Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Iron Man 2
Sutradara: Jon Favreau
Skenario: Justin Theroux.
Berdasarkan komik Marvel karya Stan Lee, Don Heck, Larry Lieber, Jack Kirby
Pemain: Robert Downey Jr., Mickey Rourke, Sam Rockwell
Produksi: Paramount Pictures dan Marvel Studios
Mungkin hanya Robert Downey Jr. yang bisa meme rankan beberapa sosok seka ligus dengan sangat meyakin kan. Dia pernah berperan sebagai Charlie Chaplin (Richard Attenborough, 1992). Setelah beberapa tahun dia tenggelam dalam dunia durjana obat bius, dua tahun terakhir kita menyaksikan Robert Downey Jr. menyelip ke dalam dua karakter terkemuka: Iron Man dan Sherlock Holmes. Coba, siapa yang biasa melakukan ini? Menjadi dua karak ter fiktif yang sudah telanjur menjadi idola dunia bukanlah sesuatu yang mudah. Hanya aktor Robert Downey Jr. yang bisa melakukannya.
Kita semua berbondong-bondong ingin menyaksikan Iron Man 2 bahkan mereka yang bukan penggemar komik Marvel dan tampaknya berbahagia melihat gaya Robert Downey Jr. bisa menjungkirbalikkan sebuah stereotipe. Dialah aktor yang sama sekali tak terbayangkan akan memerankan superhero terutama karena usianya sudah hampir mencapai paruh baya dan tubuhnya tidak terlalu menjulang dan tidak diselimuti otot. Ternyata Downey memberikan sebuah definisi baru untuk seorang superhero bagi penonton (yang tak selalu harus menjadi pembaca fanatik komik): dia tidak cuma tampan dan kaya raya sebagai Tony Stark, sang pe ngusaha senjata, tapi juga seorang playboy narsisistik yang tak keberatan untuk mengumumkan: ”Sayalah Iron Man!” Maka Tony Stark tak lagi memerlukan ”a.k.a.” karena seluruh dunia sudah tahu bahwa Tony Stark tak memiliki kehidupan dualisme seperti para superhero lain yang penuh rahasia: Batman, Superman, Spider-Man, dan seterusnya. Dengan kata lain, Downey berhasil menampilkan sosok arogan, tengil, lucu, sekaligus magnetik di dalam diri Tony Stark/Iron Man.
Tapi kini Iron Man punya musuh baru: Justin Hammer (Sam Rockwell), pengusaha senjata pesaing Tony Stark. Ada lagi Ivan Vanko alias Whiplash, ahli fisika Rusia yang ternyata bisa me libas baju besi milik Iron Man karena menggunakan sepasang cambuk listrik yang sungguh mengoyak layar.
Problem Tony Stark bukan hanya dua begundal sialan yang sungguh hebat itu. Dia kini punya problem pribadi. Tubuhnya semakin lemah karena ”bate rai” yang menjadi jantung dari seluruh tubuhnya semakin melemah dan meracuni tubuhnya. Sedangkan asisten alias calon kekasih Pepper Potts (Gwyneth Paltrow) semakin rewel (dan sangat menjengkelkan) karena Tony semakin sulit memegang komitmen dalam per usahaan.
Munculnya Whiplash yang penuh daya listrik bukan hanya tokohnya, tapi juga penampilan Mickey Rourke yang luar biasa ditambah lagi dengan tokoh Natalie Rushman (Scarlet Johansson) sebagai salah satu asisten baru yang ternyata bisa berubah menjadi Black Widow yang loncatan dan tendangannya sungguh lincah, seksi, dan lezat.
Sayangnya, adegan laga antara Iron Man dan puluhan Iron Man tiruan itu terlalu panjang dan repetitif. Skenario Justin Theroux penuh dengan cabang-cabang persoalan. Ada Whiplash yang susah ditaklukkan; ada soal loyalitas sahabatnya, James Rhodes (Don Chea dle); ada persaingan dengan Justin Hammer yang muncul sebagai nemesis yang tak kalah seksi (terakhir Sam Rockwell tampil lezat dalam film Charlie’s Angels dan Confessions of a Dange rous Mind); ada pula Senator Stern (Garry Shandling) yang cerewet betul karena memaksa Tony Stark menyerahkan baju besi sakti itu ke pemerintah.
Tapi fun ride, petualangan dengan Iron Man, adalah petualangan dengan sosok yang dibangun dengan brilian oleh Robert Downey Jr. Meski plot terkadang membawa kita pada gerunjal kebosanan, karena kita bertualang dengan dia, dengan Tony Stark, kejengkelan itu sirna. Tokoh Pepper Potts barangkali tak bisa dibunuh karena harus menjadi belahan jiwa sang superhero. Tapi, dalam sekuel ini, Pepper memang mendapatkan bagian yang rewel dan cengeng, sehingga sosok Natalie Rushman menjadi lebih dominan pada layar.
Sang sutradara, Jon Favreau, dengan kenesnya muncul sekilas mengikuti jejak Alfred Hitchcock dan kini Quentin Tarantino mungkin bisa kita anggap lucu-lucuan saja. Bahkan penam pilan Stan Lee sang pencipta dunia Marvel yang cuma beberapa detik pun bisa kita anggap sebagai sebuah pertemuan antara penonton dan kreator ulung idola kita.
Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo