Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Joyce, sang primadona

Kisah joyce erna, 21, sejak masa remaja sampai di temukan arifin c. noer untuk membintangi suci sang primadona. jocye tidak pernah mendapat pendidikan khusus untuk berperan. (fl)

6 Mei 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANDANGANNYA tajam. Bibirnya sensuil. Sebentuk alis yang sedikit aneh terpacak kukuh di wajah yang jelas tidak bercorak pribumi itu. Joyce Ollivia memang memiliki darah campuran yang unik. Dari ibu ia memperoleh darah Belanda dan Jawa, sedang dari ayah ia menerima darah Cina. Berkulit kuning, tinggi semampai (163 Cm), Joyce, 21 tahun yang berstatus janda muda -- dengan dua orang anak -- mengaku tidak pernah mendapat pendidikan khusus untuk berperan. "Saya selalu memerlukan sedikit latihan sebelum pengambilan dilakukan," begitu ia menjelaskan cara bermainnya. Tapi bagaimana ia sampai jadi bintang film ke depan kamera? Sutradaranya dalam Suci, Sang Primadona, Arifin C. Noer, bercerita bagaimana ia menemukan Joyce: "Secara kebetulan sekali. Calon pertama tadinya adalah Emilia Contessa. Sudah diminta dan ditunggu lama, tak ada jawaban. Suatu malam saya nonton tv bersama Danarto (pelukis yang kemudian menjadi penata artistik dalam Suci). Sebuah lelucon Johny Gudel. Saya melihat Joyce. Dia saja orangnya, seru saya. Danarto setuju. Esoknya saya minta Gramedia (produser) mencari alamat wanita itu. Diperoleh: dia anak Surabaya, hostes pada klab malam Bali Queen. Kebetulan ia ingin main film. Dipanggil, dan segera datang ke Jakarta. Diwawancarai. Dan dari wawancara itu saya ketahui pengalaman rohaninya cukup kaya." Itu cerita Arifin. Apa maksudnya "pengalaman rohani" itu? "Pengalaman hidupnya cukup ruwet. Dia baru mau cerai. Anaknya ada dua. Tokoh Suci kebetulan agak sama dengan tokoh Joyce," Arifin menambahkan. Dan kisah itu dibenarkan oleh Joyce yang pernah ikut membantu grup lawak Johny Goedel di tv. Kepada Eddy Herwanto dari TEMPO, Joyce juga bercerita tentang hidupnya yang penuh kepahitan. "Rumah tangga orang tua saya juga tidak bahagia. Mereka bercerai ketika saya masih kecil," tutur Joyce. Karena itulah rupanya maka sekolahnya cuma sampai kelas II SMP Stella Marie. Ia meninggalkan sekolah untuk bekerja di sebuah koperasi simpan pinjam di Surabaya. Nampaknya kehidupan pahit yang selama bertahun-tahun merundungnya kini cuma jadi kenangan bagi Joyce. Hidup di Jakarta memang masih menumpang di rumah Kembar Bersaudara -- salah satu dari dua penyanyi kembar itu adalah calon suami Joyce -- tapi bintang film pendatang baru ini sudah tergolong sibuk meladeni sejumlah kontrak. Pada hal filmnya belum lagi beredar. Bisa dibayangkan bagaimana repotnya ia di hari-hari mendatang, setelah Suci Sang Primadona ditonton orang. Ia menyebut Christine Hakim sebagai salah satu bintang kesayangannya. Kedua aktris ini memang mempunyai banyak persamaan. Keduanya bermain baik di film pertama mereka. Dan permainan mereka di situ begitu meyakinkan, sehingga tidak terasa ada jarak antara peran dan pemeran. Dalam film Suci peran yang dibawakan Joyce menyatu utuh dan kukuh dcngan dirinya. "Saya bisa merasakannya," begitu Joyce berkomentar terhadap peran yang dibawakannya itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus