Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Organ casiotone merangsang

Organ casiotone 701 merupakan alat musik komputer, sebagai instrumen untuk senang-senang saja. karena alat ini bisa membimbing dan mengajari seseorang untuk memainkan beberapa lagu. (ms)

4 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAIN musik tidak selamanya sulit. Orang buta musik atau anak-anak yang belum becus membaca not balok sekalipun bisa memainkan sebuah konser. Caranya juga sederhana. Bila seseorang hanya menyentuhkan ujung jari telunjuk pada tuts -- mengikuti lampu merah yang menuntunnya -- sebuah organ Casiotone 701 mampu menghasilkan lagu lengkap dengan iringan, irama dan berbagai bunyi instrumen musik yang dikehendaki. Alat musik komputer ini bahkan bisa membimbing dan mengajari seseorang untuk memainkan beberapa lagu. Sebelum mulai, sebuah music setter mirip mikrofon segede spidol digoreskan mendatar pada lembaran bergaris vertikal. Dengan gerakan semacam itu, alat unik tersebut telah merekam lagu dan paduan nada dalam lembaran program musik. Setelah sebuah tombol paling kiri dipencet, lampu merah di atas tuts bernyala. Pemain tinggal menekan tuts organ yang ditunjuk lampu itu. Tanpa diduga, seorang yang belum mengenal lagu pun, misalnya Red River Valley bisa memainkannya. Ia juga dapat mengulang-ulang lagu yang sama dengan mengganti irama pilihannya. Organ seberat 12,5 kg ini dapat menampilkan 16 irama, misalnya rock, swing, bossanova, rhumba atau waltz. Seperti organ lainnya, Casiotone model ini juga bisa menampilkan berbagai bunyi alat musik, mulai dari biola, klarinet sampai cymbal atau drum. Untuk perkenalan pertama di Stand Casio Pekan Raya Jakarta, baru tersedia 15 lembar program lagu. Kebanyakan lagu populer yang gampang diingat seperti Jingle Bells, dan Tom Dooley. Harganya pun cuma Rp 700.000, bertaut cukup besar dibanding organ jenis lain yang rata-rata Rp 1,2 juta. "Kelebihan Casiotone model ini adalah sistem perekamnya," kata Ny. Susilo dari L.J. Music Centre yang mengageninya untuk Jakarta. "Ini baik untuk orang yang malas belajar not balok tapi ingin main musik," tambahnya. Alat dengan sistem one key play itu memang memungkinkan seseorang memainkan lagu cuma menekan sebuah nada saja. Dengan sistem rekam, si pemain tidak bakal salah pencet. Tuts yang tidak ditunjuk lampu merah, tidak bakal berbunyi walau berkali-kali ditekan. Alat musik elektronik semacam itu memang berbeda dengan yang akustik eperti biola atau terompet. Bunyi yang dihasilkan alat musik akustik sepenuhnya dikendalikan oleh pemain. "Rendah-tinggi nada, irama, kecepatan dan lemah-kerasnya suara ditentukan oleh pemain," kata Danny Tumiwa, Asisten Direktur Musik Yayasan Musik Indonesia (YMI). "Jadi alat musik ini menuntut para pemainnya benar-benar trampil," tambahnya. Sedang alat musik elektronik, kata Tumiwa, "bisa berfungsi sebagai fun machine atau alat musik benaran." Alat musik lengkap dengan sistem one key play dinilainya sebagai instrumen untuk senang-senang saja. "Kami tidak menganjurkan murid memakai alat serba lengkap itu, tapi juga tidak melarangnya." YMI yang kini mengajar musik bagi 12.000 siswa kadangkala menghadapi kesulitan lantaran pengaruh iklan alat musik yang mudah semacam itu. "Memang ada kecenderungan anak-anak mencari yang gampang dan tidak tekun," kata Tumiwa. Memang, alat musik -- terutama organ -- yang mudah dan serba lengkap itu dapat membuat orang malas belajar musik lebih lanjut. Tapi tidak berarti tanpa manfaat. "Iklan-iklan organ semacam itu banyak membuat orang tidak takut lagi belajar musik," kata Slamet Abdulsyukur, mengajar bagian musik Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Namun hasilnya tidak seperti "janji" dalam iklan itu, alias tidak menelurkan pemusik lewat alat elektronik modern tersebut. "Mereka bisa memancing ikan, tapi tidak bisa memasaknya. Ikan menjadi bangkai. Banyak pembeli organ tidak bisa dikembangkan sama sekali," katanya. Diakui, alat musik serupa itu yang cocok dengan pola konsumsi kelas tinggi sekarang -- bukanlah alat musik yang jelek. "Alat itu semacam nasi goreng kalengan. Suara, irama, variasi dan lagu sekalipun dapat keluar dari alat secara otomatis, tanpa jerih payah pemainnya untuk mengasah ketrampilannya," kata Abdulsyukur. Penawaran alat musik serba lengkap dan mudah sejenis Casiotone itu menurut Trisutji Djuliati Kamal -- pianis dan komponis terkemuka Jakarta -- bisa bernilai positif. "Merangsang orang bermain musik dan buat rekreasi," katanya. Selain gampang dimainkan, alat semacam itu kelihatannya memang dirancang bisa dibawa ke mana pun juga -- termasuk rekreasi di luar kota.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus