Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Berita Tempo Plus

Lanskap-lanskap Ipe Ma’aruf

Di usianya yang sepuh, 82 tahun, Ipe Ma’aruf mengadakan pameran tunggal di Balai Budaya Jakarta. Di masa pandemi ini ia banyak membuat lukisan-lukisan lanskap warna-warni.

12 Desember 2020 | 00.00 WIB

Karya Ipe Ma'ruf berjudul Bukit Jiwa. TEMPO/Nurdiansah
Perbesar
Karya Ipe Ma'ruf berjudul Bukit Jiwa. TEMPO/Nurdiansah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TIGA lukisan itu berukuran sedang. Judulnya: Bukit Jiwa (54,8 cm x 43,5cm), Lembah Kehidupan (69 cm x 46 cm), dan Bunga-bungaan Jiwa (65 cm x 65 cm). Bila kita amati, lukisan itu menampilkan sebuah lanskap. Sebuah perbukitan. Sebuah belukar bunga. Namun itu bukanlah perbukitan atau belukar dalam arti fisik atau empirik. Lebih berupa kesan. Atau perasaan yang hablur tentang sebuah obyek. Perbukitan itu tak dapat jelas ditangkap mata karena obyek ditimpa pendar cahaya lembut yang saling meresap.

Sekitar 136 lukisan karya Ipe Ma’aruf dipamerkan di Balai Budaya, Jakarta Pusat. Mayoritas lukisan berukuran kecil. Ukuran paling besar adalah tiga lukisan di atas. Pameran ini menyuguhkan gabungan antara karya lama dan baru. Ipe Ma’aruf dikenal sebagai seorang seniman dengan karya-karya sketsa kuat. Ia identik dengan sketsa figuratif. Sketsa di tangan Ipe bukanlah sebuah gambar rancangan atau rengrengan untuk mewujudkan sebuah lukisan. Sketsanya dapat dinikmati secara otonom. Ipe terkenal dalam membuat sketsa—cepat, spontan, garisnya bersih, efisien tanpa putus, dan tanpa ditimpa-timpa, diulang-ulangi, atau diperbaiki—tanpa tersendat.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Seno Joko Suyono

Menulis artikel kebudayaan dan seni di majalah Tempo. Pernah kuliah di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Pada 2011 mendirikan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) dan menjadi kuratornya sampai sekarang. Pengarang novel Tak Ada Santo di Sirkus (2010) dan Kuil di Dasar Laut (2014) serta penulis buku Tubuh yang Rasis (2002) yang menelaah pemikiran Michel Foucault terhadap pembentukan diri kelas menengah Eropa.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus