Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Orde tak bersih lingkungan

Sutradara : jujuk prabowo. naskah : heru kesawa murti. pemain : butet kertaradjasa, saptaria handayaningsih, susilo nugraha, jujuk prabowo, mbah kartono, dll. resensi oleh : putu wijaya.

29 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORDE TABUNG Pemain: Butet Kertaradjasa, Saptaria Handayaningsih, Susilo Nugraha, Jujuk Prabowo, Mbah Kartono, Sepni Heryantyo, dan lain-lain Naskah: Heru Kesawa Murti Sutradara: Jujuk Prabowo. MAIN di Teaer Tertutup Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 23 dan 24 Oktober, Teater Gandrik mementaskan Orde Tabung. Tiket masuk hanya Rp 2.000. Berbeda dengan gemerlapan Teater Koma, yang sama-sama bersenjatakan ketawa, kelompok dari Yogya ini sederhana. Dengan penataan panggung yang terlalu sederhana dari Rujito, serta tata busana yang juga hemat, bahkan seperti seadanya, kelompok ini mencoba menertawai banyak hal yang sedang aktual. Misalnya, mengenai mahasiswa yang ayem, soal lagu cengeng, dan bersih lingkungan. Tersebutlah di sebuah negeri, tiga penghuni rumah jompo melarikan diri. Mereka berasal dari kelompok yang disebut konvensional, karena lahir secara alamiah. Ketika zaman berubah dan negeri hanya menghendaki semua warganya adalah kelahiran tabung, semua manusia yang lahir di luar tabung dimasukkan ke dalam rumah jompo. Cerita Orde Tabung mengingatkan pada karya George Orwell, 1984. Hubungan jasmani suami-istri dilarang. Manusia tidak dilahirkan lagi secara wajar, tetapi melalui tabung. Tetapi kemudian ternyata dokter yang biang pengorde tabungan itu terbukti berasal dari rahim biasa. Menyusul kemudian kepala petugas keamanannya. Akhirnya, pimpinan orde tabung sendiri ternyata juga tak "bersih lingkungan". Walhasil, pimpinan jatuh pada Sang Sekretaris, yang sejak semula begitu vokal mengatur segalanya. Lakon ini dibuka dengan munculnya 3 buron yang memakai pakain belang, lari dari rumah jompo. Kemudian menyusul adegan wawancara Sekretaris Kota (dibawakan oleh Butet Kertaradjasa dengan vokal dan akting yang baik), terbaik dalam penampilan ini. Tokoh Sekretaris itu muncul amat kocak. Ia memberikan informasi, wejangan, dan sekaligus kilah kepada para wartawan. Humor meluncur dengan spontan dan lugu. Dalam kesederhanaannya, Gandrik memukau. Tetapi lepas adegan tersebut, cerita jadi bertambah memberat. Kesegaran menghilang perlahan-lahan, karena penulis cerita mulai mencoba menyusun "drama". Ia menampilkan tokoh. Membuat alur. Dan akhirnya karena pendukungnya nampak belum siap, satire itu perlahan-lahan jadi lamban. Kesederhanaan Gandrik lama-lama memaksa dimaklumi: bukankah ini semacam versi lain dari teater rakyat, atau, bukankah ini hanya sekadar tontonan? Pemaksaan yang pasti juga tak dikehendaki oleh Gandrik sendiri. Toh penonton terus ketawa. Seakan-akan cacad tersebut tak penting lagi. Semuanya menerima Gandrik sebagaimana penonton menerima Srimulat atau Teater Koma. Ini jelas menunjukkan: Gandrik telah memiliki penonton. Padahal, ini Jakarta, daerahnya Teater Koma, bukan rumah Gandrik. Saya belum pernah melihat Teater Gandrik sebelumnya. Inilah perjumpaan saya yang pertama. Saya terbahak-bahak melihat Butet memainkan Sang Sekretaris, padahal ketika menonton Teater Koma (Sampek Engtai), misalnya, saya tak bisa tertawa. Pementasan Gandrik buat saya jauh lebih lucu dari Koma. Leluconnya lugu tetapi cerdas. Seandainya saja mereka memacu keluguan tersebut dengan tandas, saya yakin pementasan akan padat dan berbobot. Di awal cerita mereka seperti mengolok diri-sendiri. Banyolannya lepas, brutal, tetapi lihai. Kemudian terasa panggung sibuk untuk membuang olok-olok itu ke muka orang lain. Gandrik pun mencoba main "drama". Begitu mereka memihak, semua dagelannya tidak lucu lagi. Pengaruh Arifin C. Noer dan pengaruh Rendra terasa pada beberapa bagian cerita dan penyutradaraan Orde Tabung. Nyanyian yang muncul di tengah lakon (yang mengejek film India) mengingatkan kepada penampilan Teater Koma. Jelas, Gandrik banyak dipengaruhi oleh perkembangan teater modern Indonesia. Tetapi semangat teater rakyat pun terasa pada sikap nyleneh-nya. Pembelokan yang tiba-tiba dari adegan-adegan serius kepada kenyataan panggung yang ada adalah pengaruh teater rakyat. Misalnya saja, ketika salah satu dari ketiga pelarian dari rumah jompo berteriak memanggil kawannya. Mula-mula yang dipanggil menyahut dengan suara sedemikian rupa sehingga terasa mereka terpisah jauh, padahal hanya beberapa meter dalam kenyataan panggung. Tapi ketika diteriaki sekali lagi, ia langsung menjawab dengan suara rendah: "Di sini." Imajinasi yang sudah dibangun langsung ambyar. Contoh lain. Ketiga pelarian terpuruk-puruk membawa beban buntalan. Mereka mengeluh berkepanjangan. Salah seorang seperti menggugat, bagaimana caranya lepas dari beban kehidupan. Yang satu langsung membanting bebannya dari pundak ke lantai, sambil berseru: "Begini!" Contoh seperti di atas berserakan dalam seluruh pertunjukan. Ini menunjukkan bahwa semua itu bukan kebetulan, tetapi dikonsepkan. Ada perhitungan. Sebagaimana juga terasa kalau kita melihat dagelan-dagelan Srimulat. Orde Tabung memberikan kesan bagaimana santai atau akrabnya Gandrik menggauli panggung. Tak ada ketegangan. Lantai itu sudah menjadi kaki mereka. Ini adalah jiwa teater rakyat -- bagian yang paling penting dalam kehadiran Gandrik. Tontonan Orde Tabung lucu. Ide dan naskahnya unik. Tetapi kekuatan pemainnya tak merata, penyutradaraannya juga masih lemah. Akibatnya, ambisi untuk main drama jadi terasa sebagai "kesalahan". Kalau mereka setia dan percaya saja pada dagelan, bobot pasti akan muncul dan ide mereka yang segar itu. Tidak sebagaimana Bengkel Teater yang membabat kepincangan sosial denan gagah, Gandrik melangkah dengan rendah hati dan berhasil memotret profil pejabat dengan jitu. Sindirannya menggigit, dan bebas dari domplengan caci-maki. Putu Wijaya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus