Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Listrik dari Sampah

24 Oktober 2016 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAIN menyiar kotoran, tempat pembakaran sampah ini memproduksi listrik. Satu meter kubik sampah yang dibakar selama satu menit sanggup menghasilkan setrum sebesar lima volt.

Muhammad Alfin Assyidiq, Afif Muslih Jainuddin, Aprilia Ayu Andariny, Salsabila Naqiyah, dan Bimo Bagaskoro mulai melakukan riset untuk alat yang belum diberi nama ini sejak tahun lalu. Mereka terinspirasi seniornya di Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang, Bayu Seno, yang meneliti pembangkit listrik sederhana dari gerakan turbin dengan mengandalkan uap hasil pembakaran sampah.

Awalnya riset kelima mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Teknik Fisika ini gagal. Lalu, berbekal referensi yang digali dari Internet, Alfin mengajak keempat rekannya merakit pembangkit listrik sederhana dari pembakaran sampah. "Prinsip kerja alat kami ini mengubah panas jadi energi listrik," kata Alfin, Rabu pekan lalu.

Ada dua bagian utama pada alat tersebut, yakni bak sampah dan rangkaian pembangkit listrik. Bak sampah terbuat dari besi, yang terbagi jadi tiga kotak masing-masing berukuran panjang 40 sentimeter dan lebar 40 sentimeter. Tingginya berbeda-beda: kotak pertama 60 sentimeter dan dua kotak lainnya 20 sentimeter.

Kotak pertama untuk membakar sampah. Kotak kedua untuk menampung uap hasil pembakaran sampah. Kotak ketiga sebagai penyimpan panas. Ketiga kotak ditumpuk dengan kotak pertama berada paling bawah, kotak kedua di tengah, dan kotak ketiga paling atas. Pada sisi kotak pertama dan kedua yang menempel terdapat lubang-lubang kecil untuk mengalirkan uap.

Tempat sampah dilengkapi dua cerobong. Satu cerobong terbuat dari pipa bulat, satunya lagi berupa lubang segi empat pada dinding kotak kedua. Adapun rangkaian pembangkit listrik tersusun dari 18 buah termoelektrik, enam heatsink atau pendingin, kontroler, aki kering, dan kabel. Termoelektrik berfungsi mengubah panas jadi tenaga listrik, kontroler untuk mengatur daya listrik, dan aki kering untuk menyimpan setrum.

Termoelektrik ditempelkan di bagian atas kotak ketiga. Pendingin dipasang di atas termoelektrik. Sedangkan aki dan kontroler ditempatkan terpisah—pada wadah yang ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan.

Menurut Alfin, termoelektrik bekerja saat terjadi perbedaan suhu di antara kedua sisinya. Ketika menerima panas dari uap pembakaran sampah, sisi bawah termoelektrik ikut memanas. Adapun sisi atasnya tetap adem karena pengaruh pendingin. Untuk menambah selisih suhu kedua sisi termoelektrik, sesekali pendingin dikompres dengan kain basah. "Semakin besar perbedaan suhu di antara kedua sisi termoelektrik, semakin tinggi tegangan yang dihasilkan," kata Alfin.

Saat diuji coba, alat ini dapat memproduksi listrik sebesar lima volt. Setrum itu digunakan untuk menyalakan lampu serta mengisi daya power bank.

Walau begitu, alat ini masih serba kekurangan. Pertama, alat tidak bisa memastikan volume sampah yang harus dibakar untuk menghasilkan tenaga listrik dalam jumlah tertentu. Kedua, setrum yang dihasilkan belum maksimal. Karena itu, Alfin dan tim berencana menguji lagi perangkat tersebut.

Sejauh ini, pembangkit listrik tenaga sampah tersebut bermanfaat bagi kebersihan lingkungan tempat tinggal Alfin di kawasan Tembalang, Semarang. Ia mengumpulkan limbah lingkungan, lalu membakarnya di alat tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus