MAIN musik tidak selamanya sulit. Orang buta musik atau
anak-anak yang belum becus membaca not balok sekalipun bisa
memainkan sebuah konser. Caranya juga sederhana. Bila seseorang
hanya menyentuhkan ujung jari telunjuk pada tuts -- mengikuti
lampu merah yang menuntunnya -- sebuah organ Casiotone 701 mampu
menghasilkan lagu lengkap dengan iringan, irama dan berbagai
bunyi instrumen musik yang dikehendaki.
Alat musik komputer ini bahkan bisa membimbing dan mengajari
seseorang untuk memainkan beberapa lagu. Sebelum mulai, sebuah
music setter mirip mikrofon segede spidol digoreskan mendatar
pada lembaran bergaris vertikal. Dengan gerakan semacam itu,
alat unik tersebut telah merekam lagu dan paduan nada dalam
lembaran program musik.
Setelah sebuah tombol paling kiri dipencet, lampu merah di atas
tuts bernyala. Pemain tinggal menekan tuts organ yang ditunjuk
lampu itu. Tanpa diduga, seorang yang belum mengenal lagu pun,
misalnya Red River Valley bisa memainkannya. Ia juga dapat
mengulang-ulang lagu yang sama dengan mengganti irama
pilihannya.
Organ seberat 12,5 kg ini dapat menampilkan 16 irama, misalnya
rock, swing, bossanova, rhumba atau waltz. Seperti organ
lainnya, Casiotone model ini juga bisa menampilkan berbagai
bunyi alat musik, mulai dari biola, klarinet sampai cymbal atau
drum.
Untuk perkenalan pertama di Stand Casio Pekan Raya Jakarta, baru
tersedia 15 lembar program lagu. Kebanyakan lagu populer yang
gampang diingat seperti Jingle Bells, dan Tom Dooley. Harganya
pun cuma Rp 700.000, bertaut cukup besar dibanding organ jenis
lain yang rata-rata Rp 1,2 juta. "Kelebihan Casiotone model ini
adalah sistem perekamnya," kata Ny. Susilo dari L.J. Music
Centre yang mengageninya untuk Jakarta. "Ini baik untuk orang
yang malas belajar not balok tapi ingin main musik," tambahnya.
Alat dengan sistem one key play itu memang memungkinkan
seseorang memainkan lagu cuma menekan sebuah nada saja. Dengan
sistem rekam, si pemain tidak bakal salah pencet. Tuts yang
tidak ditunjuk lampu merah, tidak bakal berbunyi walau
berkali-kali ditekan.
Alat musik elektronik semacam itu memang berbeda dengan yang
akustik eperti biola atau terompet. Bunyi yang dihasilkan alat
musik akustik sepenuhnya dikendalikan oleh pemain.
"Rendah-tinggi nada, irama, kecepatan dan lemah-kerasnya suara
ditentukan oleh pemain," kata Danny Tumiwa, Asisten Direktur
Musik Yayasan Musik Indonesia (YMI). "Jadi alat musik ini
menuntut para pemainnya benar-benar trampil," tambahnya.
Sedang alat musik elektronik, kata Tumiwa, "bisa berfungsi
sebagai fun machine atau alat musik benaran." Alat musik lengkap
dengan sistem one key play dinilainya sebagai instrumen untuk
senang-senang saja. "Kami tidak menganjurkan murid memakai alat
serba lengkap itu, tapi juga tidak melarangnya."
YMI yang kini mengajar musik bagi 12.000 siswa kadangkala
menghadapi kesulitan lantaran pengaruh iklan alat musik yang
mudah semacam itu. "Memang ada kecenderungan anak-anak mencari
yang gampang dan tidak tekun," kata Tumiwa.
Memang, alat musik -- terutama organ -- yang mudah dan serba
lengkap itu dapat membuat orang malas belajar musik lebih
lanjut. Tapi tidak berarti tanpa manfaat. "Iklan-iklan organ
semacam itu banyak membuat orang tidak takut lagi belajar
musik," kata Slamet Abdulsyukur, mengajar bagian musik Institut
Kesenian Jakarta (IKJ). Namun hasilnya tidak seperti "janji"
dalam iklan itu, alias tidak menelurkan pemusik lewat alat
elektronik modern tersebut. "Mereka bisa memancing ikan, tapi
tidak bisa memasaknya. Ikan menjadi bangkai. Banyak pembeli
organ tidak bisa dikembangkan sama sekali," katanya.
Diakui, alat musik serupa itu yang cocok dengan pola konsumsi
kelas tinggi sekarang -- bukanlah alat musik yang jelek. "Alat
itu semacam nasi goreng kalengan. Suara, irama, variasi dan
lagu sekalipun dapat keluar dari alat secara otomatis, tanpa
jerih payah pemainnya untuk mengasah ketrampilannya," kata
Abdulsyukur.
Penawaran alat musik serba lengkap dan mudah sejenis Casiotone
itu menurut Trisutji Djuliati Kamal -- pianis dan komponis
terkemuka Jakarta -- bisa bernilai positif. "Merangsang orang
bermain musik dan buat rekreasi," katanya. Selain gampang
dimainkan, alat semacam itu kelihatannya memang dirancang bisa
dibawa ke mana pun juga -- termasuk rekreasi di luar kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini