Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JACK REACHER: NEVER GO BACK
Sutradara: Edward Zwick
Skenario: Richard Wenk, Edward Zwick, Marshall Herskovitz
Berdasarkan novel karya Lee Child
Pemain: Tom Cruise, Cobie Smulders, Aldis Hodge, Patrick Heusinger, Danika Yarosh
JACK Reacher kembali lagi.
Kali ini setelah beberapa hubungan telepon intim dengan Mayor SuÂsan Turner (Cobie Smulders), yang suaranya memikat Reacher; saling menggoda dan saling meledek. Ini membuat si pengelana pendiam kepingin menjenguk pemilik suara bagus itu. Di ruang bekas tempat yang dipimpinnya dulu, Jack Reacher tak menemukan Susan Turner. Ternyata, menurut atasannya, Susan Turner sedang ditahan atas tuduhan spionase.
Tentu saja Jack Reacher tak bisa melahap informasi aneh itu begitu saja. Maka dia mulai menjalankan kebiasaannya. Mereka yang sudah mengenal tokoh Jack Reacher melalui novel kriminal karya Lee Child (nama samaran penulis Inggris, Jim Grant, yang sudah menghasilkan 18 novel seri Jack Reacher) pasti siap menanti tindakan vigilante yang akan dilakukannya. Reacher, tokoh rekaan Child, adalah favorit pembaca karena dia seorang eks polisi militer yang kemudian "menghilang" dari mata publik dan beralih menjadi tokoh yang membereskan ketidakadilan dengan caranya Âsendiri.
Dalam novel-novel Child, sosok Reacher (tak ada yang memanggilnya "Jack") digambarkan sebagai seseorang bertubuh gigantik dan hampir tak pernah menggunakan senjata ketika menaklukkan lawan, meski ia dikepung. Bisa dibayangkan, ketika film Jack Reacher pertama (sutradara Christopher McQuarrie, 2012) menampilkan Tom Cruise, bukan hanya penggemar novel Child, kritikus juga mencibir.
Namun film thriller itu berhasil. McQuarrie berhasil menampilkan ketegangan sepanjang film dan membuat kita percaya bahwa Tom Cruise tidak hanya sekadar menjiplak penampilan Ethan Hunt dalam seri Mission: Impossible yang serba fantastik dan mewah itu. Penonton dan kritikus akhirnya bisa menerima Tom Cruise bermetamorfosis menjadi Reacher si pengelana yang cuma punya sebiji T-shirt dan sebiji sikat gigi serta berpindah dari satu kota ke kota lain dengan nebeng mobil atau truk orang asing.
Ketidakadilan yang terjadi di kalangan militer dalam film Never Go Back tentu saja bukan sekadar persoalan politik internal militer; tapi ada konspirasi besar yang melibatkan senjata api dan berbagai benda terlarang lain, yang sudah pasti merujuk pada pucuk pimpinan militer yang korup. Reacher juga menghadapi kasus personal lain: salah satu perempuan yang pernah berhubungan dengannya menuntut tunjangan hidup untuk anak mereka yang sudah remaja.
Jadilah Jack Reacher bersama Mayor Susan Turner dan si remaja Samantha Dayton (Danika Yarosh)—seperti sosok Bourne dibelah tiga—kejar-mengejar di New Orleans yang sedang ramai akan berpesta HalloÂween.
Dibandingkan dengan ketegangan thriller dalam film Jack Reacher pertama, apalagi ada "hadiah" kejutan bagi penggemar film dengan munculnya Werner Herzog sebagai bos penjahat, film ini adalah penurunan yang agak mengecewakan. Keistimewaan dan keberhasilan Tom Cruise dalam film-film laganya—terutama pada distribusi internasional—selalu pada dua hal: Cruise melakukan stunt (adegan berbahaya) sendiri, tanpa aktor pengganti, dan adegan laga yang dilakukannya sering unik dan berbahaya (seperti yang dilakukan dalam film-film Mission: Impossible). Dan yang terpenting, plotnya tetap menarik dan selalu memiliki belokan serta lekukan yang mengejutkan.
Sutradara Edward Zwick (pernah bekerja sama dengan Tom Cruise dalam film The Last Samurai) seperti "malas berusaha" mencari sesuatu yang unik. Kejar-mengejar, panjat-memanjat loteng, bersembunyi di antara keramaian festival, dan luka goret di wajah Tom Cruise bukan sesuatu yang baru. Plot jebakan terhadap Susan Turner juga tidak membuat penonton bergetar di pinggir kursi bioskop, sementara kisah si remaja Samantha yang mungkin ingin mengupas sisi kemanusiaan Jack Reacher disajikan dengan agak tanggung.
Ketegangan seksual antara Jack Reacher dan lawan main perempuan sebetulnya menarik. Dalam film pertama, tampil aktris Rosamund Pike, yang memiliki chemistry yang kuat dengan Tom Cruise meski tak pernah terjadi apa pun kecuali ketegangan seksual dalam diam. Sedangkan dalam film ini, Cobie Smulders dan Tom Cruise lebih seperti kawan seiring sejalan.
Plot cerita ini tak unik seperti film pertama: si jahat adalah para petinggi militer korup yang berkongkalikong dengan pengusaha, dengan deretan bekas tentara belingsatan yang gemar membunuh. Si baik adalah tentara perempuan yang patuh pada sistem. Si remaja adalah embel-embel yang diletakkan untuk membuat Jack Reacher tampak seperti manusia biasa, bukan superhero.
Tapi ini Tom Cruise. Pada usia kariernya yang ke-40 (Hollywood selalu menghitung karier Cruise sejak dia melejit dalam film Risky Business pada 1986, meski sebelumnya dia sudah muncul di beberapa film), Cruise adalah jaminan mutu. Film apa pun dengan Cruise menjadi magnet. Dan dia tahu kekuatan dirinya. Dengan atau tanpa senyum megawatt.
Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo