Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SAMBUTAN tepuk tangan penonton di gedung teater Amare, Den Haag, Belanda, Kamis, 23 Mei 2024, terdengar begitu lama bergemuruh ketika Franki Raden bersama Indonesian National Orchestra mengakhiri pentasnya. Tepuk tangan itu mereda ketika Franki Raden dan para pemusiknya memainkan repertoar “Rentak 106”. Musik berakar Melayu itu dimainkan dengan instrumen musik dari berbagai penjuru Nusantara.
“Pak ketipak ketipung, suara gendang bertalu-talu....” demikian lirik musik Melayu yang dikomposisi ulang oleh Franki dan diberi judul “Rentak 106” itu. Satya Cipta—penyanyi tamu dalam pertunjukan itu—melantunkan lirik tersebut dengan riang diiringi kendang Sunda, tataganing, sarune, didjeridu, kolintang, gitar dan bas elektrik, serta gong dengan berbagai ukuran. Hampir semua penonton ikut bergoyang di tempat duduk, seperti tergelitik untuk menari.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Azuzan adalah pengamat seni pertunjukan. Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Tempik Sorak untuk Indonesian National Orchestra".