Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Kebodohan Yang Menguntungkan

Angkama dan istrinya, sulaeha, memamerkan karyanya di balai budaya, jakarta. Lukisan angkama memperlihatkan tehnik yang dipengaruhi karya van gogh. sedang sulaeha, lukisannya tampak lugu. (sr)

10 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

30 buah lukisan Angkama dan 30 lagi dari isterinya, Sulaeha, yang dipamerkan di Balai Budaya (23 - 30 Desember) berbicara tentang pengaruh dan kemurnian. Angkama yang 62 tahun, dengan jujur mengatakan tertarik pada karya van Gogh, Gauguin, Cezanne, Hsia Kuei, Tai Chiu, Hokusai, Hiroshige - benar-benar meraba kanvas dengan teknik pengungkapan yang dibebani oleh berbagai pengaruh. Dalam lukisan Pemandangan 16 dan 7 misalnya, yang memperlihatkan bukit, tegalan dan langit, jelas sekah irama sapuan kwas van Gogh yang menjiwainya. Ini berbeda dengan isterinya yang baru 3, tahun belajar melukis. Masih tersaruk-saruk dalam memahirkan teknik, tanpa pengertian-pengertian dasar tentang komposisi, toh memamerkan lukisan sepeiti Wayang, Bunga, Potret, Perpandangan yang kalau boleh dikalahkan menyarankan keluguan "isi" seperti. Yang Mau digapai oleh seorang Suparto, misalnya. Memberontak Identitas Sendiri Sebagai akibatnya, lukisan Angkama terasa lebih manis. Karena kemahirannya kadangkala menjadi keasyikan. Lukisan Pemandangan 2, S dan 9 misalnya, yang mengambil objek Bali, lebih bersifat sentuhan sekilas terhadap objek. Ilariya menangkap hal-hal baik saja tidak menangkap ciri khusus objek, tetapi juga tidak menampilkan dialog apa-apa dari subjek pelukis. Yang jelas adalah usaha merekam sesuatu dari sudut pandangan yang menurut format kanvas paling menguntungkan, ditambah sapuan kuas yang sedikit memberi gaya tetapi bukan ekspresi. Sementara itu Sulaeha dengan kejujurannya memang tak sempat menampilkan keindahan-keindahan yang bisa dipajang, meskipun ia bertolak dari alam sekitarnya - artinya mencoba menangkap sosok kehidupan nyata. Tetapi di balik kekurang trampilannya, terbersit suara hati seorang wanita yang mencoba memahami sekitarnya dengan sangat sederhana. Tidak untuk mengatakan bahwa Sulaeha lebih baik dari Angkama. Tetapi sekedar menggambarkan bahwa ketertarikan Angkama pada van Gogh misalnya, hanya berakhir pada teknik. Sementara Sulaeha yang, tak mengandalkan apa-apa kecuali perasaan-perasaannya sendiri, dengan tak sengaja sudah mengucapkan keluguan yang oleh beberapa seniman dikejar dengan getol. Hanya unsur ketidak-sengajaan pada Sulaeha memang membuat lukisannya sekedar menyentuh dan mengingatkan tanpa dibarengi penekanan yang gempal. Lukisan tersebut, "tekniknya yang tanpa teknik" itu yang menarik sementara isinya hanya kebetulan-kebetulan. Kebetulan itu bisa jadi masaalah besar kalau ketemu dengan jiwa "penonton" yang memang ngebet sedang mencari keluguan, atau yang haus pada kemurnian sebagai protesnya terhadap. amukan pengaruh. Biasanya pelukis yang begini, segera- sesudah bertambah trampil dan lincah menguasai teknik, mulai kehilangan kebetulan. Lalu muncul pribadi sesungguhnya yang justru mulai mereguk pengaruh-pengasuh. Sementara itu tumpukan pengaruh dalam lukisan Angkama masih mempunyai kemungkinan kejenuhan, pribadi yang bisa melahirkan sikap memberontak identitasnya sendiri - sehingga akan lahir hasil-hasil yang lebih orisinil. Hasil-hasil yang justru akan membalik membabat teknik, dan mendongakkan pribadi pelukis. Tidak lagi untuk menemukan kebetulan-kebetulan seperti Sulaeha, tetapi menampilkan kemurnian yang diyakini dan ditangkap jiwa dengan sengaja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus