Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mereka yang Telah Merintis di Balik Kamera

Selain memiliki Nancy Meyers dan Sofia Coppola, Hollywood juga mempunyai sejumlah sutradara perempuan yang sebelumnya sudah merintis profesi sebagai "panglima" di lapangan sinema. Karya mereka menghiasi dunia perfilman Amerika dan dunia—meski mereka belum seberuntung Coppola, yang filmnya masuk nominasi film terbaik Academy Awards tahun ini. Berikut beberapa nama di antaranya.

22 Februari 2004 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ELAINE MAY
Sentuhan pertama Elaine May, 72 tahun, dengan dunia film terjadi sekitar tahun 1967. Kala itu May berperan sebagai Elen Manville dalam film Luv. Dalam waktu yang hampir bersamaan, ia juga membintangi Enter Laughing. Kedua film yang mengambil setting Amerika di era 1930-an itu bertema komedi satire yang menyentuh. Boleh dibilang, setelah membintangi kedua film itu, jalan May terjun ke dunia film kian terentang. Dan perempuan kelahiran Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, 21 April 1932 itu pun semakin mantap mengayunkan langkahnya.

Film A New Leaf merupakan debut May sebagai sutradara. Film yang diproduksi pada 1971 itu diadaptasi dari pertunjukan teater di Second City. Dan dalam mengerjakan skenario film itu, May dibantu Mike Nichols. Setahun kemudian, May menyutradarai The Heartbreak Kid. Tangan dingin May kembali membuahkan film Mikey and Nicky (1976). Dalam film ketiga karyanya itu, May juga bertindak sebagai penulis skenarionya. Namun May seakan tenggelam setelah Mikey and Nicky digulirkan. Nama May kembali melambung ketika ia menyutradarai sekaligus menjadi produser film Ishtar pada 1987. Dalam film ini May juga meramu musiknya. Yang jelas, sepanjang kariernya di dunia film, May telah menyutradarai sekitar lima film layar lebar dan empat film serial layar kaca.

May, yang sempat menggunakan nama samaran Esther Dale, juga dikenal sebagai penulis skenario film yang andal. Belasan skenario film telah diciptakannya, antara lain Such Good Friends (1971), Mikey and Nicky (1976), Tootsie (1982), Labyrinth (1986), Primary Colors (1998), dan Down to Earth (2001). Yang disebut terakhir merupakan adaptasi dari skenario film Heaven Can Wait, pernah ditulis Elaine May pada 1978.

PENNY MARSHALL
Perjalanan karier Penny Marshall, 59 tahun, di dunia film banyak dipengaruhi kedua orang tuanya. Sang ayah, seorang produser film, memperkenalkan seluk-beluk seni peran kepada Marshall. Adapun ibunya mengajarkan tarian. Sebelum nyemplung ke Hollywood, perempuan kelahiran Bronx, New York, Amerika, 15 Oktober 1944 itu sempat mengenyam kuliah di Univeritas New Meksiko. The Savage Seven merupakan film perdana yang dibintanginya. Dalam film yang diproduksi pada 1968 itu, ia berperan sebagai Tina. Setelah itu, Marshall membintangi puluhan film layar lebar dan serial televisi. Dan seiring dengan bergulirnya waktu, namanya pun kian berkibar.

Marshall mulai dikenal sebagai sutradara pada 1986, saat ia mengarahkan film Jumpin' Jack Flash. Film komedi yang bercerita tentang seorang mata-mata ini dibintangi Whoopi Goldberg dan pernah ditayangkan di televisi swasta di Indonesia. Hanya, film ini tak terbilang sukses di pasaran. Namun itu tak menyurutkan langkah Marshall. Ia kemudian mengubah tema filmnya, dari komedi menjadi drama. Keputusannya ini membuahkan sukses. Film drama Awakenings yang dibintangi Robert de Niro dan Robin Williams yang dirilis pada 1990 meraih tiga nominasi Oscar. Dan yang cukup mengejutkan, film itu tak mengusung Marshall menjadi nomine sutradara terbaik.

Sejak itu, film Marshall seakan tak terbendung lagi. Marshall telah menyutradarai, dan kemudian juga menjadi produser, puluhan film, baik film layar lebar maupun serial di layar kaca. Sebut saja A League of Their Own (1992), Renaissance Man (1994), Getting Away with Murder (1996), Riding in Cars with Boys (2001), Risk (2003), dan yang akan digulirkan tahun ini adalah Cinderella Man.

KATHRYN BIGELOW
Kathryn Bigelow sebenarnya seorang pelukis yang sangat berbakat. Bigelow lulusan Institut Seni San Francisco, Amerika Serikat. Ia juga tercatat sebagai anggota British Avant-Garde Cultural Group, Art and Language. Gesekan pertamanya dengan dunia film terjadi ketika ia tamat dari Jurusan Film Universitas Columbia pada 1980. Saat menjadi mahasiswa, Bigelow sempat menggarap film pendek The Set-Up (1979).

The Loveless merupakan debut Bigelow sebagai sutradara. Film yang diproduksi pada 1983 ini juga menjadi tonggak film-film bernuansa ketegangan dan kekerasan yang menjadi ciri khas Bigelow.

Setelah menggarap film perdananya itu, mantan istri James Cameron itu menyutradai Near Dark (1987), Blue Steel (1990), Point Break (1991), Strange Days (1995), The Weight of Water (2000), dan K-19: The Widowmaker (2002). Di luar itu, Bigelow juga sempat membintangi film Born in Flames pada 1983. Di film ini Bigelow berperan sebagai editor sebuah surat kabar.

BARBRA STREISAND
Saat dianugerahi Cecil B DeMille dalam acara penyerahan penghargaan Gloden Globe 2000, Barbra Streisand menyatakan niatnya untuk berkonsentrasi pada penyutradaraan film. Streisand akan mundur dari dunia panggung yang telah digelutinya selama sekitar 40 tahun, karena merasa tak nyaman untuk menyanyi di depan publik. Debut perempuan kelahiran Brooklyn, New York, Amerika Serikat, 24 April 1942 itu dimulai pada 1983 lewat film Yentl. Selain sebagai sutradara, dalam film berbiaya sekitar US$ 15 juta itu, ia juga menjadi pemain, penulis skenario, dan produser. Streisand kembali menjadi pemain, sutradara, dan produser, dalam film The Prince of Tides (1991). Film yang disukai penonton dan dipuji kritisi itu masuk tujuh nominasi Oscar. Film ketiga yang disutradarainya adalah The Mirror has Two Faces pada 1996.

Karier Babs—demikian pemilik nama lengkap Barbra Joan Streisand itu akrab disapa—dimulai saat usianya 20 tahun. Ia menjadi penari kabaret di Manhattan, New York. Namanya meroket setelah ia berperan sebagai Fanny Brice dalam pertunjukan panggung Funny Girl pada 1964. Sekitar empat tahun kemudian, kisah sama dilayarlebarkan lengkap dengan Streisand sebagai pemeran utamanya, berpasangan dengan aktor Omar Sharif. Streisand menyabet dua penghargaan sekaligus, Golden Globe dan Oscar, sebagai aktris terbaik. Meski namanya langsung melambung, sepanjang kariernya di dunia film, ia termasuk selektif. Ia hanya bermain dalam sekitar 16 judul film, antara lain Hello Dolly! (1969), What's Up, Doc? (1972), The Way We Were (1973), All Night Long (1981), dan Nuts (1987).

Lewat beberapa film yang dibintanginya, Streisand juga menjadi penyanyi temanya. Tema lagu film The Way We Were berjudul sama dengan yang dinyanyikan Streisand. Juga lagu tema film Funny Lady (1975), A Star is Born (1976), dan The Mirror has Two Faces. Memang, di luar dunia film, perempuan berhidung bangir ini adalah penyanyi kondang. Streisand telah menelurkan kira-kira 55 album dan menggelar sekitar 80 konser tunggal. Dan ia merupakan penyanyi perempuan yang albumnya terlaris di Amerika, pendapatan dari konser tunggalnya tertinggi, serta satu-satunya penyanyi yang albumnya mampu menembus puncak tangga Billboard pada 1960-an, 1970-an, 1980-an, dan 1990-an.

Aktris serba bisa itu menikah dengan aktor Elliot Gould pada 21 Maret 1963. Sekitar delapan tahun berselang, pasangan ini bercerai. Dari perkawinan pertamanya itu, Streisand dikaruniai seorang anak lelaki, Jason. Setelah itu ia hidup bersama dengan Jon Peters, seorang produser. Lepas dari pelukan Peters, Streisand dikabarkan mempunyai hubungan romantis dengan sejumlah aktor, antara lain Don Johnson dan Peter Jennings.

Pada Juli 1998, saat usianya di atas 50 tahun, Streisand menikah dengan aktor James Brolin. Setelah menikah dengan Brolin, nama perempuan energetik itu seolah lenyap dari dunia showbiz. "Saya menikmati jalan-jalan ke berbagai tempat, menginap di motel, dan makan di restoran yang biasa disinggahi para sopir truk," katanya mengungkapkan.

JODIE FOSTER
Dunia film adalah jagat yang dikenal Jodie Foster sejak masih belia. Foster membintangi film pertamanya, Napoleon and Samantha, ketika usianya sekitar sembilan tahun. Dan umurnya baru 12 saat ia bermain gemilang sebagai pelacur bernama Iris dalam Taxi Driver. Film ini kemudian menempatkan Foster sebagai nomine Oscar. Setelah itu berbagai peran dilakoninya, mulai dari peran sebagai korban pemerkosaan dalam The Accused (1988) hingga menjadi agen FBI (The Silence of the Lambs) pada 1991. Selama kariernya di film, setidaknya perempuan kelahiran Los Angeles, California, Amerika Serikat, 19 November 1962 itu telah membintangi 30 film. Ia juga telah menyabet dua Piala Oscar sebagai aktris terbaik. Namun, ketika ia menjadi sutradara dalam film pertamanya, Little Man Tate, Foster merasa itulah hal yang disenanginya.

Untuk memantapkan langkahnya sebagai sutradara, Foster mendirikan perusahaan film Egg Pictures. Foster—bungsu dari empat bersaudara—belajar bisnis dari ibunya, Eileen "Brady" Foster. Sang ibu juga yang menjadi manajer sekaligus mengarahkan kariernya di bidang seni peran. Sejak Foster masih kanak-kanak, ibunya selalu berusaha melibatkannya dalam pertemuan dengan orang-orang film, mendiskusikan naskah, sampai membicarakan soal honor. Hasilnya? "Foster mengerti betul seluk-beluk Hollywood secara matematis," tulis sebuah majalah wanita di Amerika.

Foster juga dikenal piawai bernegosiasi. Dengan keahliannya itu, perempuan cerdas lulusan Universitas Yale, Amerika, ini berhasil memperoleh modal dari PolyGram untuk memproduksi film dalam rentang waktu tiga tahun. Setelah menyutradarai Little Man Tate, Foster menyutradarai dan memproduseri sejumlah film lainnya. Sebut saja Nell (1994), Home for the Holidays (1995), The Dangerous Lives of Altar Boys (2002), dan Flora Plum (2004). Terakhir, Foster juga tengah berencana memfilmkan kisah tokoh Leni Riefenstahl, seorang sineas Jerman brilian tapi arogan—yang dikenal lewat film Triumph of the Will.

NORA EPHRON
Sebelum terjun sebagai penulis skenario dan sutradara film, Nora Ephron adalah wartawati andal New York Post. Ephron kemudian banyak menulis buku, baik fiksi maupun kumpulan esai. Dua kumpulan esainya, Crazy Salad dan Scribble, menjadi buku yang sangat laris. Selain itu, Ephron juga dikenal sebagai kolumnis di majalah Esquire dan seorang novelis yang produktif. Novelnya yang cukup laris, Cookie, diangkat ke layar lebar dengan judul Heartburn pada 1986.

Dunia tulis-menulis memang telah merentangkan jalannya di dunia film. Ephron dikenal sebagai penulis skenario yang terampil menyuguhkan komedi romantik dalam sejumlah film Hollywood kontemporer hasil garapannya. Dalam When Harry Met Sally (1989), misalnya, dengan jenaka Ephron menggelitik keperkasaan pria lewat adegan makan siang di sebuah restoran. Saat bersantap tiba-tiba Sally Albright (diperankan Meg Ryan) melenguh-lenguh, mengekspresikan seorang perempuan yang tengah orgasme. Sedangkan dalam Sleepless in Seattle (1993), Ephron berhasil memadukan humor getir, kedukaan, dan romantisme. Dalam You've Got Mail (1998), ia mengisahkan seorang pria dan wanita yang bersaing dalam bisnis, tapi kemudian saling jatuh cinta pada kepribadian masing-masing yang terpendam dalam kerahasiaan Internet.

Debut Ephron sebagai sutradara adalah This Is My Life. Film yang diproduksi pada 1992 itu berkisah tentang seorang janda beranak dua yang bermimpi menjadi pelawak. Setelah itu, alumni Wellesley College, Amerika, ini menyutradai dan juga memproduseri sejumlah film lainnya, antara lain Mixed Nuts (1994), Michael (1996), You've Got Mail (1998), dan Lucky Numbers (2000). Selama berkarier di dunia film, Ephron menyabet tiga kali nominasi Oscar untuk penulis cerita asli terbaik. Masing-masing dalam film When Harry Met Sally, Sleepless in Seattle, dan film drama Silkwood (1983).

Nurdin Kalim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus