Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Oe merasa sibuk dan bahagia

Lebih dari 40 buah lukisan, kebanyakan pemandangan alam karya oesman effendi di pamerkan di tim. timbul bayangan picasso, rusli juga nashor.

13 Agustus 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG kawakan yang masih tetap produktif memang dibutuhkan sekarang. Oesman Effendi, dengan lebih dari 40 buah lukisannya di ruang pameran TIM 25 s/d 31 Juli - boleh dianggap salah seorang dan jenis ini. Belum lama sebelumnya ia telah muncul di Balai Budaya dengan lukisan-lukisan baru. Kini pun, dengan warna meriah, ia memajang hasil-hasilnya yang berangkat tahun 1977. Kalau di Balai Budaya kita mendapat suasana mistik, pameran kali ini memperlihatkan keterbukaan sikap. Berbagai unsur masuk ke dalam kanvas O.E., sehingga kita seperti dihadapkan kepada suasana mencari Warna-warna yang samar dan begitu halus, sebagaimana terasa di Balai Budaya dulu, kini menjadi tegas. Bahkan garis terbata-baia yang melantunkan gerak, pada bcberapa buah kanvas menjadi pasti dan diam. Tetapi sementara itu jelas sekali timbul bayangan Picasso. Misalnya pada lukisan yang berjudul Singgalang Enam. Dengan latar putih kanvas, terbentuk bidang-bidang persegi yang diberi bentukbentuk statis. Ini bukan kebetulan, karena beberapa buah kanvas Singgalang Tujuh dan Singgalang Sepuluh misalnya -- merupakan kelanjutan usaha ini. Mungkin sekali O.E. sedang memperhatikan Picasso, setelah melihat bukit-bukit. Atau ini hanya merupakan usaha memecahkan diri agar tetap siap untuk mencari yang lain. Karena tidak hanya Picasso - juga wajah beberapa pelukis pribumi lain seperti Rusli dan Nashar, membayang juga pada beberapa buah kanvas, pada Maninjau Delapan kita melihat pulasan kuas yang spontan tetapi ada perhitungan. Keahlian mengisi ruang serta kemantapan pulasan kwas ini mengingatkan kita pada teknik sengatan yang dipakai Rusli untuk membetot obyeknya. Hanya saja O.E. memang tidak terlampau pelit, sehingga tidak banyak membiarkan ruang kosong bicara dengan sendirinya. O.E. tetap mengontrol seluruh kanvas. Ia tidak berusaha mencari misteri dari kanvas kosong, tetapi misteri dari getaran-getaran warna. Sebagaimana terasa pada Puncak Satu yang biu itu. Ini barangkali juga akibat kesukaannya melukis di tengah suara musik. O.E. memang sangat musikal dalam kanvas. Dua buah kanvas dalam ukuran memanjang, Singgalang Satu dan Singgalang Dua, ditarik dengan garis-garis tebal. Ini lain lagi. Pada lukisan yang disebut pertama, kita melihat usaha mengolah warna merah dan coklat dan bulatan-bulatan awan, yang amat berbeda dengan apa yang tampak pada lukisan Puncak Dua. Puncak dua barangkali paling dekat dengan diri O.E. di masa lalu. Garis-garisnya yang tipis, runcing, membangun suara-suara batin yang berbeda dengan suasana statis pada Singgalang Satu. Puncak Dua khas O.E. Di samping pengaruh-pengaruh O.E. makin tekun melukis suasana. Bentuk tinggal garis sosoknya saja. Ia melihat kehidupan seperti seorang ahli peta: lebih memperhatikan suasana dalam obyek. Dengan beberapa haris yang menolong penggambaran bentuk, ia berusaha menampilkan permukaan sebelah dalam dari yang bernama Toba, Singgalang atau Ngarai. Ini menyebabkan banyak lukisannya menyarankan suasana mimpi. Maninjau Satu adalah contoh yang baik untuk itu. Dengan warna lembut sekali, O.E. memaparkan alam yang masih segar. Ada kehidupan di pinggir-pinggir danau yang masih berbau dusun. Kemudian terasa ada kebesaran Ilahi akibat sapuan-sapuan vertikal dari kedua sisi kanvas. Lukisan ini seakan melantunkan kedamaian sorga. Indah, tetapi tidak berusaha menarik-narik perhatian. Barangkali ini merupakan salah satu lukisan terbaik dari banyak judul yang segar dalam pameran ini. Toba Enam juga memotret pemandangan yang hampir sama. Tetapi suasaan hati pelukisnya sudah berbeda. O.E. ternyata tidak berusaha memandang obyek dari sudut tertentu. Ia selalu mengubah-ubah sudut tergantung suasana hati. Kalau tidak, ia tidak akan mengulang satu obyek sampai sebelas kali. Satu-satunya lukisan yang memakai warna emas adalah Ngarai Tujuh. Ini mungkin kecenderungan lain lagi. O.E. sekarang terasa sibuk dan bahagia. Untung saja kebahagiaannya, meski tidak menyembunyikan kemeriahan, tidak hanya berhenti pada kemanisan. Ini yang pantas dicatat. PW

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus