TOPENG Cirebon ini juga disebut Topeng Babakan - berasal dari
'babak.' Dengan demikian merupakan pemcntasan dari bagian-bagian
yang tidak terjalin dalam satu cerita yang utuI1. Jenis tari
yang berkunjung ke TIM untuk ketiga kali ini, ternyata masil1
punya peranan sosial yang cukup di masyarakat Cirebon sendiri.
Seniman topeng sering dianggap punya "kekuatan khusus," sehingga
masyarakat mohon pemberian nama bagi anak-anak yang baru lahir -
mereka jadi godfather dan godmother. Mereka juga punya sistim
kaderisasi, sehingga hidup terus meski tidak disponsor atasan
atau orang-orang berduit.
Untuk menjaga kelangsungan hidup, perkawinan antar seniman
sangat dianjurkan. Grup junior harus 'ngamen' dari desa ke desa
- disebut bebarangan dan dianggap sebagai satu proses yang harus
dilalui seniman menuju kematangan praktek. Kebiasaan ini membawa
akibat kesenian ini dapat menyebar.
Di samping Topeng Babakan, di Cirebon juga dikenal Topeng Dalang
dan Wayang Orang Bertopeng. Tapi di antara ketiga bentuk ini
Topeng Babakan punya keluwesan dalam ruang pentas, sehingga bisa
dibawa keliling dalam bentuk mini, terutama jumlah peralatan
gamelannya (6 orang, meskipun yang lengkap biasanya 14 orang).
Penyajiannya pun bisa diterapkan sebagai hiburan disesuaikan
dengan permintaan penonton dengan memasukkan lebih banyak
bodoran (lawakan) dan ada kalanya tayuban (ronggeng). Dalam
kesempatan di mana unsur hiburan lebih menonjol, tari topengnya
hanya sedikit.
Sampai ke Depok
Bagi dunia pentas Jawa, seni topeng sebagai drama tari bisa
dikatakan jenis kesenian tertua (sejak zaman Kerajaan Kediri).
Cirebon punya arti penting bagi Jawa Barat: tidak saja dalam
seni topengnya tapi juga seni lainnya (bisa dikaitkan peranan
Cirebon di masa lampau dengan Sunan Gunung Jati, kesenian Islam
serta dua kasultanannya).
Lebih dari itu memlrut informasi beberapa pencatat orang
Bclanda, Topeng Babakan Cirebon sudah menyebar ke Indramayu,
Krawang, Tambun, Bekasi, Betawi, Depok, sampai ke Banten,
pertengahan abad lampau (Th. Pigeaud, Javaansche
Volksvertoning). Penyebaran ini memang karena topeng ini jenis
pernentasan yang mudah bergerak.
Di sini umumnya dipakai 5 jenis perwatakan topeng, tapi hisa
dikurangi. Bisa bermain seharian penuh, bisa beberapa jam saja.
Di Cirebon Topeng ini bisa dengan petilan cerita Panji. Dari
Krawang ke Barat, yang laku cerita daerah masing-masing atau
cerita kekeluargaan yang penuh nasihat.
Perbedaan lebih lanjut ialah bahwa Topeng Betawi yang dimainkan
seniman-seniman seperti dari Kampung Duku (Pak Bokir dkk),
Cisalak (Ibu Kinang dkk), merupakan tarian gembira
berpasang-pasangan. Kecuali rombongan Ibu Mani (Gandaria) yang
menari Topeng seorang diri dengan memakai semacam topeng Klana
Cirebon. Mengenai perwatakan topeng umumnya mereka tidak
mengerti.
Di samping itu di sini dikenal juga Topeng Jantuk. Yaitu yang
menggambarkan liku-liku kehidupan keluarga Pak Jantuk yang telah
memperisterikan bekas penari Ronggeng. Yang memakai topeng hanya
seorang (Pak Jantuk) dan bermain dengan dialog, pantun atau
nyanyi dalam Bahasa Melayu Betawi.
Topeng Jantuk ini bisa dimainkan tersendiri atau dalam bentuk
yang telah diringkaskan, pada acara-acara biasa setelah
sandiwara. Kalau kita lihat, bentuk topeng Jantuk ini seperti
topeng Pentul - satu permainan bodoran yang sering muncul pada
Topeng Babakan Cirebon.
Sebaliknya Topeng Cirebon yang sampai masa ini nlasih erat
dengan pengaruh kebudayaan kraton tentang cerita Panji,
Damarwulan, Mahabharata, Ramayana. Demikian juga dengan Topeng
Babakan, meski hanya terbatas pada cerita Panji - dan merupakan
drama topeng kecil yang sering dianggap tidak. terikat pada
cerita, tapi lebih kepada perwujudan dramatik melalui perwatakan
yang dimainkan dalam bentuk tarian.
Jenis topeng ini sampai daerah Indramayu masih sania. Tapi di
daerah Krawang ke Barat bentuknya sudah berobah, hanya masih
terlihat sisa-sisanya terutama dalam bodoran. Demikianlah halnya
dikenal Topeng Banjet Krawang, Topeng Tambun, Topeng Betawi,
Topeng Banten atau Raket.
Tetapi Pigeaud dalam bukunya yang diterbitkan tahun 1938 itu
menyebut, bahwa Topeng Babakan, yang sudah sangat populer
pertengahan abad lampau di Betawi, belum banyak berbeda dengall
daerah asalnya di Cirebon. Seperti juga di Cirebon, jenis ini
bisa hidup di Betawi karena disponsor orang kaya Cina. Sekitar
tahun 30-an jenis ini mulai menurun pengembangannya, karena
orang kaya Cina sudah mulai beralih perhatiannya ke kebudayaan
Barat. Tetapi dalam mempertahankan kelangswlgan hidup di Betawi,
tidakkah kesenian topeng menerima pengaruh sehingga menjadi
bentuk yang sudah banyak berbeda?
Yang lebih menarik ialah bahwa sekitar tahun 20-an, Pasar Gambir
di Batavia sudah melaksanakan lomba kesenian topeng. Pernah
dimenangkan oleh grup Ibu Kinang pada tahun 1929. Grup Ibu
Kinang begitu populer waktu itu, sehingga pernah mengadakan tur
ke Semarang (1933). Bisa diduga missing link antara Topeng
Betawi dan Topeng Cirebon terdapat di antara Krawang dan
Indramayu.
Komedi Stambul
Kenyataan yang terlihat sekarang ialah bahwa dalam Topeng Betawi
misalnya, pemakaian topeng justru tidak terlalu dipentingkan.
Penekanannya-lebih pada lawakan dan sandiwara, tanpa ada toloh
wayang. Kalau di Betawi perkembangan teater rakyat banyak
dipengaruhi teater yang populer pada permulaan abad 20, seperti
Komedi Stambul Wayang Dermuluk, sehingga kemudian hari bisa
muncul Lenong, maka sudah barang tentu Topeng juga mendapat
pengaruh itu. Sedang di Cirebon pengarul ini tidak ada.
Dalam pembinaan kesenian tradisi digemborkan bahwa keasliannya
harus dipelihara. Bagaimana dalam hal Topeng Beawi'? Haruskah
diambil ukuran Cirebonan? Mungkinkah itu'? Sudah tentu tidak.
Julianti Parani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini