TAK tersangka, lombacipta lagu remaja ke II yang
diselenggarakan oleh 'Prambors Rasisonia' dirubung oleh 1.295
buah lagu. Juri yang diketuai achmad Albar, dengan barisannya
Mus Mualim, Rahadi Purwanto, Temmy Lesanpura, Bens Leo, Donny
Fatah, Keenan dan Yoki, sampai kelabakan pasang kuping.
Akibatnya keputusan yang seharusnya dikoar-koarkan pertengahan
April baru 4 Mei yang lalu bisa dimunculkan dalam bentuk
pergelaran 'Dasa Tembang Tercantik 1978'.
Potensi anak muda dalam musik memang bikin kejutan. Bayangkan
dari sekian lagu, juri masih mampu menunjuk 33 buah yang
dianggap lolos saringan. Jago tua penggubah lagu pop pribumi
kini, si genit Titiek Puspa, sempat melongo dan menahan
nafasnya. "Saking banyaknya yang ikut saya jadi seneng banget.
Dan rata-rata lagu mereka bagus. Apalagi waktu saya mendengar
lagu Khayal, pemenang pertama, saya jadi merinding," ujarnya
kepada TEMPO.
Christ & Tommy
Khayal, lagu terbaik, dikarang oleh Christ & Tommy. Biji yang
dikumpulkannya 166,5. Tempat berikutnya diisi oleh Yang Kuasa &
Esa ciptaan Baskoro (164,5) yang sekaligus juga mendapat mahkota
lirik terbaik. Di tempat ketiga lagu Saat Harapan Tiba karya
Dedy Gusrachmadi (161,5). Ketiga lagu itu berasal dari warga
muda Jakarta. Sementara para pemenang harapan berturut-turut
pantas kita deretkan di sini, meskipun panjang: Kelana (Hotma
Soeharton, Yogya, 161), Resah (Christ & Tommy, Jakarta, 160,5,
Apatis (Ingrid, Jakarta, 159,5), Dalam Cita & Cinta (Oetari
Saptarini Oesman, Semarang, 158,5), Awan Putih (Dedy, 154),
Kidung (Chris M. Manusama, Jakarta, 153,5), Sesaat (Harry Sabar,
Jakarta, 153).
10 lagu tersebut dipergelarkan di Balai Sidang dengan karcis
yang harganya Rp 4.000, Rp 3.000 dan Rp 2.000. Toh 2 hari
sebelum pertunjukan anak-anak muda Ibukota sudah sulit
mendapatkan. 4000-an kursi di Balai Sidang tak kuasa menahan
serangan penonton yang melewati perkiraan panitia. Semua orang
sudah gendeng, kerasukan mendengar lagu. "Dan herannya kali ini
banyak penjabat minta undangan. Entah apa yang menyebabkan
mereka tertarik," ujar seorang panitia tak menutupi rasa
bangganya.
Malam lagu cantik itu dibuka dengan dagelan yang lucu dari
badut-badut 'Warung Kopi Prambors'. Cepat disusul Grup Vokal SMA
III, yang dilambungkan terus oleh Grup Tari Cikini. Kemudian ada
Chrisye, Keenan dan Mogi Darusman. Begitu gedung jadi panas,
dilepaslah lagu Khayal yang dibawakan oleh Grup Vokal Prambors,
didampingi penciptanya sendiri. Barisan vokal itu bergaya,
sementara lagu meluncur seperti setan cepatnya lewat pita play
back. Disusul lagu Apatis yang dinyanyikan sedemikian rupa
sehingga rasanya tidak kena. Ingrid Wijanarko, penciptanya,
menggeleng-gelengkan kepala selama lagu itu terdengar. Waktu
ditanya apa puas atau tidak, ia lama baru bisa menjawab
"Puas-puas nggak."
Kampungan
Berturut-turut kemudian kesepuluh lagu pilihan itu mendapat
giliran. Tak kurang dari 4 jam acara bertahan. Baru tengah malam
para muda yang kerasukan musik itu pada pulang. Chris dan Tommy,
selain mengantongi paket tur ke Singapura, juga harus menjinjing
piala bergilir dari Sudomo. Juara kedua juga kebagian tiket ke
Singapura, sedang juara tiga dianggap cukup ke Bali saja --
demikian juga pemenang penulisan lirik lagu. Lalu Titiek Puspa
kasih komentar "Untungnya anak-anak muda ini ada yang menampung.
Kalau tidak? Mudah-mudahan saja Pemerintah menyediakan tempat
dan kesempatan buat berkreasi."
Albar sendiri yang barusan nikah, di samping jadi ketua juri
juga tak mau ketinggalan berkoar. God Bless meloncat ke panggung
dan menyerakkan lagu-lagu tua mereka. Hanya muka Albar sedikit
kecut ketika ada gangguan teknis pada amplinya, sehingga
pertunjukannya tak dapat dikatakan sukses. Meski begitu ia masih
sempat titip kesan atas kecantikan lagu-lagu yang sudah
dihakiminya. "Lagu-lagu mereka rata-rata bagus. Juga untuk
liriknya, tak ada yang kampungan," kata Albar.
Albar mengakui bahwa lagu-lagu yang dipergelarkan tersebut belum
disempurnakan. "Kalau akan dikasetkan, pasti aransemennya
sedikit dirubah dan hasilnya pasti lebih bagus." Persoalan yang
biasanya timbul, bahwa lagu pemenang bisa kalah populer dari
lagu yang di bawah tangga kemenangannya, diperhitungkan Albar
juga. "Memang. Karena selera juri lain dengan selera awam.
Kemelut yang tahun lalu juara toh kalah populer dengan
Lilin-Lilin Kecil, kata Albar dengan tenang. Yang dipakai
kriteria penjurian adalah: melodi, lirik dan harmonisasi.
Kedua jagoan Christ Manuputi (21 tahun) dan Tommy Ws (20 tahun)
terus terang mengatakan: mereka sebetulnya mengirimkan 5 buah
lagu, dalam kaset rekaman disertai not balok. Tiga buah lolos
saringan. 2 di antaranya termasuk 10 yang tercantik. Mereka
mengeluh pada Rien Djamain yang menyanyikan lagu Resah. "Rien
memotong 2 kata dalam lagu kami dan lagi tak ada penjiwaan dalam
membawakan."
Christ yang gemuk, keriting, sedikit hitam, sekarang masih
kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik tingkat III. Ia tukang
makan gitar sejak SD kelas II. Ia mewarisi darah seni dari
ayahnya. Bersama Tommy, Christ membentuk grup vokal 'Emerson'.
Di samping itu sering menjaga keyboard Band Fantastic. Adapun
Tommy baru 5 tahun terakhir ini disentuh gitar. Tahun ini ia
tamat SMA tapi tetap nganggur. Bermula pengin kuliah di LPKJ --
TIM. Tapi ragu-ragu apa nanti bisa berdiri sendiri kalau selesai
pendidikan.
Christ dan Tommy menggarap ke-5 lagu yang diikutsertakan dalam
lomba hanya dalam tempo 2 minggu. Percaya saja ya? Mereka
bekerja seperti Si Paul dan Si John (Beatles): kalau yang satu
bikin lagu, yang lain bikin lirik. Kadangkala Chris yang bikin
melodi lalu disempurnakan -- Tommy. Rukun-rukun saja tapi tak
bisa dipaksa-paksakan. Katanya sampai sekarang masih berdasarkan
inspirasi. Belum komersiil.
"Lagu kami, Khayal, jadi lain dengan kaset yang kami kirimkan.
Mustinya apa yang dinilai juri itulah yang didengar penonton,"
keluh mereka berdua. Kalau soal puas menang, mereka berdua
memang mengiyakan. "Cuma lagu ini kan didengar orang. Lalu
bagaimana kata orang kalau mereka bilang -- wah lagu begitu kok
bisa menang -- mustinya panitia tak perlu merubah intro dan
iramanya."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini