Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Korban Desas-Desus

Stress bisa diakibatkan oleh desas-desus, sebab itu hubungan antar manusia perlu dipupuk agar desas-desus langsung mati sebelum berkembang. Hal sepele dapat menjadi rumit hanya karena desas-desus. (ki)

11 Agustus 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KIAT tentang"penyakit eksekutif" ternyata banyak mendapat tanggapan langsung. Salah seorang penelepon mengatakan kepada saya bahwa stress juga bisa disebabkan oleh desas-desus. Di kantor tempatnya bekerja sudah sebulan tersiar desas-desus bahwa perusahaan akan ditutup karena bangkrut. Akibat desas-desus itu, seluruh karyawan di perusahaan itu menderita stress. Maklum, desas-desus itu tidak menyebut apakah akan ada pesangon bila karyawan dirumahkan karena perusahaan tutup. Desas-desus memang bisa mengakibatkan stress. Dalam sebuah kursus tentang assessment and intervieing diajukan sebuah kasus yang menimpa diri Jane Stanwood. Jane adalah seorang pegawai baru di.bagian akunting. Pengalamannya memang belum banyak, tetapi dalam minggu-minggu pertama bekerja ia telah menunjukkan prestasi yang baik. Sebulan terakhir iniJane menunjukkan penurunan prestasi dan produktivitas secara drastis. Datangnya selalu terlambat. Hasil kerjanya menunjukkan keteledoran. Tanepun tampak tidak acuh dan kurang bergairah dalam menyelesaikan pekerjaannya Dua kali ia sudah dlperingatkan oleh atasannya, tetapi tetap saja prestasinya tidak membaik. Bahkan lebih buruk. Atasannya lalu memanggil Jane dan mengajaknya bicara. Kepada Jane diberitahukan lagi standar prestasi yang diharapkan darinya serta konsekuensi yang bisa diterimanya bila standar itu tidak dipenuhi. Ia memperoleh waktu percobaan selama dua minggu untuk memperbaiki, dan pencapaiannya akan ditinjau lagi pada akhir masa percobaan. Adakah perbaikan? Ternyata tidak ada. Bahkan dalam dua minggu itu tampak perkembangan baru. Jane tinggal lebih lama di ruang istirahat. Ternyata ia tertidur di sana. Atasan lalu memanggil Jane lagi. Kebetulan atasan ini bukan )ems orang yang mudah memecat orang. Dengan kebapakan ia menyapa Jane. "Jane, saya pikir ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu. Coba katakan, mungkin saya dapat membantu memecahkannya." Jane tampaknya dapat mempercayai bahwa atasannya sungguh-sungguh ulus ingin membantunya. "Sebetulnya saya memang sudah putus asa. Lebih baik saya diberhentikan saja. Karena itu, saya pikir percuma juga kalau saya berusaha memperbaiki prestasi." Atasan dengan sabar mendengarkan Jane. Kesabaran itu mempertingi kepercayaan Jane dan akhirnya ia mengaku bahwa selama enam minggu terakhir ini ia telah melakukan moonlighting (kerja rangkap) di tempat lain. Kerja rangkap ini menyebabkan ia bekerja 16 jam sehari terus-menerus. Tentu saja kerja 16 jam sehari bagi Jane merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Kelelahan itu tampak nyata pada penampilan Jane akhir-akhir ini. Sampai di sini kasus itu memberikan tiga alternatif bagi atasan untuk mengambil tindakan terhadap Jane. 1. Mengucapkan terima kasih atas kejujuran Jane, tetapi menegaskan kepadanya bahwa ia harus memilih salah satu dari dua pekerjaan itu. 2. Mengatakan kepada Jane bahwa gajinya akan dinaikkan bila ia meninggalkan pekerjaan rangkapnya dan meningkatkan prestasinya di kantor. 3. Meneruskan wawancara dengan Jane dan menanyakan mengapa ia mengambil langkah untuk melakukan pekerjaan rangkapnya itu. Bila Anda memilih alternatif terakhir, ada kemungkinan bahwa Jane akhirnya menghargai kesabaran dan kepekaan Anda untuk, memahami masalahnya. Kepercayaan Jane kepada Anda membuat ia lalu berterus terang menceritakan masalahnya secara lengkap. Ternyata, dua bulan yang lalu Jane mendengar desas-desus bahwa setiap karyawan yang ketahuan pernah berurusan dengan polisi akan dipecat dari perusahaan. Desas-desus itu tentu saja mengecutkan hati Jane. Ia memang pernah berurusan dengan polisi ketika bersama teman-temannya ia melakukan demonstrasi antinuklir. Tentulah bukan urusan polisi macam itu yang membuat ia memenuhi syarat untuk dipecat. Karena kekhawatiran akan kehilangan pekerjaan itulah maka Jane lalu mempersiapkan diri dengan mencari pekerjaan tambahan. Dengan penjelasan atasan, Jane akhirnya merasa yakin bahwa ia bisa terus bekerja di kantor itu. Ia keluar dari pekerjaan rangkapnya dan kembali tampil produktif. Jane tentu beruntung karena ia mempunyai atasan yang peka sehingga soal sepele yang menegangkan ini bisa dilalui dengan baik. Seorang atasan harus pula dapat mengenali sumber desas-desus di lingkungannya. Suasana kantor dan hubungan antarkaryawan pun perlu dipupuk sedemikian rupa agar desas-desus langsung mati sebelum berkembang. Tegasnya, penyebar desas-desus adalah orang yang memenuhi syarat untuk dipecat. Sebab, sudah banyak contoh hal-hal sepele yang menjadi rumit hanya karena desas-desus. Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus