Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Menelusuri Hari-hari Usang

Band Chicago menampilkan lagu-lagunya dari era awal yang bertema politik hingga ditangani David Foster. Bertahan hampir setengah abad.

4 November 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Chicago adalah band tua yang masih tetap bertahan. Di usia ke-45, band yang awalnya bernama Chicago Transit Authority ini masih melakukan tur dunia yang panjang, termasuk mampir di Balai Sidang Jakarta untuk yang kedua kalinya, pada Sabtu dua pekan lalu, setelah yang pertama pada 1993.

Meskipun telah berpuluh kali gonta-ganti formasi, Chicago tetap mempertahankan jati dirinya sebagai "rock and roll band with horns", seperti yang diungkapkan James Pankow saat berbincang di Peacock, Hotel Sultan. "Ketika The Beatles memasukkan instrumen tiup dalam lagu Got to Get You into My Life pada 1966, kami pun terinspirasi untuk membuat band dengan mengetengahkan unsur horn," kata Pankow, 75 tahun.

Meskipun Peter Cetera telah mundur pada 1985 dan Bill Champlin mundur pada 2009, Chicago tetap berkibar. Pendiri awal Chicago pada 1967, seperti Robert Lamm (keyboard, vokal), James Pankow (trombon), dan Lee Loughnane (trompet), masih setia mendukung Chicago. Hanya Walter Parazaider (saksofon, flute) yang mundur lima tahun lalu karena sakit.

Penampilan Chicago di Jakarta seperti perjalanan metamorfosis Chicago dari album debut Chicago Transit Authority (1969) hingga sekarang. Di latar panggung terpampang logo Chicago yang mirip logo Coca-Cola dan dirancang Nick Fasciano 43 tahun silam.

Di hadapan 2.500 penonton, mereka membuka pertunjukan dengan komposisi karya James Pankow dari album Chicago 2 (1970) bertajuk Ballet for a Girl in Buchanon, yang merangkum tujuh bagian komposisi berdurasi 13 menit. Diawali dengan Make Me Smile yang menjejalkan jazz rock, Chicago tampil dengan serangkaian lagu instrumental yang menggabungkan nuansa rock, jazz, dan klasik: So Much to Say, So Much to Give, Anxiety’s Moment, dan West Virginia Fantasies. Pertunjukan ditutup lewat balada Colour My World yang dinyanyikan Lee Loughnane. Dulu bagian ini dinyanyikan gitaris Terry Kath, yang meninggal pada 1978 karena bermain Russian roulette.

Di bagian awal ini, penonton membisu, karena mungkin tak mengenal komposisi Chicago pada 1970-an, yang saat itu masih berbicara seputar sosial dan politik, seperti Saturday in the Park serta Dialogue Part 1 dan Part 2. Lirik kedua lagu ini mengangkat debat politik antara seorang aktivis politik dan seorang mahasiswa. Dulu lagu yang ada dalam album Chicago V (1972) ini menampilkan Terry Kath sebagai aktivis politik dan Peter Cetera sebagai mahasiswa. Kali ini Lou Pardini berperan sebagai aktivis politik dan Jason Scheff sebagai mahasiswa.

Tatkala If You Leave Me Know dari album Chicago X (1976) dinyanyikan, barulah penonton ikut bernyanyi serempak. Sebetulnya penonton Chicago rata-rata mengharapkan Chicago hadir dengan sederet lagu baladanya yang menjadi hit, terutama pada 1980-an, seperti You’re the Inspiration, Hard Habit to Break, dan Hard to Say I’m Sorry.

Era itu adalah bangkitnya Chicago dari keterpurukan, karena sejak Chicago XI (1977), Chicago paceklik hit. Penyebabnya adalah pergeseran tren musik dengan merebaknya demam punk rock dan disko pada 1977-1979. Chicago bahkan terbawa arus membuat lagu disko Street Player (1979). Lagu itu belakangan dijadikan sampling oleh Pitbull dalam lagu I Know You Want Me (2009). Malam itu, di luar dugaan lagu ini dibawakan Chicago.

Kebangkitan Chicago dimulai saat David Foster muncul sebagai produser album. Foster banyak melakukan renovasi terhadap struktur musik Chicago, dari meminimalisasi bunyi-bunyian instrumen tiup yang dianggap kedaluwarsa, memasukkan banyak unsur synthesizer, hingga membawa banyak pemusik tambahan untuk mendukung rekamannya. Orientasi lagu Chicago tidak lagi ke arah isu politik, tapi ke tema cinta dengan tempo balada.

Renovasi musik yang dilakukan Foster berbuah: lagu-lagu Chicago mulai masuk lagi ke tangga lagu terlaris. Album Chicago 17 menjadi album yang paling sukses secara komersial dalam sejarah Chicago.

Kemampuan Foster membaca selera publik terbukti. Setidaknya para penonton, yang rata-rata berusia separuh baya, malam itu lebih antusias menerima lagu-lagu Chicago era Foster. Walau demikian, penonton tergerak juga bergoyang menyimak lagu instrumental Mongonucleosis karya James Pankow, yang bernuansa Latin rock, dari album Chicago VII (1974).

Meskipun Robert Lamm mengatakan kepada penonton akan membawakan lagu-lagu dari tiap album yang dirilis, hal itu tak mungkin dilakukan dalam pertunjukan selama 190 menit. Namun Chicago tetap memiliki stamina menelusuri hari-hari usangnya di pentas pertunjukan. Dengan distorsi gitar yang dimainkan Keith Howland dan entakan drum Tris Imboden, Chicago menumpahkan aura rock lewat Old Days:

Old days, good times I remember
Fun days, filled with simple pleasures....

Denny Sakrie, Pengamat Musik

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus