Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The Little Prince
Sutradara: Mark Osborne
Penulis skenario: Irena Brignull, Bob Persichetti
Pengisi suara: Jeff Bridges, Rachel McAdams, James Franco, Mackenzie Foy
ANTOINE de Saint-Exupery membiarkan akhir The Little Prince (Le Petit Prince) menggantung. Ia hanya mengisahkan Pangeran Kecil kembali ke planet asalnya dan meninggalkan Penerbang dalam duka. Mereka sebelumnya menghabiskan waktu bersama di gurun pasir setelah pesawat Penerbang mengalami kecelakaan. Saat memperbaiki pesawat, Penerbang didatangi Pangeran Kecil, yang mengaku berasal dari Asteroid B-612 dan minta dibikinkan gambar domba dalam kardus berlubang.
Pertemuan dengan Pangeran Kecil ini menyentuh hati Penerbang sedemikian rupa. Pemikiran polos Pangeran Kecil menyadarkan si Penerbang bahwa ia telah terjebak dalam dunia orang dewasa yang mekanis. Setelah kepergian Pangeran Kecil, Penerbang memandangi langit dan mendengar bintang berbunyi seperti 500 juta lonceng emas karena teman kecilnya itu sedang tertawa bahagia di salah satu sudut langit. Itulah akhir cerita di buku.
Kini kisah itu dilanjutkan di film. Sutradara Mark Osborne (Kung Fu Panda) mengadaptasi buku Pangeran Kecil yang terbit pada 1943 itu ke layar lebar dengan tambahan cerita baru. Osborne menggandeng penulis skenario Irena Brignull dan Bob Persichetti untuk melakukan tugas sulit itu. Karya Saint-Exupery memang terlalu singkat dan abstrak bila diterjemahkan bulat-bulat menjadi film. Sentuhan aktual pun ditambahkan.
Seperti dalam buku, tokoh utama film The Little Prince tak bernama. Sebut saja ada Gadis Kecil (Mackenzie Foy) berusia 9 tahun yang dipaksa memenuhi rencana hidup yang dirancang ibunya (Rachel McAdams). Gadis Kecil ditargetkan masuk sekolah bergengsi dan harus mematuhi jadwal harian yang diatur sedemikian rinci.
Saat pindah rumah, Gadis Kecil ternyata bertetangga dengan seorang pria tua nyentrik (Jeff Bridges). Ia adalah Penerbang yang sudah beruban dan berjenggot tebal, tapi masih berusaha memperbaiki pesawat tua di halaman belakang rumahnya demi bersua dengan Pangeran Kecil. Penerbang memberikan lembaran kertas berisi cerita pertemuannya dengan Pangeran Kecil, lengkap dengan gambar-gambar berwarna, kepada tetangga barunya itu. Gadis Kecil pelan-pelan melanggar jadwal hariannya untuk bermain di rumah Penerbang dan mendengarkan kelanjutan kisah Pangeran Kecil.
Suatu hari, si Penerbang jatuh sakit. Gadis Kecil mengambil alih proses perbaikan pesawat dan berhasil menerbangkannya menuju jagat raya tempat Pangeran Kecil berasal. Bersama sebuah boneka rubah--yang dulu juga menjadi kawan Pangeran Kecil--ia menembus langit dan tiba di sebuah planet yang hanya berisi gedung pencakar langit dan orang-orang yang bekerja tergesa-gesa.
Di puncak gedung tertinggi, Gadis Kecil melihat seorang lelaki berambut emas dan berbaju hijau, mirip Pangeran Kecil yang digambar Penerbang di dalam bukunya. Ternyata lelaki itu benar Pangeran Kecil. Tapi, uh oh, dia telah berubah menjadi Tuan Prince yang sibuk dengan pekerjaan. Saat didekati Gadis Kecil, ia berkata, "Kau membuat produktivitasku turun." Seperti seorang dewasa!
Tak bisa tidak, misi Gadis Kecil kini adalah mengembalikan Tuan Prince menjadi dirinya yang dulu, seorang anak yang jatuh cinta pada sekuntum mawar dan berteman dengan seekor rubah. Seorang anak yang percaya bahwa apa yang paling penting tak terlihat oleh mata.
Hal terbaik dalam film ini adalah animasinya yang memikat. Direktur artistik Corinne Merrell dengan apik menggabungkan dua teknik animasi untuk membedakan adegan pada masa Gadis Kecil dan saat flashback pada masa Penerbang beserta Pangeran Kecil di gurun pasir. Teknik stop motion dengan sobekan kertas yang digunakan pada adegan flashback sangat unik dan dengan sempurna menghidupkan ilustrasi sederhana Saint-Exupery dalam buku aslinya.
Sayang, pesan yang disampaikan dalam film ini tak sekuat bukunya. Memang ada sindiran terhadap orang dewasa yang memaksakan prestasi akademis sebagai standar keberhasilan anak. Namun yang membuat buku The Little Prince masih laku sebanyak dua juta kopi tiap tahun hingga saat ini adalah nilai tentang relasi kemanusiaan dan bagaimana menghadapi kehilangan yang gaungnya melampaui zaman. Nilai itu tak terungkap dalam film ini.
Pertanyaan sederhana yang dilontarkan Pangeran Kecil dalam bukunya kerap memancing kita merenung. Sementara itu, Gadis Kecil belum mampu menyentil kita karena terlalu sibuk dengan misinya. Pangeran Kecil? Ah, dia telanjur terjebak dewasa dan lupa kepada domba, rubah, bahkan mawar kesayangannya.
Moyang Kasih Dewimerdeka
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo