Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Mau Nonton Mencuri Raden Saleh? Inilah Sang Maestro Lukis Itu

Selain pelukis, Raden Saleh juga dikenal sebagai arsitek, paleontolog, perancang pertamanan, pendiri taman marga satwa, serta perancang busana.

27 Juli 2022 | 17.14 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Lukisan berjudul "Berburu Banteng di Jawa" karya Raden Saleh tahun 1851 pada pameran bertajuk Raden Saleh dan awal seni lukis Indonesia di Galeri Nasional, Jakarta, Senin (4/6). TEMPO/Dwianto Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 25 Agustus 2022, publik akan disuguhi film Mencuri Raden Saleh. Ini film bergenre aksi tentang perampokan yang dibuat oleh sineas film lokal, Angga Dwimas Sasongko. Pemerannya di antaranya adalah Iqbaal Ramadhan  Iqbaal Ramadhan, Angga Yunanda, Rachel Amanda Airora, Umay Shahab, dan Aghniny Haque.

Perampokan yang direncanakan karena terdesak kebutuhan itu menyasar lukisan Raden Saleh, koleksi Istana Presiden yang nilainya sekitar Rp 3 miliar. Siapa Raden Saleh? Raden Saleh adalah salah satu maestro Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Raden Saleh Sjarief Bustaman atau yang biasa dikenal dengan Raden Saleh adalah pribumi pertama yang mendapatkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan melukis di Eropa dengan beasiswa dari Pemerintah Belanda. Selain pelukis, ia juga dikenal sebagai arsitek, paleontolog, perancang pertamanan, pendiri berbagai taman marga satwa, serta seorang perancang busana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia lahir pada 1811 di Terboyo, Semarang dari keturunan Jawa ningrat dan Arab. Ia diasuh oleh pamannya, Raden Adipati Sura-Adimanggala di sisa hidupnya karena ayahnya meninggal di usia muda. Saat bersama pamannya inilah kecintaan Raden Saleh terhadap seni mulai tumbuh.

Atas permintaan pamannya pada 1819, Gubernur Jendral Van Der Capellen mengantarkan Raden Saleh kecil kepada Professor Caspar Georg Carl Reinwardt untuk dititipkan kepada pelukis Auguste Antoine Joseph Payen. Dari Payen, Raden Saleh mengasah kemampuan melukisnya.

Laman koran.tempo.co menulis ketika ia mulai meninggalkan Jawa pada 1829, Saleh menghabiskan 22 tahun berkeliling Eropa untuk mengenyam pendidikan di Belanda, Jerman, Prancis, Italia, dan Inggris. Perjalanannya itu ia habiskan untuk mengambil alih gambaran tentang dunia timur yang dominan dari aliran Romantisme. Mahakarya lukisan Saleh yang diberi judul Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857) adlaah metafora perlawanan terhadap stigma masyarakat timur yang dipandang lebih rendah seperti yang terlukis di lukisan Nicolaas pienaman, Penyerahan Diri Diponegoro kepada Letnan Jendral HM de Kock (1835).

Lukisan karya Pienaman menempatkan panglima Belanda setingkat lebih tinggi daripada tawanan pribumi yang berwajah pasrah. Akam halnya Saleh menempatkan de Kock dan Diponegoro berkepala tegak dengan tinggi yang sama. Lukisan ini juga bernada sarkastis, ia mencibir arogansi Belanda yang bersikap licik dengan menghianati perundingan damai.

Letak bangunan residen Belanda pada lukisan karya Raden Saleh berbeda dengan lukisan karya Pienaman. Raden Saleh menyajikan peristiwa itu dengan pemandangan alam Jawa yang bergunung-gunung. Sedangkan Pienaman melihat peristiwa itu dari sudut pandang sebaliknya.

Raden Saleh banyak memasukkan unsur Jawa di dalam karya seninya, tak hanya batik atau binatang saja, ia juga memasukkan drama peperangan khas Jawa. Unsur batik di dalam lukisan karya Raden Saleh antara lain terdapat pada luksisan Perburuan Episode Jawa, di dalam luksan ini terdapat seorang tokoh dengan pakaian batik motif parang, yang menandakan bahwa ia adalah seorang pemimpin.

Unsur binatang yang paling sering muncul dalam lukisan Raden Saleh ialah Harimau Jawa, Banteng, dan Kuda. Seperti pada lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857) ia melukiskan kuda dengan bentuk yang dinamis.

Menurut kebudayaan.kemdikbud.go.id, Raden Saleh di sepanjang kariernya banyak membuat karya lukis potret, pemandangan alam, dan tema romantisme lain, seperti perburuan binatang, badai di lautan, dan bencana alam. Saleh juga biasa melukis kehidupan manusia dan binatang dalam pergulatan tragedi. Meski lukisannya beraliran Romantisme, tetapi tema dari tiap lukisan karyanya memiliki nilai yang tinggi, bervariasi, bahkan memiliki nilai yang dramatis.

MUHAMMAD SYAIFULLOH

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus