Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Ke kota rakyat menuju

Pengarang: ida bagus mantra yogyakarta: gajah mada univ. press, 1981 resensi oleh: soetjipto wirosardjono. (bk)

19 Maret 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

POPULATION MOVEMENT IN WET RICE COMMUNITIES Oleh: Ida Bagus Mantra Penerbit: Gajab Mada University Press, Yoyakarta, 1981 210 halaman. Tanpa indeks Kira-kira sepuluh tahun lalu seorang menteri membuat analogi daya tarik migrasi, khususnya urbanisasi, dengan teon laron - serangga malam yang senang tempat berbinar-binar. Maksudnya: di mana ada daya tarik sosial - seperti elektrifikasi, fasilitas pendidikan, kesehatan, dan hiburan - ke situ orang menuju. Anggapan yang menggunakan analogi dan akal sehat itu masuk akal, kalau saja semua tingkah laku manusia semata-mata didasarkan pada pertimbangan rasional. Sayang dalam kenyataan manusia bukan sekadar makhluk rasional. Motif tingkah lakll mereka lebih kompleks dari itu. Faktor yang menentukan tingkah laku seseorang meliputi pertimbangan emosiol nal, kekerabatan, persepsi, dan sebagainya. Di sinilah Dr. Ida Bagus Mantra mencoba menguak kekuatan yang mendorong orang desa meninggalkan tempat asalnya - sel mentara atau seterusnya. Serta kekuatan yang menahan penduduk untuk tetap tinggal di desanya. Dengan pendekatan studi mendalam (indepth inquiries) ia amati peri laku mobilitas penduduk di dua dukuh: Kadirojo, Desa Margorejo, Kecamatan Tempel di Kabupaten Sleman dan Dukuh Piring, Desa Murdigadung, Kecamatan Sanden, di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Dalam telaahnya Mantra menuding kekuatan centrifugal (mendorong keluar) dan kekuatan centripetal (merenggut ke dalam) yang bekerja dalam dinamik migrasi kependudukan. Ekonomi petani yang menghimpit, kesempatan pendidikan, tetek bengek kewajiban kemasyarakatan yang dirasa memberatkan, mendorong orang meninggalkan tempat asal. Sedang unsur penahan yang membuat orang tidak pindah dari desanya: Pertama, ternyata ikatan kekerabatan- sanak famili saudara, ikatan batin, pertemanan, dan sebagainya. Kedua, semangat gotong royong yang masih kuat dirasa sebagai jaminan, biarpun hidup susah, bila tetap tinggal di desa itu. Ketiga, ikatan batin dan spiritual terhadap tanah, juga status yang menempel akibat pemilikan tanah di desa itu (kuli, setengah kenceng, yasan, dan sebagainya). Keempat, desa asal usul, tempat makam nenek moyang, harus dileluri (dijunjung tinggi). Kelima, hambatan fisik, ekonomi maupun kepastian nasib, tiadanya pengalaman, keterampilan dan keberanian, menyebabkan mereka cenderung terima nasib (halaman 1968, 1969). Hasilnya: fenomen perpindahan ulang alik circular migration), ikatan kampung halaman yang cenderung tetap kuat, masih merupakan gejala umum dalam dinamik perpindahan penduduk kedua dukuh tersebut, baik yang nglaju, menginap, mondok ataupun yang pindah. Di Indonesia ada beberapa ahli kependudukan mengkhususkan diri dalam studi migrasi: Suharso, Mayling Oey, Kartomo dan Mantra sendiri. Tetapi berbeda dengan yang lain, buku Mantra, semula ditulis sebagai disertasi, mewarisi tradisi Pusat Penelitian dan Studi Kependudukan UGM Pendekatannya antropolQgis, dengan penelitian mendalam di satu dua desa atau dukuh dan mengorek referensi yang amat kaya (buku ini mendaftar lebih dari seratus bahan bacaan yang digunakan). Isinya menarik, walaupun susunan dan tata sajiannya kaku - maklum gaya disertasi. Tetapi bahasanya lancar dan mudah dibaca. Kekurangannya cuma ditemukan dalam menyisipkan kata: mestinya nglaju tertulis ngalju (hal. 8) petok tertulis petuk (hal. 37) ahli waris tertulis alur waris (hal. 73) yang artinya lain sama sekali. Juga merantau setahu saya kultur dan kata Minangkabau, bukan Jawa Barat seperti kata Graeme Hugo yang dipetik Mantra (hal. 9). Dan penyuntingan terhadap referensi kurang bersih. Soetjipto Wirosardjono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus