Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Menerbitkan Tsunami Kembali

Bencana tsunami di Aceh memberikan inspirasi kepada sejumlah penulis, dari wartawan, sastrawan, sampai ilmuwan.

9 Januari 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LEWAT mata korban tsunami yang tersisa, kita tahu, lubang gelap itu alangkah dalamnya.” Dan lubang gelap itu adalah kesedihan, kesedihan mereka yang mendadak kehilangan orang-orang terdekat karena digulung tsunami. Itulah petikan Sejarah Tumbuh di Kampung Kami karya Mardiyah Chamim.

Buku yang diluncurkan dua pekan lalu, setahun setelah tsunami meratakan sebagian Aceh, itu mengingatkan kita untuk tak melupakan mereka yang mengalami musibah. Tentu, isi buku karya wartawan Tempo itu bukan hanya soal ”lubang gelap”. Juga, misalnya, tentang sejumlah LSM yang punya andil besar menyelamatkan dan membangun kembali Aceh, dan LSM yang malah menjadi parasit di tengah para korban yang sangat membutuhkan bantuan.

Sejarah Tumbuh ternyata hanya satu dari sejumlah buku tentang bencana tsunami. Bisa dimaklumi bila ”pengulangan” tak terelakkan. Cerita-cerita menyentuh tentang para korban yang masih hidup dan gagal menyelamatkan orang-orang terdekatnya, misalnya, yang kita baca di sebuah buku, ternyata disajikan juga di buku lain.

Kisah-kisah itu tak hanya ditulis sebagai reportase. Para sastrawan pun terinspirasi oleh bencana tersebut. Lewat antologi puisi, salah satunya Maha Duka Aceh, para sastrawan berbagi kesedihan.

Juga ada novel, Malam Memeluk Intan karya Sulaiman Tripa. Novel ini ditulis hanya dalam waktu empat malam berdasarkan catatan Sulaiman yang dibuatnya pada hari-hari ketika bencana itu masih sangat ”hangat”. Malam diterbitkan Juli 2005, enam bulan setelah bencana. Dan bulan lalu, sastrawan Aceh ini menerbitkan lagi satu novel yang terinspirasi tsunami, Menunggu Pagi Tiba. Sekaligus, novel yang berkisah tentang sebuah kampung yang hancur diterjang tsunami ini terbit dalam tiga bahasa: Indonesia, Aceh, dan Inggris.

Ada pula penulis novel yang ”mengambil jarak” dari bencana itu. Dewi Sekar menceritakan kisah cinta dalam novel Zona@Tsunami, sebuah novel yang hanya menjadikan bencana sebagai latar belakang.

Buku lain yang hanya menggunakan bencana tsunami 26 Desember 2005 sebagai news peg adalah Aceh Kembali ke Masa Depan (sudah diresensi di majalah ini dua nomor lalu). Buku ini merupakan kumpulan esai tentang sejumlah hal yang menjadi ”kekayaan” masa silam Aceh, yang dianggap bisa menjadi ”modal” membangun kembali kejayaan etnis Aceh pascatsunami.

Kalau buku-buku itu masih memikat untuk dibaca, itu karena tak hanya menyajikan laporan yang sudah ditulis dan ditayangkan oleh media cetak, radio, dan televisi. Meski penulisnya seorang wartawan yang ketika itu sudah menulis laporan panjang berhari-hari, tetap saja yang tak terpublikasikan karena keterbatasan ruang dan waktu.

Mardiyah, misalnya, yang ketika itu menulis jurnal tsunami untuk Koran Tempo, masih memiliki banyak kisah yang belum diterbitkan. Atau, kalau kisah itu sudah dimuat di surat kabar tersebut, ia ceritakan kembali dengan lebih detail dan lebih menyentuh. Menulis jurnal untuk sebuah harian jelas dipepet waktu, sedangkan menulis buku lebih longgar waktunya. Lagi pula menulis buku lebih bisa personal. Kita baca kutipan dari Sejarah Tumbuh di Kampung Kami:

”Ketika [saya] berjalan di antara timbunan mayat dengan kuduk merinding, tiba-tiba telepon genggam saya berdering. …di tengah percakapan telepon, saya menjerit keras-keras karena kaki saya tak sengaja menginjak kaki mayat seorang ibu yang terjebak di pagar pertokoan.”

Utami Widowati

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus