Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Bayangan muram itu perlahan menampakkan wujud sesosok "mayat" beralas tikar. Lalu lima orang bersarung lusuh, bersongkok, dan bertelanjang dada datang dengan mantra berbahasa Madura. Mantra itu mereka ucapkan bersahut-sahutan sembari ada yang bergulung-gulung laksana pemain sirkus dengan tampilan roda menggelinding. Sejenak suasana sunyi. Seorang perempuan datang, meratapi tubuh membujur itu. Ia menjerit histeris, lalu pingsan. "Mayat" tersebut kemudian dibawa ke liang lahad dengan panduan puji-pujian seorang modin desa. Bunga-bunga ditaburkan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo