DONGENG tentang nyamuk jantan yang suka menggigit gadis manis,
ternyata bual belaka. Menurut serangkaian penelitian di Amerika,
nyamuk jantan justru tidak menggigit. Mereka 'vegetarian': hidup
dari sari buah dan madu. Nyamuk betinalah yang terbukti
beringas.
Studi ilmiah melawan nyamuk, musuh manusia selama 100 juta tahun
itu, belakangan ini ramai kembali. "Sekitar 4.000 makalah riset
perihal nyamuk diterbitkan setiap tahun akhir-akhir ini," kata
Dr. George B. Craig Jr. Jumlah itu lebih banyak dari spesies
nyamuk yang dikenal sekitar 2.500. Dr. Craig adalah direktur
Laboratorium Biologi Vektor, Universitas Notre Dame.
Sampai sekarang, serangga yang menyebalkan ini masih dipandang
sebagai agen penyakit yang tangguh. Yang paling populer di
antaranya malaria, filariasis, dan demam berdarah. Di seluruh
dunia, lebih sejuta orang tewas setiap tahun -- hanya lantaran
malaria. Sekitar 215 juta lainnya menanggung penderitaan
menahun. Nyamuk memegang rekor tertinggi dalam mengedarkan
penyakit yang membunuh manusia.
RUPANYA bukan Dunia Ketiga saja yang diancam binatang ini. Di
Amerika Serikat, tempat malaria dan filariasis tak lagi berjaya,
nyamuk tetap dianggap seteru. Ia dapat menularkan beberapa jenis
encephalitis, semacam peradangan otak. Infeksi ini menyebabkan
demam tinggi, kehilangan kesadaran, rasa mengantuk, kerusakan
otak, sampai pada kematian.
Repotnya, belum ditemukan satu macam penangkal yang bisa
menumpas habis semua jenis nyamuk. "Ada tiga ribu cerita untuk
tiga ribu jenis nyamuk," ujar Craig. Ada nyamuk yang suka
tinggal di tepi hutan, ada yang senang bermukim di kota. Ada
yang beristirahat siang hari, ada pula yang justru beraksi di
siang bolong. Bahkan ada yang bergerak khusus antara siang dan
petang.
Kemampuan terbangnya pun berbeda-beda. Ada nyamuk yang
meninggalkan sarangnya tak lebih dari 300 meter. Tetapi ada yang
mengembara sampai 20 mil, bahkan 40 mil. Meski umumnya bertelur
dl tempat basah, ada juga jenis nyamuk yang meletakkan telurnya
di tanah kering, sampai tahan dua tahun.
Nyamuk betina tidak hanya menyerang manusia. Mereka juga
menggigit ayam, lembu, anjing, gajah, katak, bahkan ular. Tiap
dua hari sekali nyamuk betina beroperasi mencari mangsa. Ia
mampu mengisap darah sampai hampir dua kali berat tubuhnya
sendiri. Proses dari masa menetas sampai mengisap darah
berlangsung 10 hari.
Menurut Edward E. Davis, neurofisiolog pada Lembaga Riset
Stanford di Menlo Park California, AS, suhu badan manusia banyak
berpengaruh terhadap kemungkinan serangan nyamuk. Davis
mempelajari sel-sel penerima yang sangat peka, yang terdapat
pada 'antena' nyamuk. Ia menempatkan elektroda mikroskopis pada
sel-sel itu, kemudian meniupkan berbagai ramuan di sekitar
antena, untuk melihat reaksi.
Sebuah penerima ternyata dapat membedakan perubahan suhu sampai
0,05øC. Kalau semua penerima dikombinasikan dan dihitung, seekor
nyamuk mampu melacak perubahan suhu sampai 0,005øC.
Di samping itu, faktor karbon dioksida dan laktik asid juga
ternyata merangsang nyamuk. Senyawa ini lahir dari metabolisme
otot, dan terdapat dalam keringat maupun embusan napas. Pada
wanita ada faktor ekstra. Nyamuk terbukti lebih suka menggigit
wanita yang sedang haid.
Karena itu ada langkah sederhana untuk mengelakkan serangan
nyamuk. Yaitu mandi air dingin sebelum tidur, untuk menurunkan
suhu badan. Bisa juga dengan makan bawang putih, yang sejak dulu
dianggap sebagai penangkal nyamuk. Dengan menggunakan ekstrak
bawang putih, ternyata bisa dicapai pembinasaan 100% terhadap 5
spesies nyamuk.
Cara paling ampuh memberantas nyamuk masih tetap yang paling
kuno. Yaitu mengeringkan atau menutupi semua genangan air,
tempat nyamuk berkembang biak. Tetapi, dari hasil pelbagai
riset, banyak ditemukan cara baru yang lumayan mustajabnya.
Salah satu teknik ialah menciptakan larvisida, terkenal di
antaranya Altosid SR10. Racun ini menghambat pertumbuhan nyamuk.
Senjata biologis lainnya ialah Bacillus thuringiensis
israelensis (BTI), bakteri yang ditemukan para peneliti di
negeri Israel. Bakteri ini membunuh larva melalui makanan,
dengan kemungkinan 90%. Cuma, ongkos pembiakannya termasuk
mahal.
Bakteri lain yang dikerahkan menumpas nyamuk ialah Bacillus
sphaericus, yang menimbulkan efek kantuk pada larva. Tetapi
kemampuan populasi bakteri ini rendah sekali. Karena itu,
mikrobiolog John Spizizen dari Universitas Arizona menggunakan
teknologi genetika untuk mencapai hasil yang lebih besar.
DENGAN teknik rekomendasi DNA, Spizizen memotong genus
bakterial yang dibutuhkan dan menanamkannya pada Bacillus
subtilis, yang lebih mudah berkembang. Keistimewaan toksin ini,
ia tidak membahayakan manusia, binatang, atau makhluk
non-nyamuk. Di samping itu, nyamuk hanya mempunyai kemungkinan
kecil untuk membangun sistem kekebalan.
Cara lain ialah menernakkan Toxorphynchitis rutilus, alias "Big
Tox". Dia ini nyamuk juga, tapi dari jenis kanibal. Kini,
Departemen Riset Pertanian Amerika Serikat di Gainesville,
Florida, sedang mengembangbiakkan "Big Tox" di laboratorium
mereka. Setelah menetas, pasukan kanibal ini akan dilepas untuk
menumpas rekan sebangsanya, yang mengancam kesehatan manusia.
Penggunaan insektisida di masa depan tampaknya malah dibatasi.
"Kami akan melakukan segala-galanya sebelum memakai
insektisida," ujar Russel Fontaine, koordinator riset nyamuk di
Universitas California. Insektisida yang dianggap paling ampuh
ialah diethyl-meta-toluamide (DEET).
Australia juga menggalakkan usaha menumpas nyamuk, terutama
anopheles biang malaria itu. Di kota kecil Madang, di pantai
utara Papua Nugini, tim ilmuwan Australia sedang melakukan
penelitian dan percobaan. Dengan biaya US$ 2 juta, dan waktu
lima tahun, Lembaga Riset Walter & Eliza di Melbourne, konon,
telah berhasil menemukan vaksin baru antimalaria, yang lebih
ampuh dari vaksin sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini