Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pameran foto berjudul “Door to The River” menjadi penutup program tambahan dari ajang Bandung Photography Triennale. Pada pameran yang berlangsung 13-31 Mei 2023 di galeri Sanggar Olah Seni Babakan Siliwangi itu, dipajang foto-foto hitam putih hasil kamera lubang jarum yang mengintip kondisi sungai di Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Banyak fungsi sungai itu yang seperti dimarjinalkan oleh masyarakat urban, malah cenderung dieksploitasi atau diabaikan,” kata kurator pameran Henrycus Napitsunargo, Ahad, 14 Mei 2023.
Pameran Foto Gunakan Objek Sungai dan Masalahnya
Objek sungai dan masalahnya merupakan lanjutan dari tema besar Bandung Photography Triennale tentang ekosistem. Pada tingkat lokal, sungai dinilai menjadi isu penting. Terutama terkait dengan fungsi infrastruktur, sejarah, hubungannya dengan manusia, termasuk mitos yang berkembang. “Jadi tantangan peserta untuk membangun lagi relasi manusia dengan lingkungan,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Para peserta pameran yang berjumlah 15 orang, merupakan hasil seleksi panitia dari pendaftaran terbuka. Mereka yang lolos yaitu Ahmad F Rizky, Alfisa Fadlika, Anggoro Anwar, Annisa Rachimi Rizka, Ari Haryana, Audia Damayanti dan Chandra Mirtamiharja. Kemudian I Gede Ryandhana Putra, M. Naufal, Muhammad Fadli Fitriyan, Rachel Ulina, Rifky Yoga Prasetya, Septi Maulina, Willi, dan Yoshara Eltyar.
Foto karya Ari Haryana berjudul Rhythm of Reflection: Serenity and Reality di pameran Door to The River. Tempo/ANWAR SISWADI
Peserta Pameran Foto Berlatih Sebulan dengan Materi Efek Visual
Latar belakang peserta beragam seperti dari kalangan mahasiswa, dosen, karyawan, yang dinilai punya visi menarik dengan media fotografi. Sebelumnya mereka menjalani pelatihan selama satu bulan dengan materi seperti efek visual, sasaran tujuan, juga dipaparkan soal kondisi Sungai Citarum dan Sungai Cikapundung. Selain itu peserta juga diharuskan membuat kamera lubang jarum atau pin hole sendiri.
Menurut Henrycus, penggunaan kamera lubang jarum merupakan kritik terhadap penggunaan medium fotografi yang mulai menitikberatkan pada wilayah eksploitasi ketimbang eksplorasi. Penggunaan teknologi yang sederhana dari kamera lubang jarum, ditujukan untuk memberi jeda terhadap percepatan teknologi yang semakin masif.
“Sejak awal ditemukannya, fotografi sudah menyandang label sebagai media instan yang secara konsisten dilanggengkan oleh industri hingga hari ini,” ujar dia.
Sedangkan pemilihan sungai sebagai objek pemotretan merupakan upaya membangun kesadaran tentang ruang interpretatif. “Dalam hal ini, sungai menjadi wilayah penting untuk kembali membentuk empati terhadap ekosistem melalui kesadaran fotografi yang eksploratif,” katanya. Program itu menjadi sebuah eksperimen kecil untuk membangun kesadaran tentang dampak dari citraan fotografi.
Pilihan Editor: Bandung Photography Triennale Pamerkan Foto Seni tentang Relasi Manusia dan Lingkungan
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.