Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Meninggal dunia perginya seorang anarkis

Luis bunuel, meninggal dunia. ia dikenal sebagai sutradara surealisme. (fl)

13 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DENGAN hati gedebak-gedebuk serta dua saku penuh batu, sutradara muda itu datang ke Ursuline Theatre, tempat filmnya yang pertama diperdanakan. "Jika saja terjadi huru-hara, batu tersedia," tutur Luis Bunuel mengingat kejadian masa silam, di Paris tahun 1928. Rupanya ia salah duga. Anjing Andalusia, demikian judul film itu, yang masa putarnya cuma 26 menit, mendapat keplok hangat dari penonton -- di antaranya Andre Breton dan Jean Epstein. Yang pertama dikenal sebagai bapak surealisme pada siapa Bunuel berguru, yang kedua direktur Academie du Cinema, Paris. Masih 28 tahun, Bunuel mengolah skenario Anjing Andalusia bersama-sama Salvador Dali, temannya seangkatan di Universitas Madrid dan rekan seperguruan dalam kelompok cendekiawan yang dipimpin filsuf Spanyol terkenal Ortega y Gasset. Berangkat dari lingkungan seperti itulah, Luis Bunuel (lahir di Calanda, Spanyol, 22 Februari 1900) merintis kariernya sebagal le auteur, sang sutradara. Dalam tempo 50 tahun kemudian, seni modern mencatat kehadiran tiga raksasa Spanyol: Pablo Casals (conductor dan pemain cello tunggal yang tiada tolok bandingnya), Pablo Picasso (pelukis besar, pelopor kubisme), dan Luis Bunuel (pembawa panji-panji surealisme dalam film modern). Kedua Pablo nan besar, sudah berpulang lebih awal, sedangkan Bunuel baru menyusul Jumat pekan silam. Dunia film akhirnya kehilangan seorang pemberontak, tokoh avant-garde, sutradara surealis yang sengaja bikin orang bingung, terharu-biru, terhina, tersiksa, marah besar. Khalayak melancarkan protes tahun 1930 di Paris, sesudah menonton filmnya kedua Abad Keemasan (L'Age D'Or). Liga Patriot, Liga Anti Yahudi, dan pers sayap kanan ikut memanaskan. Dua bulan kemudian film itu dilarang, semua copy-nya disita. Filmnya ketiga Tanah Gersang (Las Hurdes) adalah sebuah dokumenter tentang kemiskinan di sebuah kampung terpencil di Spanyol. Diantarkan oleh Symphony Keempat ciptaan Brahms, lewat film ini Bunuel menyajikan kenyataan yang menyakitkan, diseling percik-percik harapan tapi berakhir dalam kepahitan. Itulah "wajah" Bunuel tahun 1932. Tapi jiwa cerita yang sama selalu berulang dalam banyak filmnya yang muncul 50 tahun kemudian. Dalam segi isi -- terlepas dari kenyataan bahwa isi itu sendiri sering diperdebatkan -- Bunuel telah memberi capnya yang khas, bagaikan tradisi memberi warna hitam untuk maut. Harus hitam, tanpa alternatif. Dalam pandangan surealis Bunuel hidup manusia begitu juga kira-kira. Jika kaum surealis umumnya menyorot ketidakadilan sosial dari potensi merusak masyarakat (yang pada gilirannya bersumber pada individu). maka Bunuel melihatnya dari unsur iblis yang terkandung dalam diri manusia. Unsur ini intrinsik, sesuatu yang tanpa kendali bisa mendorong ke pesimisme, dan akhirnya nihilisme. Dalam film-film Bunuel, iblis bekerja sama dengan masyarakat yang serba palsu, hingga manusia sebagai pribadi tergilas, tidak punya martabat, tidak berdaya. Dalam tindak dan hubungan apa pun juga -- apakah itu perjuangan hidup, persahabatan, seksual, manusia Bunuel akhirnya muncul sebagai ampas. Bisa dimengerti jika bagi penonton di Eropa dan Amerika, yang ekonomis masyarakatnya sudah sangat maju, film-film Bunuel nampak bagaikan mimpi buruk. Namun, para juri melihatnya lain. Sejak filmnya ketiga, Bunuel tidak berkarya selama 15 tahun sampai ia pindah ke Meksiko. Di sini ia dimodali Oscar Dancigers, dan lahirlah Yang Muda Yang Terkutuk (Los Olvidados), film terbaik Festival Cannes 1951. Kemudian tahun 1958, Nazarin memenangkan hadiah Khusus Juri Internasional. Filmnya pertama berbahasa Inggris The Young One menang lagi di Cannes (1960). Berturut-turut Varidiana dan The Exterminating Angel memenangkan Palma Emas Cannes tahun 1961 dan 1962. Di AS, penonton memuji Varidiana, sedangkan Angel diejek karena "suram, kabur tak ketolongan." Banyak teori mengkaitkan warna surealisme Bunuel dengan warna alam Spanyol yang khas. Peter Harcourt, seorang kritikus film di Inggris, membandingkan surealisme Prancis yang lebih intelektual dengan surealisme Bunuel yang Spanyol itu, yang mencerminkan dua kutup ekstrem: dunia elegan dan dunia serba kasar, keras. Lihatlah adu sapi, indah tapi berdarah. Menurut Harcourt ini tak terlepas dari kenyataan bagaimana Spanyol sebagai jasirah, historis, dan kultural, terpisah dari Eropa. Dari segi bentuk, film Bunuel yang eksperimental itu sarat dengan imaji liar, menakutkan, menjijikkan. Apa yang lazimnya dikenal sebagai bentuk, dalam film Bunuel seperti kehilangan fungsi. Ditambah lagi oleh bahasa filmnya yang tidak komunikatif. Sebab ia memakai lambang-lambang yang terlalu aneh: mata wanita disayat silet tajam, sapi gemuk di atas ranjang, manusia yang sekaligus nampak sebagai pengantin, pengemis, malaikat. Dalam Belle de Jour, satu-satunya film Bunuel yang diputar di Indonesia, gambar yang mewakili realitas dan fantasi, begitu saja dibiarkan kabur dan berbaur. Orang pun berkata, film Bunuel berantakan dan menjijikkan. Tapi lewat ini Bunuel seakan mengisyaratkan bahwa dunia yang kita tinggal ini memang begitu: berantakan dan menjijikkan. Kritik pada umumnya menyimpulkan, semangat anarki Bunuel yang berkobar-kobar, khususnya dimaksudkan untuk menghajar gereja Katolik dan kaum borjuis. Kesimpulan ini bukan tidak ada benarnya, tapi masih terlalu sederhana. Bunuel pada hakikatnya lebih kaya, lebih rumit, lebih dalam, lebih ekstrem. Seperti yang ditegaskan Carlos Fuentes. "Semua karyanya yang kontroversial mencerminkan perjuangan antara hasrat-hasrat alami manusia melawan penindasan psikologis, sosial, dan agamawi yang juga diciptakan oleh manusia itu sendiri." Tapi buru-buru ia menambahkan bahwa kesimpulan itu pun, "tidak memadai".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus