Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Menyusuri Pembunuhan di Yunan

Sebuah film laga yang unik. Mengawinkan tradisi martial art dan gaya investigasi modern seorang detektif.

25 Juli 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wu Xia
Sutradara: Peter Ho-Sun Chan
Skenario: Oi Wah Lam
Pemain: Donnie Yen, Takeshi Kaneshiro, Tang Wei, Kara Hui

SIAPAKAH sesungguhnya Liu Jinxi dan apa yang terkandung di dalam tubuhnya. Itulah pertanyaan yang sangat mengganggu Detektif Xu Baijiu (Takeshi Kaneshiro) ketika dia harus melakukan investigasi atas pembunuhan dua orang begundal di desa itu.

Di desa kecil di Yunan, Cina, pada 1917, Liu Jinxi (Donnie Yen) adalah seorang lelaki sederhana, pekerja pembuat kertas, suami setia dari Ayu (Tang Wei), dan ayah dari dua anak lelaki yang sederhana. Ketika desa itu diganggu dua penjahat yang merampok sebuah toko kelontong, Liu Jinxi, yang sedang berada di sana, mengatasi situasi sekejap dan kedua bandit itu tewas. Pejabat setempat tak peduli bagaimana proses pembunuhan itu dan merasa berterima kasih kepada Liu Jinxi. Tapi Detektif Xu Baijiu, seorang Sherlock Holmes versi Cina, tidak puas dengan kejadian tanpa penjelasan yang terperinci. Dia menyelidiki setiap langkah dan merekonstruksi seluruh peristiwa. Kita merasa seolah berada di tengah serial CSI—dengan penggunaan CGI sebagai rekonstruksi peristiwa di dalam tubuh mereka yang kena pukul Liu Jinxi—yang dipindahkan ke Yunan pada abad ke-20.

Kesimpulan sang Detektif—yang disimpannya dalam diri sendiri—Liu Jinxi bukan seorang lelaki bersahaja. Kecurigaan sang Detektif meningkat ketika dia menemukan berbagai bukti kecil yang memberikan indikasi bahwa Liu Jinxi adalah seorang master ilmu bela diri yang dahsyat yang bersembunyi di balik kulit seorang pekerja sederhana di dusun yang tenteram.

Film ini sangat unik karena sutradara Peter Ho-Sun Chan mencoba membelokkan tradisi film martial art yang kita kenal: membela kehormatan, membalas dendam; dengan koreografi laga yang gagah sekaligus indah. Ho-Sun Chan membagi film ini menjadi dua bagian besar. Pada bagian pertama, Detektif Xu Baijiu menyelidiki latar belakang Liu Jinxi sesungguhnya. Bagian kedua, bagian setelah dia menyadari bahwa Liu Jinxi adalah Tan Long, putra pemimpin mafia 72 Iblis (Jimmy Wang Yu), menjadi campuran ketegangan: apakah sang Detektif akan menangkap Liu Jinxi aka Tan Long yang di masa lalu sudah terlibat dalam berbagai pembunuhan massal yang dipimpin ayahnya? Atau dia akan membantu Tan Long yang ingin hidup tenang bersama keluarganya dengan nama baru dan lembar baru?

Pada bagian kedua inilah segala koreografi Donnie Yen dilemparkan ke layar seperti seorang maestro yang mencurahkan segala kemampuan warna ke atas kanvas. Dahsyat! Adegan perkelahian antara Liu Jinxi dan anak buah ayahnya, seorang perempuan yang jari-jarinya seolah bersatu dengan sepasang pisau, adalah sebuah koreografi yang menegangkan. Lokasi perkelahian di dalam kandang sapi. Lawannya menggunakan dua bilah pisau, sedangkan Liu Jinxi bertangan kosong. Segala gerak Liu Jinxi menunjukkan betapa di dalam tubuhnya mengalir darah seorang lelaki yang luar biasa.

Detektif Xu Baijiu memang memiliki penglihatan yang tajam.

Paruh kedua film ini juga menyajikan drama keluarga yang mencekam. Kita tahu pada akhirnya Liu Jinxi aka Tan Long harus berhadapan dengan sang ayah, Don Corleone dari Yunan, yang terkenal keji itu. Dia tidak sekadar berharap, tapi juga menganggap anak-anaknya adalah perpanjangan tangannya. Artinya, Tan Long harus kembali bersamanya menjadi bagian dari kelompok 72 Iblis.

Pertemuan ini tidak hanya menegangkan—karena sang Don memangku cucunya yang lucu dan polos itu—tapi juga menyedihkan. Sang ayah bukanlah ayah biasa. Film ini akan pecah menjadi perang dalam keluarga. Edan.

Hon-Sun Chan telah membuka sebuah panggung baru dalam dunia perfilman martial art: penggabungan dunia investigasi polisi yang dikawinkan dengan tradisi martial art. Film yang premier-nya ditayangkan di Festival Film Cannes ini juga menunjukkan Donnie Yen bukan hanya aktor laga dan koreografer yang bersinar. Dalam film ini, Yen mulai memperlihatkan kemampuan sesungguhnya dalam seni peran. Sayang, Tang Wei (yang dikenal dalam film Lust, Caution karya Ang Lee, 2008) hanya sebagai pemanis belaka. Selebihnya, Takeshi Kaneshiro, sebagai Sherlock Holmes yang teliti dan rewel, dan Jimmy Wang Yu, sebagai ayah yang keji, adalah dua aktor yang seni perannya mencuri perhatian kita sepanjang film.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus