DALAM dunia jazz, komposisi harus mengakui betapa hebat peranan
manusia secara individuil. Instrumen seakan-akan menjadi mulut
yang sangat pribadi,sehingga bunyi yang dilemparkannya menjadi
sebuah dunia kecil yang berliku dan toh selalu terbuka untuk
jadi teman setiap individu yang lain. Ia jadi ramah, hangat dan
mengasyikkan, tetapi tidak terjepit dalam kungkungan
melankolik, Bermula ia berkelana dalam bar-bar di New Orleans
serta rumah-rumah pelacuran di mana setiap orang sangat
memerlukan teman bergunjing. Tetapi setapak-setapak ia
membuktikan kedudukannya yang terhormat, sehingga lokalisasinya
melebar ke gedung-gedung konsert dan akhirnya menjadi milik
setiap orang.
Satu hal yang tertinggal, menuliskan kembali perjalanan musik
yang hangat ini, lebih menyerupai menderetkan nama para
gembongnya. Ia semacam sejarah perkembangan kepribadian dan
lingkungan sosial sepanjang abad 20. Dalam akhir abad 19 yang
dianggap sebagai jaman prajazz, dikenal jenis musik ragtime. Di
sana unsur komposisi masih dominan dengan piano sebagai
medianya. Ia merupakan perpaduan musik Eropa dengan jiwa hitam,
sehingga kadar vitalitasnya tinggi. Hal mana kemudian
disempurnakan di New Orleans oleh beberapa raja-raja hitam,
sehingga musik yang kemudian dinamakan Dixieland Jazz itu lebih
spontan karena amat bebas berimprovisasi sehingga individu
benar-benar merdeka.
Miles Davis
Tahun 1920 kiLa dengar nama-nama Bix Beiderbeck, Jack Teagarden,
P.W.Russel dan Mc Portland dari periode Chicago Jazz. Dengan
instrumen terompet, klarinet, soprani sax dan drum (kemudian
tenor sax) musik yang bergairah ini dipakai untuk menggiring
dansa-dansi jaman yang disebut roaring twienties. Sepuluh tahun
kemudian (1930-1942) muncul Big Band Jazz yang tidak segaduh
sebelumnya, karena adanya penekanan-penekanan tertentu. Walaupun
kadar vitalitasnya tetap tinggi, jazz menjadi lebih merdu dan
melodius. Waktu itu kita catat nama-nama Benny Goodman, Duke
Ellington, Count Bassie, Tommy Dorsey dan Glenn Miller. Klarinet
mulai tersohor di lepitan bibir Benny Goodman sehingga benda itu
boleh dianggap simbol Swing Era--karena jaman itu disebut
sebagai Swing Jazz.
Kemudian kita mendengar nama Charlie Parker dan Dizzy Gillepsie,
sesudah adanya revolusi dalam jazz karena periode swing,
menjadi mapan dan merosot. Waktu itu lahirlah musik Pop dan
Bebop. Dengan gembong Thelenius Monk, Stan Gets, George
Shearing, antara lain kemapanan gaya swing dirombak dengan
tehnik yang lebih tinggi, terjadi variasi dalam tempo sehingga
musik jadi kompleks. Lewat masa ini, mulai mencuat Miles Davis
sebagai barisan Cool Jazz (1950-1960) yang sampai sekarang
terasa pengaruhnya. Dengan Gerry Mulligan, Shelly Manne, Paul
Desmond dan Dave Brubeck, musik Bibop dipugar lagi sehingga
lebih halus, dan sesuai dengan namanya ia memang menjadi
santapan santai. Hanya sepuluh tahun. Pada 1950 Dizzy Gillepsie
memasukkan pula unsur latin, sehingga ada yang disebut Cuban
Jazz. Unsur ini menelorkan pula nama Jazz Samba, tapi tidak
sampai terkenal. Pada 1960 justru tersohor Jazz Bosanova, yang
hakekatnya adalah Jazz Samba itu juga.
Sesudah melewati periode Modern Jazz, orang bertanya: "Mau ke
mana?" Ada pencaharian-pencaharian yang berlindung di balik
nama: Free Jazz, Avant Garden Third Stream Music, Atonal Jazz,
Rock Jazz, Soul Jazz. Masuk pula unsur-unsur elektronik yang
merubah warna dan nada dalam jazz meskipun darahnya tetap saja
sama: hangat, bergairah, menggelinjang dan santai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini