Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Jika Kau Izinkan

sebelum kematian menemukanku di hatimu bolehkah aku mati lebih dulu mencacah pergelangan, mencintai beku

21 Maret 2020 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rifki Syarani Fachry

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

sebelum kematian menemukanku di hatimu
bolehkah aku mati lebih dulu
mencacah pergelangan, mencintai beku
dan pelukan dingin dikumpulkan di rapuh kelabu (tubuhku)
sebab ingin kupahami sendiri bagaimana waktu repih
dengan pudar makin asing, dan cahaya leleh pelan-pelan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

hanya suaramu kuingat, dari balik pintu ruangan lain
di dalam diriku, memanggil-manggil, mengokohkan
sekaligus merobohkanku
beberapa hari setelahnya sebuah pintu benar-benar
terbuka bersama kedatangan empat orang polisi, tiga
orang kamera, beberapa petugas medis; orang-orang
yang tak ingin mengenalkan dirinya
lalu kusaksikan sendiri sebuah ambulan membawa pergi
bayanganku

bolehkan aku mati lebih dulu, membiarkan masa depan
hadir lebih awal dari pada saat ini
dan kematian hanya akan menemukanku di masalalu
bersama janji-janji yang gagal ditepati
bersama perasaan-perasaan yang remuk di hatimu
sebagai mayat yang berkali-kali diautopsi

2019

MAKAM

untuk Roberto Bolano

kau tak mesti yakin kepadaku, kemarin
sesak memilih rumahnya di sini (dadaku)
kuhirup agonis tapi rasanya debu, tak membantu
batu berdarah di dalam tubuh, tetap

gurun: tempat pertamakali tuhan
membebaskan kesedihannya
membiarkan kesedihan itu tersesat
dengan ribuan abad kemarau yang dipikulnya
hingga punggung kokoh itu hancur

di sana-di sini (tak ada beda):
kau tau tempat bangkai cheetah balzac
entah sejak kapan, makam itu menjadi ini
(tempat sesak yang kurasakan)

kukira puisi menghianatiku
dan gagasan dunia yang rapuh membuat
kesimpulan itu lebih pasti
aku tak dapat menahan
kiamat yang debarnya terdengar seperti suara
kepala yang dibenturkan

benteng batu menahan nafas ini
dan pagi tak pernah lagi dikenali

2019

DARI DALAM JURANG

kukira siapa yang terperosok
ke dalam jurang gelap di dadaku
tuhan, membusuklah bersama puisi
puisiku yang humus, yang belatung

temanilah gema yang kau ajak bicara
saat mati merencanakan cekikan
sedang hitam hanya mengenalimu
sebagai bagian darinya

tunggulah aku mati, sementara itu
bacalah penyesalan yang kupunya
bilang. hari haru mana yang kau lewatkan
saat kau bersama semua orang
aku cuma berdua bersama diriku

menangis dan ingatlah
kapan serta untuk apa aku kau ciptakan

2020


Rifki Syarani Fachry, penyair dan perupa kelahiran Ciamis, 1994. Buku puisinya Hantu adalah Kenangan (2018) dan antologi puisi eksperimental bersama Wahyu Heriyadi dan Ihung Cianda Total Anarchy (2019). Kini sedang menempuh pendidikan magister di Universitas Indonesia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus