PELUKIS Rusli sebelum berniat menjadi pelukis berpendapat, melukls itu pekerJaan perempuan. Tapi kemudian Rusli justru jadi salah seorang pelukis kita yang baik. Dan wanita tak hanya melukis. Kaum hawa ini pun juga berkecimpung di bidang yang lebih keras, misalnya juga mematung, membuat keramik, membuat ukir-ukiran. Tapi bukan untuk menonjolkan kewanitaannya bila 1-11 Agustus ini di Taman Ismail Marzuki ada pameran seni rupa oleh 30-an wanita, warga Institut Kesenian Jakarta. "Kami cuma ingin tampil, dan mengapa wanita semua, karena pameran seni rupa oleh wanita yan memamerkan beragam media, lukisan, patung, grafis, keramik, dan lain-lain, langka," kata Dolorosa Sinaga, 32, salah seorang pencetus ide pameran ini. Adakah ciri khas atau perbedaan antara karya seni pria dan wanita, ternyata sulit dijawab. "Pasti ada, tapi sulit diuraikan," kata Dolo pula. Dolorosa, pematung lulusan IKJ 1977, mengaku tak punya kesulitan apa pun dengan segala pahat, palu, gergaji, pisau, dan segala alat untuk mematung. Tapi, katanya, bila melihat karya patung dengan bentuk yang taJam dan keras, muncul dalam hatinya, "Eh, mestinya ini kalau dipahat pelan-pelan oleh tangan perempuan akan lebih bagus." Pada kenyataannya Ruang Pameran Utama TIM memang dipenuhi dengan karya-karya yang mengingatkan kita pada dunia wanita. Terutama, pada karya-karva tenun dan tekstil. Misalnya N. Sri Rezeki, 24, yang menyusun benang-benang melukiskan perubahan warna dari ungu ke biru. Atau bagaimana ia mencoba membandingkan tenunan benang putih yang luas dengan secercah bentuk kotak-kotak hitam, cokelat oker, hijau kotor. Dan tirai kain beserta bantal-bantal, karya Mira Amrita, agak susah dibayangkan bisa lahir dari seniman pria. Kemudian, sejumlah kupu-kupu kayu digantung, kipas berjari-jari sekitar dua meter, bentuk-bentuk payung putih digambari semut-semut (karya bersama Irawati, Irmawati, Pingkan, dan Hendraningdiah) bukankah tema-tema itu mengingatkan pada dunia wanita? Sebab, kipas itu, misalnya, bukan kipas besi tajam yang bisa memenggal kepala orang seperti senjata seorang Jago silat Tiongkok. Kipas yang dipamerkan ini terbuat dari kain, berwarna-warni begitu segar, dan hiasannya mengingatkan orang pada bentuk-bentuk kelopak bunga. Dan dengarkan kata Irawati, 25, dari Studio Kayu Fakultas Seni Rupa dan Desain IKJ ini, tentang pengalaman kerjanya. "Saya lebih menyukai memakai alat-alat memotong kayu yang manual," katanya "Kalau yang dengan listrik, saya ngeri pada suaranya, dan kalau tak hati-hati, wah, bisa salah potong." Bagaimanapun, kewanitaannya ikut bicara. Dan ia menciptakan karya-karya bersamanya itu, katanya, lebih sebagai hiasan ruang untuk menambah semarak suasana. Juga, gambar cabai, kunyit, dan bumbu dapur yang dibuat dengan garis halus, serta arsiran warna yang cenderung transparan, oleh Indrawati agak susah dibayangkan bisa muncul dari kreasi pelukis pria. Betapapun citra dunia dapur citra dunia wanita - meski gerakan Women's Lib, yang memperjuangkan emansipasi wanita, bisa protes keras. Dan, ini. Bila para seni rupawan pria suka sekali menampilkan gambar mode wanita, ternyata seni rupawan wanita tak gemar menampilkan model pria. Wanita, ternyata, lebih suka menggambar perempuan juga. Dalam pameran ini hanya Meilihanny, 27 yang membuat grafis bertemakan repetisi potret wajah lelaki. Tapi kata Dolorosa "Ah, barangkali cuma belum ada saja yang kepingin melukis cowok." Dalam ilmu silat ada jurus-jurus tertentu yang keampuhannya akan terasa benar bila dilakukan oleh wanita. Pria yang mempelajari jurus ini boleh dikata tak akan memperoleh manfaat. Tapi adakah jurus-jurus tarikan garis, atau pahatan kayu khas tangan wanita yang bisa mengangkat sebuah karya seni jadi lebih artistik? Baik Dolo, Irawati Indrawati, Aryana Sani (yang menyuguhkan karya tekstil), maupun Elsa Martinelly (yang memamerkan karya grafis), samasama "tidak tahu". Dan dalam menciptakan karya, para seni rupawati ini mengaku tak pernah macet hanya karena diri mereka wanita. "Untuk memindahkan kayu gelondongan kadang minta tolong teman pria," kata Dolo. Tentu saja itu hal di luar masalah penciptaan. Tapi memang, pameran ini terasa lebih bersih, ditata rapi, dan banyak bentuk maupun tema karya mengingatkan orang pada dunia wanita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini