Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Muslihat Teknologi

Dalam festival ini ada video tentang ruqyah elektronik dan acara pemilihan juru selamat baru.

9 September 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seorang pria bertelanjang dada menggosok-gosokkan telepon seluler yang melantunkan rekaman ayat suci Al-­Quran ke sejumlah anggota tubuhnya. Dimulai dari lengan, dada, muka, hingga rambut. Secara perlahan, pria itu menggosok-gosokkan ponsel tersebut berulang-ulang. Adegan itu berlangsung selama 2 menit 8 detik.

Kegiatan pria yang menggosok-gosokkan ponsel itu tersaji dalam video bertajuk E-Ruqyah karya Arya Sukapura Putra. Dalam agama Islam, ruqyah dikenal sebagai praktek pengusiran jin dari tubuh manusia. Praktek itu biasanya dilakukan dengan pembacaan ayat-ayat Al-Quran. Sedangkan E pada E-Ruqyah singkatan dari electronic. Singkatnya video E-Ruqyah buatan Arya, seniman asal Bandung, itu hendak memvisualkan ide ruqyah elektronik dengan ponsel.

Kini ponsel telah melampaui fungsinya sebagai perangkat untuk berkomunikasi, menelepon atau berkirim pesan pendek. Sebagian konsumen bahkan memfungsikan ponsel pintarnya sebagai pemutar musik atau file audio lainnya.

Boleh jadi menggunakan ponsel sebagai pemutar file audio, dalam format mp3 atau wma, adalah hal yang biasa belakangan ini. Tapi meluaskan fungsi ponsel sebagai perangkat ruqyah digital memang cukup menarik dan menggelitik. Itulah salah satu karya video yang ditampilkan dalam Jakarta International Video Festival di Galeri Nasional, 5-15 September ini. Festival dua tahunan yang diselenggarakan komunitas seni RuangRupa, Jakarta, itu mengusung tema Muslihat OK Video.

Menurut kurator festival, Rizki Lazuardi, tema Muslihat merujuk pada fenomena yang belakangan berkembang di masyarakat, akal-akalan atau siasat masyarakat terhadap perangkat teknologi yang membanjiri mereka. "Festival ini mencoba memotret fenomena muslihat atau akal-akalan yang dilakukan masyarakat sebagai konsumen perangkat teknologi. Misalnya akal-akalan untuk meluaskan fungsinya," katanya. "Festival ini menjadi perayaan kekuatan konsumen menghadapi gempuran banjir teknologi."

Seperti dalam video E-Ruqyah, tutur Rizki, Arya mencoba menyuguhkan muslihat terhadap ponsel sebagai perangkat teknologi. Dia menyuguhkan kemungkinan yang lebih jauh dari fungsi ponsel pintar. Tak lagi hanya sebagai alat komunikasi dan pemutar file audio, tapi juga mengambil peran dalam kebutuhan masyarakat. Bahkan kebutuhan yang sama sekali tak berhubungan dengan komunikasi verbal antarmanusia. "Fenomena akal-akalan teknologi seperti itulah yang menjadi tema festival kali ini," ujarnya.

Selain karya Arya, terdapat 29 karya video sejenis yang menyuguhkan akal-akalan terhadap perangkat teknologi dengan berbagai tema dari 16 negara—di antaranya Singapura, Jepang, Belanda, Jerman, Polandia, Inggris, Amerika Serikat, dan Indonesia—yang ditampilkan dalam festival yang digelar untuk keenam kalinya itu. Karya-karya itu merupakan hasil seleksi dari 303 karya video asal 53 negara yang mendaftar ke RuangRupa.

Puluhan karya video, termasuk video instalasi, yang disuguhkan cukup menarik. Begitu masuk ruang utama pameran di Gedung A, pengunjung disambut video karya Christopher Baker bertajuk Hello World!. Karya seniman asal Amerika itu merupakan kolase dari kumpulan video para pengguna kanal komunikasi yang ingin menyapa dunia. Seperti diketahui, setelah puluhan tahun sejak kehadiran televisi dan teknologi video, khalayak hanya bisa menjadi penonton pasif. Kemunculan kanal video seperti YouTube akhirnya memberi kesempatan kepada khalayak untuk juga bisa ambil bagian di dalamnya, tak hanya jadi penonton pasif. Video diary, vlog (video blog), dan sejenisnya menjadi sarana bagi siapa saja untuk menyapa dunia, untuk ikut dilihat dan didengar.

Seniman asal Jerman, Christian Jankowski, menyuguhkan karya yang kontroversial, Casting Jesus. Sesuai dengan judulnya, video berdurasi sekitar satu jam itu menampilkan sebuah adegan pemilihan calon Yesus selanjutnya sebagai juru selamat karena agama di Eropa mulai menemui senjakala. Pemilihan itu digelar layaknya ajang pencarian bakat seperti Indonesia Idol atawa X Factor. Sejumlah calon Yesus di-­casting oleh tiga juri representasi Vatikan. Ketiga juri menilai para calon Juru Selamat itu berdasarkan gestur, karisma, dan kemiripan akan Yesus yang selama ini diingat umat Kristiani secara visual. Bisa ditebak, di pengujung adegan, akhirnya terpilihlah satu calon Yesus.

Adapun Marek Kucharski asal Polandia menampilkan karya video instalasi yang merekam akal-akalan terhadap sistem jual-beli modern. Video instalasi bertajuk Return itu menampilkan proses Kucharski membuat karya seni berupa lampu-lampu dan susunan keramik yang dibeli dari sebuah toko material. Selesai pameran, yang hanya sekitar sepekan, keramik-keramik itu dibongkar kembali, dimasukkan ke kardus, dan kemudian dikembalikan ke toko material. Di negara-negara Eropa, seperti Polandia, yang aturan main jual-belinya mapan, ada konvensi barang yang sudah dibeli boleh dikembalikan sebelum 30 hari. Asalkan ada struk pembelian dan kondisi barangnya masih bagus.

Dalam video itu, Kucharski ingin menunjukkan akalan-akalan yang dilakukannya terhadap konvensi jual-beli tersebut. Sang seniman bisa tetap berkarya dan berpameran serta berhasil mengakali konvensi itu dengan mengembalikan material setelah tugasnya sebagai karya seni berhasil. "Semua proses akal-akalan itu direkam dalam video karya Marek Kucharski tersebut," kata Rizki.

Nurdin Kalim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus