Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dan aku tidak membesarkan domba di keluarga ini. Aku akan mengajari kalian menjadi anjing gembala yang melindungi domba dari serangan serigala," ujar Wayne Kenneth Kyle kepada dua putranya yang beranjak remaja dalam satu obrolan di meja makan. Chris Kyle memegang betul kata-kata sang ayah itu. Kyle, yang punya hobi bermain rodeo, bertekad menjadi anjing gembala yang melindungi para domba.
Cita-cita "koboi" asal Texas yang jago menembak sejak usia 8 tahun ini kesampaian ketika ia diterima sebagai anggota Navy SEAL Amerika Serikat seusai peristiwa serangan 11 September 2001. Kota Fallujah, Irak, yang bagi prajurit Amerika laksana Wild West baru, menjadi ujian pertama Kyle sebagai seorang sniper atau penembak jitu yang bertugas melindungi pasukan marinir.
Dalam sejarah militer Amerika Serikat, Chris Kyle tercatat sebagai penembak jitu paling mematikan. Pria kelahiran Texas, 8 April 1974, itu, berdasarkan catatan Pentagon, telah membunuh lebih dari 160 orang dalam empat kali penugasannya ke Irak, atau sekitar 1.000 hari. Karena prestasinya itu, dia dijuluki Sang Legenda. Di Irak, Kyle menjadi tentara paling diburu. Kepalanya dihargai US$ 180 ribu. Kyle meninggal pada usia 38 tahun, bukan di medan perang, melainkan di tanah kelahirannya sendiri, Texas. Ia tewas ditembak oleh mantan marinir Amerika, Eddie Ray Routh, pada 2 Februari 2013.
Kyle menulis kiprahnya sebagai sniper dalam buku American Sniper: The Autobiography of the Most Lethal Sniper in U.S. Military History bersama Scott McEwen dan Jim DeFelice. Menggandeng aktor Bradley Cooper, Clint Eastwood mengangkat memoar Sang Legenda ke layar lebar lewat film terbarunya, American Sniper. Di antara publik Amerika sendiri, film ini memancing perdebatan seru. Tokoh liberal dan konservatif mempertanyakan interpretasi Eastwood terhadap invasi Irak pada 2003 itu dan nasib para prajurit. Komite Anti-Diskriminasi Arab-Amerika mengatakan tak setuju dengan penggambaran muslim dalam film tersebut.
Sesuai dengan judulnya, film ini bergulir dari sudut pandang Kyle sebagai warga Amerika Serikat. Di medan perang, siapa pun yang berniat menyerang pasukan Amerika, ia wajib dibunuh-tak peduli perempuan atau anak-anak. Eastwood, yang pernah memboyong Piala Oscar sebagai sutradara terbaik lewat film Unforgiven (1992) dan Million Dollar Baby (2004), berusaha menyuguhkan pergolakan batin Kyle bahwa, meski dikenal sebagai "mesin pembunuh", ia tetap manusia yang punya perasaan.
Maka film pun langsung dibuka dengan adegan yang mengusik hati nurani. Di medan perang, dari balik reruntuhan, Kyle dan seorang temannya dengan senjata mengawasi seorang perempuan dan anak lelakinya. Dari balik jubahnya, perempuan itu mengeluarkan granat RKG Rusia kepada si anak untuk dilemparkan ke arah marinir Amerika. Dari tatapan mata Kyle, kita melihat bahwa ia dilanda kebimbangan. Tapi, sebelum peluru dimuntahkan, penonton langsung dibawa ke masa kecil Kyle.
Paruh pertama film yang skenarionya ditulis Jason Hall ini menerapkan alur maju-mundur. Penonton diajak lebih dulu mengenal karakter Kyle dan alasannya memilih menjadi penembak jitu. Tak ketinggalan kehidupan pribadi Kyle, yang menikah dengan seorang perempuan bernama Taya menjelang keberangkatannya ke Irak. Bradley Cooper berhasil memperlihatkan perubahan karakter Kyle, dari pemuda tengil yang gemar bermain rodeo menjadi lelaki yang hidupnya tertekan karena trauma perang.
American Sniper menggambarkan bagaimana perang batin yang dialami Kyle di medan perang ketika batas antara siapa serigala dan anjing gembala tak jelas. Bagi veteran Amerika, dia adalah pahlawan. Tapi, bagi pihak lawan, Kyle dijuluki The Devil of Ramadi. Pada titik ini, sekeluar dari bioskop, kita memang bisa terusik menimang-nimang sikap Clint Eastwood.
Nunuy Nurhayati
American Sniper
Sutradara: Clint Eastwood
Penulis Skenario: Jason Hall
Pemain: Bradley Cooper, Sienna Miller, Kyle Gallner, Luke Grimes, Sam Jaeger, Jake Mcdorman, Cory Hardrict
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo