Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mengenang Perang Troya

11 Januari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tapi Paris, apakah Helena benar kauculik....?

"Hector...."

"Apakah Helena kaularikan dengan kuda?

"Hector, kau menginterogasiku?

"Aku tak ingin kau melakukan perbuatan memalukan di Yunani....

"Tidak, tidak, hanya lautan Yunani yang tahu, waktu itu Helena tengah mandi…."

ITULAH secuplik debat kakak-beradik pangeran Troya, Hector dan Paris, yang diperankan Yusef Muldiyana dan Dedi Warsana ketika Studi Klub Teater Bandung (STB) mementaskan Perang Troya Tidak Akan Meletus karya Jean Giraudoux di Taman Budaya Bandung, Juli tiga tahun silam. Itu pula karya terakhir sutradara Suyatna Anirun menyutradarai STB sebelum dramawan senior itu wafat, Januari 2002.

Setelah pementasan, tampak ia begitu bahagia. Di belakang panggung ia menyalami para pemain yang rata-rata aktor baru STB. "Saya merasa telah me-lunasi utang," tuturnya saat itu. Pada 1979, STB pernah memainkan naskah Perang Troya Tidak Akan Meletus berdasar terjemahan Jim Adilimas. Menurut Suyatna, saat itu STB tak berhasil memindahkan bahasa sastra ke bahasa peristiwa. Ia lalu berjanji akan mementaskan naskah itu lagi. Tapi baru pada 2001 Suyatna dapat menebus janjinya.

Giraudoux mencemooh perang. Naskahnya berfokus pada hari-hari menjelang keputusan perang. Hector berusaha menahan terjadinya pertumpahan darah. Tapi, baik adik, ayahnya (Raja Priam), maupun parlemen siap melawan Yunani. Naskah asli Giraudoux sarat dengan diskusi berlarat-larat sampai berdurasi tiga jam. STB memangkasnya. Adegan berakhir ketika Demokos, penyair kenamaan Troya-dimainkan Uep Usep Mulana-dikabarkan tertusuk tombak serdadu Yunani. Pasukan Troya marah. Gerbang bergembok (yang di panggung itu ditata perupa Tisna Sanjaya) pun dijengkangkan.

Mereka siap menerjang legiun Yunani. Tapi, ketika pintu terbuka, yang tampak malah pemandangan mengasyikkan: Helena (Alit Sulastri) tengah berciuman. Bukan dengan Paris, melainkan dengan Troilus, bocah Troya berumur 15 tahun. Para pemain STB bersorak. Dari sisi kanan panggung, mereka berhamburan membawa spanduk-spanduk bertuliskan "Share Love, Not War".

Saya ingat kembali ending yang sedikit ngepop itu ketika berjalan naik ke situs bekas benteng dan istana Agamemnon, penguasa Kerajaan Mycenae, Jenderal Yunani pemimpin serbuan ke Troya. Tak menyangka kalau kisah yang terdapat dalam karya Iliad Homer itu bertolak dari sebuah lokasi konkret. Letak Mycenae sekitar lima jam perjalanan dari Athena.

Perang Troya adalah sebuah seksi panjang dalam karya Homer, melibatkan hampir semua tokoh hero Yunani. Perang ini diawali saat Menelaus, Raja Sparta, meminta bantuan sang kakak, Agamemnon, merebut kembali istrinya, Helen, yang diculik Paris. Agamemnon, yang beristrikan Clytemnestra, kakak Helen, setuju. Dibantu oleh jagoan-jagoan Yunani, Oedipus, Achiles, Ulysees, dan Ajax, Agamemnon membawa pasukan besar menyeberang lautan.

Selama sepuluh tahun mereka mengepung Troya tanpa banyak hasil, karena kota itu dikelilingi benteng tebal. Sampai suatu malam, sebuah taktik dilancarkan. Seluruh kapal perang Yunani seolah-olah pulang, meninggalkan sebuah patung kuda kayu tinggi besar. Warga Troya mengira perang telah usai dan meng- anggap patung itu sebuah cenderamata. Mereka mengarak patung masuk benteng. Padahal di perut kuda itulah pasukan Yunani bersembunyi. Dan ter-jadilah malam pembantaian

KISAH Homer dimulai dengan Paris yang dibuang sebagai gembala oleh ayahnya, Raja Priam. Priam melakukan itu karena percaya pada nujum Cassandra, putri tertuanya yang memiliki indra keenam, bahwa suatu kali, karena kesemberonoan Paris, seluruh Troya akan binasa.

Anak gembala itu suatu hari bertemu tiga dewi yang tengah berselisih siapa di antara mereka yang paling cantik. Mereka adalah Athena, Aphrodite, dan Hera. Paris lalu ditunjuk menjadi juri, dan ia memenangkan Aphrodite. Sebagai balas jasa, Aphrodite akan memberikan wanita bernama Helen. Paris pulang ke Troya: ia diterima meski Cassandra, sang kakak, mengingatkan bahwa kedatangan Paris akan mengundang malapetaka besar. "Bunuh dia, bunuh dia."

Kita tak tahu apakah hikayat Homer ini betul- betul sebuah kisah konkret, atau ia mengambil inspirasi dari kota-kota yang ada, lalu mengembangkan menjadi mitologi. Mycenae dalam sejarah Yunani dikenal sebagai peradaban besar di zaman perunggu, dari 1100 Sebelum Masehi sampai 1700. Sebuah peradaban yang muncul setelah peradaban Minoan, yang berasal dari Pulau Kreta, runtuh.

Meski Thucydides-sejarawan pertama Yunani yang dianggap telah menulis dengan prinsip-prinsip penulisan sejarah yang obyektif-tidak menyalahkan kisah Homer, dunia ilmiah mulanya menganggap kisah Perang Troya sepenuhnya khayalan, tak ada hubungannya dengan lokasi nyata. Namun, pada 1874, arkeolog amatir Heinrich Schliemann membuat guncangan. Ia melakukan ekskavasi di Turki dan Yunani, dan menemukan bahwa Desa Hisarlik, Turki, adalah bekas Kota Troya. Dan sebuah situs di Mycenae adalah bekas istana Agamemnon.

Tentu saja penemuan kedua lokasi itu tidak lalu menegaskan bahwa memang Helen pernah diculik oleh Paris. Tapi bahwa ternyata kota-kota tersebut ada, itu membuat heboh kalangan ilmiah. Kompleks istana Agamemnon temuan Schliemann itu sebuah kompleks perbukitan karang yang luas. Bila Anda menapak, akan terlihat sisa undak-undakan batu yang seolah melingkari bukit dan berujung ke sebuah pintu masuk setinggi lima meteran. Gerbang ini disebut "Lion Gate" karena memiliki ornamen berelief dua singa mengapit pilar. Dari gerbang itu undakan menanjak lagi, sampai sebuah dataran luas. Dari sini kita dapat memandang seluruh panorama di bawah. Inilah Megaron, yang disebut-sebut pusat istana. Tampak bekas bidang-bidang ruang di situ.

Situs Mycenae ini menginspirasi banyak film mengenai Helen. Dalam film Helen of Troy besutan sutradara John Kent Harrison, misalnya, digambarkan di istana inilah Helen menjadi istri Menelaus-ternyata lewat undian. Pada waktu itu seluruh hero Yunani termasuk Oedipus, Achiles, berkumpul. Mereka melempar cincin, dan siapa yang cincinnya masuk guci kecil akan berhak memperistri Helen. Kesal bahwa harga dirinya dilecehkan, pada pesta seluruh raja-raja di istana, Helen keluar dari kamar telanjang bulat, membiarkan tubuh mulusnya diraup mata seluruh lelaki. Dan ketika Paris datang ke Mycenae, Helen langsung jatuh cinta, bersedia kabur bersama lelaki pujaannya itu.

Di situs inilah juga Agamemnon bersumpah untuk secepatnya membalas harga diri Sparta. Perjalanan ke Troya membutuhkan waktu dua bulan. Agamemnon minta bantuan Dewi Artemis untuk mempercepat. Artemis meminta agar Agamemnon menyediakan tumbal berupa Iphienia, putrinya sendiri yang masih bocah. Agamemnon tega menyembelih Iphienia dalam sebuah upacara. Dari atas bukit, kita dapat me- nyaksikan di kompleks ini ada sisa-sisa puing lingkaran-lingkaran batu. Buku panduan menyebutkan itu makam-makam keluarga. Adakah di lingkaran itu dahulu Iphienia dikorbankan? Entahlah....

Sepuluh tahun pengepungan Troya memakan korban dari kedua pihak. Menurut Homer, dewa-dewa dari Gunung Olympus pun terbelah. Hera, Athena, Poseidon, Hermer, dan Hephaistos membela Yunani. Akan halnya Ares, Apolllo, Leto, Aphrodite di sisi Troya. Tragedi mulai memasuki puncak ketika Patroculus dari pihak Yunani terbunuh oleh Hector. Achiles kemudian membabi buta. Ia berhasil menewaskan Hector dan dengan brutal menyeret mayat Hector dengan kereta perang.

Adegan penyeretan ini biasanya divisualisasi dengan dramatis di film-film. Sambil meraung-raung me- nyerukan "Hector adalah santapan anjingku", di tengah sorak-sorai pasukannya, Achilles sepanjang malam menyeret Hector dengan kuda. Dewa tertinggi Zeus sampai marah melihat kelakuan Achilles yang tak menghormati jenazah Hector. Karena kemarahan Zeus itu, Achilles mati dipanah Paris. Tapi kemudian Agamemnon berhasil menusuk Paris. Ajax, pahlawan Yunani, melakukan bunuh diri karena melihat semua kepedihan ini.

Semuanya masih berimbang sampai muslihat Kuda Troya itu muncul. Di tengah pesta-pora rakyat Troya karena menganggap menang, dari lambung kuda meloncat perwira-perwira Yunani. Neoptolemos, anak Achilles, lalu menusuk Raja Priam dan membantai Hekuba, ayah dan ibu Paris-Hector. Ia juga membunuh Astyanax, putra Hector yang masih kecil, untuk mencegah terjadinya balas dendam. Seluruh Troya ber-tekuk lutut. Dan sebagai puncak pelampiasannya, Agamemnon memperkosa Helen, istri adiknya itu. Menelaus tak berdaya pada kekuasaan abangnya.

Agamemnon pulang ke Mycenae dengan dua ke- digdayaan: meluluh-lantakkan Troya dan menistakan Helen. Di mata Agamemnon, Helen adalah perempuan murahan. Pasalnya, pada umur dua belas tahun Helen juga pernah diculik oleh Theseus. Di istana itu Agamemnon, tragisnya, kemudian dibunuh oleh istrinya sendiri, Clytemnestra, dengan bantuan Aegisthus. Selama kepergian Agamemnon, Clytemnestra berse- lingkuh dengan Aegisthus, putra Thyestes. Clytemnestra menyimpan kepedihan akan kematian Iphigeneia, anaknya, dan memiliki firasat bahwa Agamemnon telah memperkosa Helen.

Clytemnestra dan Aegisthus memerintah Mycenae selama delapan tahun. Ketika anak-anak Agamemnon dan Clytemnestra-Orestes dan Elektrah-besar, mereka membalas dendam kematian ayahnya. Mereka membunuh Clytemnestra, sang ibu, dan Aegisthus. Dalam naskah trilogi Aeschilus, Oresteia, tragedi ke- pulangan Agamemnon ke Mycenae itu dijelaskan lebih detail. Orestes kemudian menjadi Raja Mycenae.

TAK jauh dari areal reruntuhan istana itu kita dapat menyaksikan makam Agamemnon dan Clytemnestra. Karena terlalu jauh mendaki, begitu turun sore, sayangnya, areal makam itu telah tutup. Tapi dari depannya dapat terlihat sebuah terowongan gelap memanjang ke dalam. Dari buku-buku seputar Mycenae disebutkan, di situ arkeolog Heinrich Schliemann menemukan banyak benda emas, seolah membuktikan kisah Homer bawah Mycenae kaya emas. Dan yang paling sensasional, di situ juga didapat topeng emas yang, menurut klaim Heinrich, adalah wajah Agamemnon. Menurut Schliemann, seperti adat raja-raja dahulu, ketika Agamemnon wafat wajahnya ditutupi topeng dari emas serupa parasnya sendiri. Topeng itu kini tersimpan dalam museum arkeologi nasional di Athena.

Menurut satu versi, tatkala Menelaus kembali ber- temu dengan Helen, ia segera menghunus pedang. Tapi Helen tanpa takut sama sekali menyorongkan dadanya. Dalam versi lebih romantis, Helen yang ternoda itu diterima kembali oleh Menelaus, meskipun ia berselingkuh dengan Paris. Menelaus agaknya tak seperti Rama, yang mau menerima Sinta setelah Sinta membuktikan kesuciannya dengan membakar diri tak tersentuh api. Helen dan Menelaus kemudian memiliki putri bernama Hermione, yang akhirnya dikawini Orestes.

Tapi Giraudoux, seperti pernah dimainkan STB itu, tak percaya perang berkobar karena motif wanita. Dalam reecriture-tafsiran kembali terhadap Homer yang aslinya berjudul Tiger at the War-banyak dimunculkan percakapan banyolan tentang Helen seperti di atas, yang langsung membuat gerrr penonton di Taman Budaya Bandung saat itu. Menurut Giraudoux, bila benar terjadi Perang Troya, motif utamanya pastilah ekonomi. Sama seperti perang- perang sekarang. Di bawah matahari memang tak ada yang baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus