Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Kembalinya Sang Dinamit

Sebuah film tentang pegulat di masa tua. Mickey Rourke seperti sebuah dinamit!

30 Maret 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THE WRESTLER
Sutradara: Darren Aronofsky
Skenario: Rob Siegel
Pemain: Mickey Rourke, Marisa Tomei, Evan Rachel Woods

TUBUH yang berusia senja (baca: kulit mengkerut seperti kulit jeruk purut), wajah yang lebih mirip daging hamburger tak tanak, dan rambut blonda penuh minyak yang tergerai menutupi punggungnya. Inilah Randy ”The Ram” Robinson, seorang pegulat yang berjaya pada 1980-an karena kedua lengannya yang mampu membanting apa saja; tulang-belulangnya bak besi yang mampu menghancurkan benda apa saja yang ditabrakkan padanya. Pendeknya, Randy ”The Ram” Robinson memenuhi semua media sebagai bintang ring gulat.

Tetapi film ini bukan sebuah film tentang gulat yang penuh darah dan adu kekerasan—meski kekerasan menjadi bagian yang sangat-sangat mengganggu—melainkan sebuah film tentang sebuah pencarian diri.

Di usianya yang senja, Randy masih sesekali mencoba bergulat di atas ring untuk mencari nafkah. Nama besarnya masih bisa menyelamatkan dia, dengan sesekali fan yang meminta tanda tangan dan berpotret dengannya. Tetapi Randy terkena serangan jantung. Dokter memperingatkan: sekali lagi dia main, nyawanya akan melayang.

Randy mencoba berdamai dengan­ sisa nasibnya. Dia bekerja sebagai pela­yan supermarket; menghubungi anak remajanya, Stephanie (Rachel Evan Wood) yang selama ini tak diurusnya, dan mencoba menjalin hubungan serius dengan Cassidy (Marisa Tomei), penari erotis yang selama ini peduli pada­nya. Tetapi sisa-sisa nasib itu tak selalu mudah dirajut sesuai dengan pola yang dia bentangkan. Stephanie dibungkus kemarahan luar biasa terhadap ayahnya yang di masa muda seenaknya meninggalkan keluarga; Cassidy mencoba menarik garis jelas antara penari erotis dan klien.

Keputusan akhir: dia terjun kembali ke atas ring! Kalaupun serangan jantung menghajarnya, dia akan menerimanya.

Aktor Mickey Rourke, yang dalam­ hidup nyata juga sudah meninggalkan dunia film—karena problem narko­ba, tingkah laku ugal-ugalan, yang membuat industri film juga ogah menggu­nakan dia—dan berakhir di atas ring tinju, seperti memainkan dirinya ­sendiri. Seorang aktor yang pernah meledak dalam film Rumble Fish dan 9½ Weeks pada 1980-an itu kembali ­ke arena film. Dan dia benar-benar ­meng­gebrak.

Kamera handheld yang meng­ikuti langkah Randy dari belakang (kita hanya bisa melihat rambutnya yang dikucir kecil) yang berjalan menyusuri jejak hari tuanya: ke apotek, ke trailernya tempat ia tidur; sesekali berkawan dengan anak-anak tetangga bermain game; ”terjerembap” dengan salah satu cewek blonda dan bercinta di toilet…. Tetapi dia merasa semua ”kehidupan biasa” itu menolak dirinya. Menolak Randy, lelaki tua yang biasa, yang ingin hidup tenang dengan anaknya dan seorang kekasih.

Mickey Rourke, yang dalam Acade­my Award tahun ini dinominasikan sebagai aktor terbaik dan dikalahkan oleh Sean Penn, bukan hanya seorang pegulat tua yang mencoba mempertahankan ring sebagai rumahnya, dia juga berhasil merebut dan mengoyak hati kita. Habis-habisan. Penjelasannya, tersendat dan mata berkaca-kaca, kepada sang putri tentang keputusannya untuk ”mencoba melupakan bahwa aku punya seorang anak” adalah ade­­-g­an ”sinting”: artinya, Rourke menyajikan sebuah kejujuran. Di situ kita melihat seorang aktor yang mencoba melupakan dunia film yang ”menolak”-nya. Rourke memang sebuah dinamit!

Marisa Tomei, sebagai penari erotis yang juga mempunyai problem sebagai ibu tunggal, tampil bersinar. Aktris ­veteran ini, yang juga mendapat nominasi dalam Academy Awards tahun ini (dan dikalahkan oleh Penelope Cruz), bisa mengimbangi Rourke, meski porsi dia dan juga porsi Evan Rachel Wood sebagai putri Randy tak bisa dikembangkan.

Sekali lagi, ini bukanlah sebuah cerita pergulatan para pegulat. Ini adalah cerita pergulatan di dalam diri sang pegulat. Tubuh yang bersimbah darah, yang mengagung-agungkan kejantanan (yang membuat kita muntah itu), adalah sampiran. Isi dari film ini: seorang lelaki tua yang ingin mengais-ngais mencari raganya.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus