Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Obituari

Mas Wit Masih Seperti Dulu

Wakil Menteri Widjajono Partowidagdo begawan energi Indonesia. Selalu berpenampilan dan berpikiran sederhana.

30 April 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kehadiran Profesor Widjajono Partowidagdo yang mencerahkan, bahkan menyilaukan, dalam kancah pembenahan tata kelola energi ternyata begitu singkat. Pada Oktober tahun lalu dilantik sebagai wakil menteri, Sabtu pagi dua pekan lalu, pada ketinggian 2.350 meter di Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, ia pergi meninggalkan kejutan besar dan orang-orang yang menyayanginya.

Mas Wit—begitu Prof Widjajono biasa kami panggil di kantor Teknik Perminyakan ITB—"pergi" manakala ia hampir berada di puncak kariernya: Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, yang penguasaannya akan masalah energi mendapat pengakuan internasional.

Sebenarnya pandangan Mas Wit mengenai posisi wakil menteri ini agak "mendua". Melalui rambut panjangnya yang tidak tersisir rapi, ia seakan-akan mengirim pesan bahwa kedudukan birokratis tidak istimewa. Paling tidak tak membuat dirinya berubah, sekalipun desakan agar ia segera memangkas rambut cukup gencar—bahkan Menteri Energi Jero Wacik pernah menyuruhnya mencukur rambut. Tak peduli posisinya sebagai dosen, guru besar, atau wakil menteri, Mas Wit masih sosok yang dulu.

Seperti hari-harinya dulu, wakil menteri yang satu ini mengawali aktivitasnya dengan rutinitas yang tidak berbeda. Setelah salat subuh di masjid di sebelah rumahnya, ia berjalan kaki dari Ciragil ke Taman Jenggala, Jakarta Selatan (pulang-pergi sekitar empat kilometer), seraya menyapa para satpam, pembantu, orang jualan, atau siapa saja yang ditemuinya di jalan.

Posisi wakil menteri juga tak menghalanginya melanjutkan hobinya naik gunung, hobi yang sudah dijalaninya sejak sekolah menengah. Sebelum memanjat Gunung Tambora, puluhan gunung di Indonesia dan mancanegara sudah didaki, termasuk Gunung Fuji (Jepang), Kinabalu (Malaysia), Kilimanjaro (Tanzania), hingga Aconcagua (Argentina). Kecintaan Widjajono kepada gunung memang begitu besar. Blog pribadinya pun menggunakan gambar pemandangan gunung di halaman utama. Bahkan nama anaknya (Kristal) berasal dari huruf pertama tujuh gunung di Indonesia: Kerinci, Rinjani, Semeru, Tujuh, Agung, dan Latimojong.

Namun, harus diakui, menjadi wakil menteri telah memberinya kesempatan luas untuk menyalurkan berbagai ide yang selama ini hidup dalam pikirannya. Gagasan yang meliputi percepatan birokrasi, pembenahan BBM dan energi terbarukan, revisi Undang-Undang Migas, revisi jenis kontrak di kontraktor kontrak kerja sama industri migas, pemanfaatan semaksimal mungkin pertambangan batu bara, dan seterusnya.

Walaupun pendapatnya tentang kenaikan harga BBM belum dapat direalisasi, pemikirannya realistis. Menurut Mas Wit, kenaikan tersebut bisa membuat energi lain menjadi bisa tumbuh, dan keinginan masyarakat untuk menggunakan transportasi umum akan meningkat sehingga akan banyak sekali penghematan energi dapat terlaksana di negeri ini.

Cara berpikirnya begitu sederhana, sehingga mudah dimengerti berbagai kalangan. Dilengkapi kehidupannya yang tidak berpihak pada sesuatu yang nisbi kecuali kebenaran dan keadilan, beliau menjadi teman, senior, guru, dan pemimpin yang menyenangkan. Mas Wit sering membawakan cerita lucu yang berhubungan dengan kasus pemerintahan, sosial, dan tidak jarang tentang agama, cinta, bahkan wanita.

Mas Wit dalam usia 60 tahun—lahir 16 September 1951—adalah buah dari perjalanannya yang panjang. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana teknik perminyakan, ia melanjutkan pendidikan di Amerika dan pulang dengan gelar master perminyakan serta master bidang teknik pengambilan keputusan, dan kemudian doktor bidang ekonomi perminyakan. Kembali ke ITB, ia langsung menjadi dosen bidang ekonomi perminyakan. Ia juga sempat menjadi Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Mineral ITB dan Dekan Fakultas Pascasarjana Studi Pembangunan ITB. Salah satu muridnya adalah Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa.

Perjalanan panjang ini berakhir secara mengejutkan dua pekan lalu. Mas Wit pergi meninggalkan seorang istri dan seorang anak.

Rudi Rubiandini R.S., Deputi Pengendalian Operasi BP Migas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus