Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Galeri Pusat Kebudayaan di Bandung menggelar pameran bertajuk Default yang berlangsung 17-30 Agustus 2024. Mayoritas dari karya terbaru garapan 15 orang seniman muda yang ditampilkan pada pameran itu berupa lukisan dan gambar, selebihnya media campuran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut kurator galeri, Isa Perkasa, Default dalam ranah teknologi merujuk pada pengaturan awal yang ditetapkan pada sebuah perangkat atau sistem sebelum mengalami modifikasi atau penyesuaian. “Konsep ini diadaptasikan ke dalam konteks merefleksikan proses introspektif khususnya para seniman dalam menggali dan memahami identitas otentik saat ini,” ujarnya, Ahad 18 Agustus 2024.
Berbagai Ekspresi dalam Pameran Bertema Default
Ahmad Alighonyu mengekspresikan musik lewat seri karya lukisan akrilik pada kertas yang berjudul Tautan Harmoni. Sementara lukisan Acca Pardede terinspirasi dari cerita mitologi dan filsafat tentang hidup yang absurd. Adapun Anahiz lewat karya berjudul If I Were a Savior, mengangkat masalah penurunan moralitas anak muda lewat sapuan garis yang kasar serta pewarnaan yang kontras.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Isu gender menjadi tema lukisan berjudul Kalut dan Kalang karya AuraParamaratri. Sedangkan Fatih Jagad Raya lebih tertarik pada kemajuan teknologi yaitu kecerdasan buatan yang dikaitkan dengan agama. Pada gambar-gambarnya yang dicetak pada kanvas dengan judul Al Masih Artificial Intelligence Al Dajjal #1, misalnya, adegannya dibuat seperti pada lukisan pada dinding buatan Michaelangelo yang berjudul The Creation of Adam. Seniman menyoroti soal potensi kecerdasan buatan (AI) dalam menipu realitas serta peringatan tentang kaburnya batas antara kebenaran dan kepalsuan.
Adapun Hilal Najmi pada lukisan serinya yang berjudul (De)gradasi mengilustrasikan dualitas mengenai hubungan manusia dengan alam. Ada kerentanan manusia terhadap kekuatan alam, sementara di sisi lain muncul dampak destruktif aktivitas manusia terhadap alam. Senafas dengan isu itu, Karyana Tri Utama melukis tekstur bubble wrap atau bungkus plastik dengan gelembung udara dengan judul Potential Damage.
Seniman lain yang terlibat dalam pameran ini seperti Dhanil Reynaldi, Friski Jayantoro, Izdihar Arifkova, Matahari Partita Swara, Nando, Ramdhan Bams, Teguh I Pangestu, dan Washfa Fadilla. Sebagian di antaranya mengangkat tema personal, konflik sosial, hingga masalah narkoba. Pameran ini menurut Isa mengundang pengunjung untuk melihat kembali atau memulai ulang untuk memahami diri sendiri dan dunia sekitarnya.