Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
RADEN Aria Abdussalam menghentikan laju sepeda motornya tepat di depan sebuah rumah yang berada di kompleks Permata Depok Regency, Depok, Jawa Barat. Ia turun dari kendaraannya dan menenteng ember serta sapu dan alat pel. Bangunan tipe 45/72 itu menjadi rumah ketiga yang dia singgahi pada Sabtu, 1 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemuda 22 tahun itu semestinya mulai bersih-bersih pada pukul 14.00 WIB, tapi ia telat satu jam. “Tadi lama bersihin di rumah sebelumnya. Jadi ke sini agak terlambat,” kata Raden, seraya meminta maaf kepada pemilik rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah pemilik rumah menunjukkan area yang harus dibersihkan, Raden bergegas mengambil sapu. Ia naik ke area lantai dua dan menyingkirkan kotoran burung yang memenuhi area tangga. Raden tak merasa jijik tatkala harus mengangkut kotoran kucing di salah satu sudut teras rumah. Ia mengaku sudah terbiasa disuruh klien yang menyewa jasanya untuk menyingkirkan kotoran hewan.
Bersih-bersih hanya salah satu layanan jasa suruh yang Raden tawarkan. Ia merintis bisnis ini tiga pekan lalu dengan nama Jasa Suruh Raden. Area kerjanya meliputi Jakarta Selatan, Depok, dan Bogor, Jawa Barat.
Sesuai dengan slogannya, “Bisa Apa Aja”, Raden memang serba bisa. Selain bersih-bersih rumah, ia bisa membelikan makanan, mengantar paket, mengurus administrasi, mengurus kucing sakit, hingga menangani masalah listrik.
Pelaku bisnis jasa suruh, Raden Aria Abdussalam, saat bersih-bersih atas permintaan klien di kawasan Depok, 1 Juni 2024. Tempo/Martin Yogi Pardamean
Sulitnya mencari pekerjaan menjadi alasan Raden membuka bisnis palugada—lakuran dari istilah “apa yang lu mau gue ada”. Ia terinspirasi dari Susanto alias Santo Suruh yang lebih dulu mempopulerkan jasa ini di Instagram. Bisnis jasa suruh ini dapat menerima berbagai macam permintaan.
Sebelum menjalani usaha ini, Raden sudah malang melintang melakoni berbagai profesi, dari barista, pelatih kuda, hingga yang terakhir tukang cuci sepeda motor. Namun, karena gaji tak sesuai dengan kontrak di tempatnya terakhir bekerja, ia pun memutuskan mundur.
Setelah menemukan akun media sosial Santo Suruh, ia berniat ikut bekerja dengan Santo. Tapi, lantaran cakupan area Santo di Jakarta dan Bekasi, Jawa Barat, Raden berinisiatif membuat bisnis serupa di Depok. “Lalu saya coba buka sendiri. Bermodal akun Instagram pribadi,” ucapnya.
Raden mengaku sudah meminta izin kepada Santo untuk membuka bisnis jasa suruh ini. Tak lama kemudian, Santo mengunggah video yang menyatakan dia memberikan lampu hijau kepada siapa pun yang ingin menggunakan ide bisnisnya di wilayah masing-masing.
Berbekal pengetahuan dasar menggunakan aplikasi Canva, Raden membuat logo usahanya. Akun Instagram pribadinya disulap menjadi akun Jasa Suruh Raden.
Ayah satu anak itu bercerita, pada hari pertama ia membuka bisnis tersebut, klien pertamanya adalah warga Yogyakarta yang meminta bantuan mencari paket yang hilang di jasa ekspedisi JNE Depok. “Saya jadi perantara customer service JNE kepada customer,” tuturnya.
Masih di hari yang sama, klien kedua muncul. Seorang warga negara Indonesia yang tinggal di Korea meminta bantuan Raden untuk mencari nomor kontak pegawai pemasaran di salah satu pabrik di kawasan Sentul, Bogor.
Pelaku bisnis jasa suruh, Raden Aria Abdussalam, di Depok, 1 Juni 2024. Tempo/Martin Yogi Pardamean
Setelah merampungkan kedua tugas itu, Raden menerima bayaran sebesar Rp 250 ribu. Nilai nominal tersebut merupakan upah terbesar yang dia terima selama bekerja. “Dulu, karena bekerja sama orang, gajinya enggak seberapa. Kayak sehari cuma Rp 50 ribu. Nyampe Rp 100 ribu saja enggak pernah,” ujarnya.
Hatinya pun riang tak terhingga. Sepanjang perjalanan pulang ke rumahnya, Raden mengaku senyum-senyum sendiri. Penghasilan yang didapat dalam satu hari bekerja itu memecut semangatnya dalam menekuni bisnis jasa suruh.
Hari berikutnya, pesanan yang masuk makin banyak dan mulai beragam. Ada yang meminta jasa bersih-bersih rumah, pindah rumah, membelikan sesuatu, antre, memindahkan pot, hingga mengangkut barang.
Permintaan paling unik adalah membawa kucing berobat ke klinik dan melakukan survei ke salah satu jasa pangkas rambut di Bekasi. Raden mengaku diminta kliennya mencukur rambut di sana dan melaporkan fasilitas serta pelayanan barbershop tersebut. “Karena dia mau kerja sama, tapi enggak bisa ke sana.”
Ia juga pernah mendapat permintaan dari klien di Jakarta Pusat hanya untuk membawakan dua bal baju dari lantai satu ke lantai tiga. Pekerjaan itu selesai tak sampai sepuluh menit.
Yang tak kalah unik, Raden diminta membersihkan kandang kambing. Ia hanya perlu menusuk kotoran yang menumpuk di bagian bawah kandang agar jatuh ke tanah. Kliennya memberikan upah sebesar Rp 100 ribu.
Kini pekerjaan yang paling banyak dilakukan Raden adalah bersih-bersih rumah. Dalam sehari, ia biasanya sanggup membersihkan tiga-empat rumah. Tarifnya tergantung kondisi bangunan. Untuk rumah yang sudah berpenghuni, tarif bersih-bersih sekitar Rp 100 ribu.
Pelaku bisnis jasa suruh, Susanto alias Santo Suruh, di Bekasi, Jawa Barat, 5 Juni 2024. Tempo/Martin Yogi Pardamean
Sedangkan untuk rumah kosong yang baru selesai dibangun, Raden mematok minimal Rp 150 ribu. Alasannya, membersihkan rumah kosong tak cukup dilakukan dengan sekali menyapu dan mengepel. “Saya juga kalkulasi jarak sama jasanya,” katanya.
Raden menuturkan, berbagai keahlian yang dia miliki itu tak lepas dari peran orang tuanya. Sejak kecil, ia sudah dididik mandiri. Misalnya, setiap pagi ia mesti bersih-bersih rumah. Lalu, saat menjadi santri di salah satu pesantren di Bandung, Raden juga diajari menangani masalah listrik. “Jadi menguasai basic skill,” ucapnya.
Aisha yang baru pertama kali menggunakan jasa suruh mengaku cukup puas atas pelayanan Raden. Perempuan 35 tahun itu memesan layanan bersih-bersih di area lantai dasar hingga teras rumahnya. Menurut dia, Raden cukup cekatan dan sudah tahu apa yang harus dikerjakan. “Sikap sopannya juga menjadi nilai plus,” ujarnya.
•••
PERINTIS bisnis jasa suruh, Susanto alias Santo Suruh, mengaku senang usaha yang dia rintis pada 2019 itu bisa menginspirasi banyak orang. Pria 30 tahun itu mengungkapkan, sebelum konten pekerjaannya viral di media sosial, banyak yang memandang jasa suruh ini sebelah mata. “Sekarang mungkin sudah lebih banyak yang tahu dan bisa jadi cuan,” kata Santo.
Sebelum membuka bisnis sendiri, Santo bekerja sebagai tukang galon air mineral sejak 2017. Saat itu, karena banyak mengenal ibu-ibu di kompleks perumahan sekitar kediamannya di Pondok Gede, Bekasi, ia sudah sering diminta melakukan berbagai pekerjaan. Misalnya membeli garam, memasang lampu, dan mencari tikus. “Akhirnya saya berpikir kenapa enggak buka jasa suruh, ya, kan?”
Ada berbagai pekerjaan yang dilakukan Santo sejak membuka bisnis ini, dari yang serius hingga sepele. Belum lama ini, misalnya, ada seorang klien yang meminta tolong Santo menabur kembang di makam orang tua klien tersebut.
Pernah suatu malam Santo diminta ibu hamil yang sedang ngidam untuk mengambil buah kecapi hingga mencari kelapa kuning. Santo juga pernah disuruh mengubur ari-ari dan bangkai kucing, memotong kuku burung, serta menjadi mata-mata dalam kasus perselingkuhan.
Menurut Santo, selagi halal, pekerjaan apa pun bakal dia lakukan. Sebab, modal terpenting bagi ayah empat anak ini dalam menjalani pekerjaan suruhan adalah berani dan tidak malas. Hal ini juga tecermin dalam slogan bisnisnya, “Kalau mau punya duit harus mau disuruh”.
Ihwal tarif jasanya, Santo tak mematok harga, melainkan didasari kesepakatan dengan kliennya. Untuk pekerjaan yang cukup mudah, seperti membeli makanan atau barang yang masih dalam satu kompleks dengan rumahnya, tarifnya sekitar Rp 10 ribu. Kalau jauh, ongkosnya dihitung berdasarkan jarak. Adapun jasa bersih-bersih rumah atau taman tarifnya dimulai dari Rp 100 ribu.
Pelaku bisnis jasa suruh, Susanto atau Santo Suruh, di Bekasi, Jawa Barat, 5 Juni 2024. Tempo/Martin Yogi Pardamean
Santo menuturkan, ada banyak suka dan duka dalam menjalani bisnis jasa suruh, dari tak punya modal, tak dibayar jasanya beberapa kali, hingga ditipu mitranya. Meski pahit, tak jarang pula ia bertemu dengan orang baik yang memberinya pekerjaan ataupun makanan.
Kini, setelah viral, Santo kebanjiran permintaan lewat pesan langsung di akun Instagram dan WhatsApp-nya. Peminatnya, Santo mengungkapkan, berasal dari berbagai daerah. Namun tak semua bisa ia penuhi karena di luar kemampuan dan cakupan area kerjanya di wilayah Bekasi dan Jakarta. Dalam sehari, Santo bisa menuntaskan 10-20 permintaan.
Selain itu, Santo tak lagi sendirian. Ia kini sudah memiliki 50 mitra yang memiliki berbagai keahlian dan beragam usia. Bahkan Santo tak memungut sebagian dari upah para mitranya. “Full buat mereka. Selama kerjanya masih benar, ya, buat dia,” ucapnya.
Ke depan, Santo tengah merancang sebuah sistem agar bisnis jasa suruhnya ini kian berkembang serta menjangkau area dan pelanggan yang lebih luas. Nantinya siapa pun yang ingin mengorder jasanya bisa menggunakan aplikasi.
Kemudian para mitranya juga dibekali kartu identitas untuk menghindari penipuan. Di dalam aplikasinya, Santo menambahkan, baik klien maupun pelaku jasa suruh bisa saling memberi rating.
•••
BISNIS jasa suruh yang dipopulerkan Santo juga menjamur di kota lain di Indonesia. Salah satunya di Solo, Jawa Tengah. Pada Sabtu, 1 Juni 2024, Tempo mencoba menggunakan layanan membersihkan kebun dari Jasa Suruh Solo Raya.
Pesan pendek yang Tempo kirimkan ke nomor WhatsApp milik pria bernama Yudistira Ramadhan itu direspons dengan cepat. “Siap.... Butuh bantuan apa nih, Kak?” demikian jawaban si pemilik akun yang menawarkan jasa suruh itu.
Setelah Tempo menyampaikan maksud ingin menggunakan jasanya untuk memotong rumput di kebun, pemilik akun Jasa Suruh Solo Raya itu pun menyanggupi. Ia akan datang ke rumah Tempo keesokan hari.
Sesuai dengan janji, Yudistira tiba menjelang tengah hari. Ia menyiapkan pemotong rumput dan mulai melakukan pekerjaannya. Tak lupa, ia melengkapi dirinya dengan sepatu bot dan sarung tangan. Pekerjaan membabat rumput dan ilalang itu dia kerjakan sekitar empat jam. Hasilnya, kebun tampak lebih rapi dan terang.
Yudistira mengaku baru membuka dan menjalani jasa suruh sepekan terakhir. “Ya, karena saya juga belum lama tinggal di Solo,” katanya. Ia merintis bisnis ini sejak kepindahannya ke Solo selepas menikah. Sebelumnya, pria asal Madura ini bekerja di Kota Malang, Jawa Timur. Dia mengatakan pernah bekerja di sebuah perusahaan properti di bagian marketing. “Setelah menikah, karena sudah sepakat dengan istri untuk pindah ke Solo, saya resign dari kantor saya,” tuturnya.
Sambil mencari pekerjaan baru di Solo, lulusan salah satu perguruan tinggi di Kota Malang itu tidak ingin hanya berpangku tangan. Ia pun memutuskan membuka jasa suruh yang saat ini ditawarkannya lewat media sosial.
Yudistira tak menampik anggapan bahwa ide itu terinspirasi dari Santo Suruh. Dia bahkan pernah menghubungi Santo Suruh melalui media sosial untuk meminta izin memakai idenya. “Dia mempersilakan. Jadi, ya, saya jalan. Modal saya memulai hanya nekat dan tekad, basic saya juga digital marketing,” ucapnya.
Pelaku Jasa Suruh Solo Raya, Yudistira Ramadhan, membersihkan rumput di kebun di Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, 2 Juni 2024. Tempo/Septhia Ryanthie
Sejak membuka jasa suruh, dalam waktu seminggu, Yudistira sudah mendapatkan berbagai permintaan dari klien. Permintaan mereka beragam, dari mengantarkan barang hingga bersih-bersih. Menurut dia, sejauh ini belum ada permintaan aneh-aneh dari klien.
Namun dia mengatakan di awal-awal belum bisa memenuhi semua permintaan klien yang menghubunginya. Dalam seminggu, dia baru bisa memenuhi permintaan dua klien. “Ya, mungkin karena saya juga masih baru. Saya pun belum hafal jalan. Saya mempertimbangkan juga kalau jaraknya ternyata terlalu jauh sehingga memakan waktu,” tuturnya.
Yudistira tak pernah mematok tarif untuk jasanya. “Terserah mau kasih saya berapa, seikhlasnya. Dikasih Rp 10 ribu pun saya syukuri,” ujarnya. Ketika ada klien yang merasa tidak enak hati menentukan sendiri biaya jasanya, dia pun mempersilakan klien tersebut sekadar mengganti ongkos transportasi. “Dihitung per 10 kilometer Rp 10 ribu saja. Tapi kalau jaraknya lebih dari 10 kilometer, ya, dihitung misalnya Rp 15 ribu,” katanya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Septhia Ryanthie (Solo) berkontribusi pada penulisan artikel ini. Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Bisnis Jasa Palugada ala Santo Suruh".