Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Mahal, Tapi Bisa Rugi

Biaya perkuliahan di swasta mahal, karena ada perhitungan dagang, meski ada pula yang defisit, mahasiswa negeri hanya menanggung 10% biaya.(pdk)

4 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MAHASISWA Akademi Pariwisata Trisakti bisa patah semangat. Scseorang yang naik ke tingkat II tahun ini, harus membayar uang kuliah Rp 565 ribu dan uang praktek Rp 200 ribu. Orang tuanya, meski karyawan perusahaan swasta dengan gaji sekitar Rp 200 ribu, pasti angkat tangan. Keringanan dari pihak akademi tak mungkin bisa diperoleh. Betapa mahal uang kuliah (dan lain-lain) di perguruan tinggi swasta (PTS) memang bukan rahasia lagi. Tapi itulah salah satu dari tiga masalah pokok yang dihadapi PTS. Seperti disebut-sebut pula dalam pelantikan Badan Kerja Sama Yayasan PTS dan Badan Kerja Sama PTS bulan lalu, ketiganya ialah soal kelembagaan, soal akademik, dan soal dana atau pembiayaan PTS. Kalau pihak Yayasannya tidak tangkas mencari dana, semua pengeluaran PTS itu harus ditanggung mahasiswa. Di Universitas Trisakti (Jakarta) misalnya, mahasiswa baru Fak. Teknik harus membayar uang kuliah tahun pertama Rp 540 ribu -- sedikit di bawah Akademi Pariwisatanya tersebut. Repotnya mahasiswa baru itu masih harus menyumbang dana yang besarnya bisa dirundingkan, "tapi umumnya tidak kurang dari Rp 3 juta," kata sumber TEMPO. Bahkan calon mahasiswa yang nilainya kurang, konon harus membayar Rp 7,5 juta. Menurut Endang Suradi, Kepala Urusan Intern Kampus universitas tersebut, uang setinggi itu guna mempertahankan mutu akademis, terutama untuk "membayar dosen secukupnya agar ia tidak lari." Endang menyebut Rp 500 ribu gaji tetap dosen Trisakti. Pun di daerah, PTS-nya membuat calon mahasiswa mundur teratur. Universitas Islam Sultan Agung (Semarang), misalnya, menarik uang kuliah (Fak. Kedokteran) tahun pertama Rp 300 ribu. Uang kuliah di (Fak. Teknik) Universitas Tujuh Belas Agustus di kota yang sama bisa mencapai Rp 200 ribu. Uang dana pembangunan PTS (sumbangan wajib) ternyata di Semarang pun melangit, sekitar Rp 300 ribu. Tapi uniknya, di universitas Islam tadi mahasiswa Fak. Syariah bebas uang kuliah dan lain-lainnya. "Biasanya mahasiswanya datang dari pelosok dan jumlahnya tidak banyak," tutur Prof. Hapsoro, rektornya. Dan di Medan, Universitas Islam Sumatera Utara menarik Rp 275 ribu uang kuliah untuk Fak. Kedokterannya. Meskipun uang kuliah bisa diangsur delapan kali, sumbangan wajib yang Rp 250 ribu harus dibayar kontan. "Uang kuliah sebesar itu untuk biaya operasional fakultas," tutur dr. Nurmadi Saleh, Sekretaris Fakultas. Biaya operasional itu, antara lain untuk honorarium dosen, keperluan dministrasi, praktikum, dan beberapa hal lagi. Sementara dana pembangunan untuk membeli peralatan praktek, atau menambah ruang kuliah. Universitas Darma Agung di Medan pula, kata Drs. Sofyan Arifin, rektornya, "terpaksa mendatangkan beberapa dosen terbang dari Jakarta. " Mereka yang hanya mengajar sekali sebulan itu menelan biaya paling sedikit Rp 2 juta per bulan. Maka Fak. Teknik dan Ekonomi di sana -- yang termahal biayanya -- menetapkan uang kuliah lebih dari Rp 200 ribu per tahun. Karena dana selalu menjadi persoalan PTS, kata D. Khumarga, Rektor Universitas Tarumanegara (Jakarta), "terkadang cara berhitungnya seperti dagang." Uang kuliah di PTS-nya ditetapkan Rp 325 ribu per tahun, dan mahasiswa baru Fak. Teknik, dan Fak. Kedokteran menyumbang minimal Rp 1 juta. Toh Fak. Kedokteran di situ masih mengalami defisit jutaan rupiah. Tapi cukup banyak mahasiswa yang ikhlas membayar mahal. Berkata Rektor Universitas Parahyangan (Bandung) G. J. Geisie: "Semua biaya itu akhirnya kembali kepada mahasiswa itu sendiri." Tony Sumarjo, mahasiswa Fak. Teknik Unpar tingkat akhir, mengaku, di luar ongkos praktikum, ia membayar uang kuliah minimal Rp 300 ribu per tahun. Seorang mahasiswa Fak. Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo, Jakarta, mengatakan ia harus membayar Rp 670 ribu sewaktu masuk (1976), dan kemudian untuk tingkat selanjutnya ia membayar rata-rata Rp 300 ribu per tahun. "Tapi saya bangga dengan mutu pendidikan di sini," katanya. Pembayaran di situ tahun ini konon jauh lebih tinggi. Bila PTS bisa mencari dana, uang dari mahasiswa memang bisa ditekan. Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta, misalnya. Tahun ini tiap mahasiswa baru di tujuh fakultas UII hanya harus mengeluarkan uang Rp 370 ribu -- perinciannya: Rp 140 ribu uang kuliah, Rp 135 ribu dana pembangunan, Rp 20 ribu dana kampus, Rp 75 ribu sumbangan sukarela. Praktis biaya ini hanya sekitar separuh daripada yang harus dikeluarkan mahasiswa baru Universitas Sultan Agung, Semarang, misalnya. "Tapi itu karena UII mendapat dana dari berbagai pihak," ujar Dahlan Thaib, Pembantu Rektor III. Yayasannya mempunyai usaha percetakan dan Pusat Komputer yang mendatangkan keuntungan pula. "Kami mempunyai prinsip membantu mahasiswa," kata GBPH Prabuningrat, rektornya. Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya, meski ada usaha yayasannya tetap tak bisa menekan uang kuliah. Di PTS ini uang kuliah berkisar Rp 200 ribu, dan sumbangan wajib Rp 200 sampai Rp 600 ribu. Dan menurut Ir. Hariwardjono, rektornya, "kami masih defisit tahun ini Rp 3 juta. Dulu pernah defisit Rp 8 juta." Pihak yayasannya mencari uang dengan investasi di berbagai perusahaan. Apa boleh buat, pendidikan memang mahal. Perguruan tinggi negeri pun memerlukan biaya tinggi. "Mahasiswa (PTN) hanya membayar sekitar 10% dari biaya kuliah seluruhnya," kata Prof. Dr. Doddy Tisna Amijaya, Dirjen Pendidikan Tinggi. Sisa 90% ditanggung pemerintah, tentu saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus