Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Dari Studi Anatomi dan Patologi ke Makhluk Hibrida: Proses Kreatif Patricia Piccinini

Perupa asal Australia, Patricia Piccinini, selama 30 tahun mencatatkan jejak kreatifnya dalam karya hiperealis dan khayali.

9 Juni 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Patricia Piccinini sejak awal tertarik pada karya patung dengan mengeksplorasi beragam material. Dia melahirkan karya-karya patung hiperealis dan imajiner.

  • Inspirasi dari keseharian dan lingkungan diwujudkan dalam karya yang berakar dari surealisme dan mitologi.

  • Karyanya mengajak masyarakat mendiskusikan perkembangan situasi sekeliling dengan positif.

LAHIR di Sierra Leone pada 1965, Patricia Piccinini memulai kariernya dengan mempelajari anatomi, spesimen kuno, dan patologi di museum medis. Dari sinilah kemudian ia mengembangkan karya seninya dengan mengeksplorasi, mengolah, dan memadukan beragam material. Di antaranya bahan sintetis seperti silikon dan serat kaca serta plastik akrilonitril butadiena stirena atau ABS dengan bahan organik. Namun ia tak hanya menekuni seni pahat atau patung, tapi juga fotografi, video, dan gambar. Ia berkarya di studio di Wurundjeri di Naarm alias Melbourne, Australia. Dari studio itu, lahir makhluk-makhluk imajiner atau khayali yang cukup provokatif, terutama jika dipandang dari aspek sains, yakni rekayasa genetika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Patricia Piccinini dengan karyanya berjudul 'The Bond'. Dok.Museum MACAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Patricia Piccinini mendapatkan gelar bachelor of fine arts dari Victorian College of the Arts, Melbourne, pada 1991. Tiga tahun kemudian, ia mengkoordinatori The Basement Project Gallery di Melbourne hingga 1996. Karyanya dipamerkan di Tolarno Galleries, Melbourne, serta Roslyn Oxley9 Gallery, Sydney. Pada 2014, dia diberi penghargaan Anugerah Seni Visual Melbourne Art Foundation. Dua tahun, kemudian ia dianugerahi gelar doctor of visual and performing arts (honoris causa) oleh Victorian College of the Arts dan ditunjuk menjadi profesor enterprise di Victorian College of the Arts, University of Melbourne.

Praktik kekaryaannya mengkaji batas yang makin kabur antara yang buatan dan yang alami seperti muncul dalam budaya dan gagasan kontemporer. Gambar-gambarnya yang nyata, binatang hibrida, dan makhluk kendaraan mempertanyakan cara teknologi dan budaya kontemporer mengubah pemahaman kita akan apa artinya menjadi manusia dan mempertanyakan hubungan kita dengan—dan tanggung jawab terhadap—apa yang kita ciptakan. Meskipun etika merupakan hal yang penting, pendekatannya bersifat ambigu dan penuh pertanyaan, bukan moralistik dan didaktik.

“Saya berfokus pada tubuh dan hubungan; hubungan antara manusia dan makhluk lain, manusia dan tubuh kita, makhluk dan lingkungan, yang buatan dan yang alami,” ujar Piccinini.

Ia mengatakan tertarik pada cara realitas sehari-hari di sekitarnya mengubah hubungan tersebut. “Mungkin banyak yang memandang praktik karya saya dari segi sains dan teknologi, tapi bagi saya didasari surealisme dan mitologi,” tuturnya. Pekerjaannya, dia menambahkan, mengubah cara orang memandang sekitar mereka dan mempertanyakan asumsi mereka tentang hubungan mereka di dunia.

Di akun YouTube Ocula, dalam wawancara di studionya setahun lalu, Piccinini menjelaskan bahwa dia membuat skenario proposisi sebuah karya seni patung yang dinilai “menjijikkan”, tapi hal itu menarik secara emosional pada tingkat etika dan intelektual untuk didalami. Menurut dia, hal semacam ini bisa terjadi karena kita melihat serangkaian nilai yang kita minati dan nilai tersebut bisa jadi seputar hubungan atau kepedulian. Perjalanan dari penolakan menuju ketertarikan itulah yang kemudian benar-benar menarik minatnya.

Dalam tiga dekade terakhir Piccinini berkarya, tema utamanya adalah bagaimana kita sebagai masyarakat memahami alam dan bukan kecerdikan. Dikotomi atau batasan-batasan inilah yang sebenarnya menjadi permasalahan. Jadi, ketika dia membuat makhluk-makhluk yang menentang batas ini, mereka menghina banyak orang. Sebab, mereka mempertanyakan bagaimana kita berhubungan dengan spesies lain dan memandang mereka sebagai spesies lain sehingga memungkinkan terjadinya perilaku buruk yang kita lakukan terhadap mereka.

Dalam berkarya, sebagai seniman, Piccinini merasakan kegembiraan ketika menciptakan makhluk-makhluk imajiner ini. Tak tebersit pemikiran bahwa karya itu mempesona, luar biasa, atau menginspirasi. Dengan berkarya, ia bisa menikmati dan membayangkan seperti apa kehidupan ini dan kemudian mewujudkannya ke dunia. “Saya hanya berpikir, 'Oh, bukankah menyenangkan memiliki makhluk-makhluk ini, hidup seperti ini, sepatu bot menjadi kantong, penuh dengan kehidupan baru dan saya dapat menghadirkan gambaran penciptaan ini ke dunia ini'.” Dari karya itu, ia bisa membincangkan banyak hal tentang anak-anak, bayi, perawatan, kehamilan, dan pengasuhan sebagai hal positif dalam bahasa apa pun, terutama bahasa evolusioner, dan ia bisa mewujudkannya di dunia.

Demikian juga karya-karya yang mengambil wujud berbagai binatang yang dikombinasikan dengan aneka barang, seperti burung pelikan dan sepatu bot serta paus terbang, atau penyu dengan sepasang penyedot. Ia tak hendak menjadikan binatang tersebut seperti itu di waktu mendatang, tapi mengingatkan bahwa betapa ajaib dan menakjubkannya mereka. Mereka bisa bertahan hidup di lingkungan yang sulit dengan evolusi yang luar biasa dan beradaptasi dengan lingkungan mereka, terutama saat-saat ini.

Dalam karya No Fear of Depth, Piccinini mengatakan, seiring dengan bertambahnya usia, dia merasa jauh lebih nyaman membuat karya yang sengaja dibuat emosional. “Saya tertarik menjunjung tinggi nilai seperti kepedulian dan tidak lagi merasa minder akan hal itu,” tuturnya. Menurut dia, nilai-nilai kepedulian ini penting divalidasi juga oleh seniman. “Kami tidak melihatnya di banyak tempat. Jadi, menurut saya, dunia seni bisa menjadi tempat mendiskusikan ide ini,” ucapnya.

Ia mulai mengenalkan karyanya kepada publik dalam pameran bersama di First Draft Gallery, Sydney; Art Victoria Gallery; dan Melbourne International Festival. Lalu, pada 1994-1995, dia mulai berpameran tunggal di Australia dan Filipina. Setelah itu karya-karyanya mulai menjelajah berbagai negara di Asia, Eropa, Afrika, dan Amerika. Jejak panjang karya tak hanya tertinggal di pameran-pameran, tapi juga di bienial serta trienial seni bergengsi di beberapa negara. Ia pun menerima sejumlah penghargaan atas karya-karyanya sepanjang 1989-2014. Sejumlah galeri, galeri nasional, museum, dan gedung parlemen di Australia, Turki, Belgia, Jerman, dan Amerika Serikat mengoleksi karyanya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Dari Studi Anatomi dan Patologi ke Makhluk Hibrida".

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus