleh. Yang penting, dalam sejarah tercatat bahwa corak pemandangan alam dan potret adalah gaya yang dominan pada periode sesudah Raden Saleh - sesudah masa kosong yang panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini