Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Parodi-parodi Jangan Bikin Malu

Film parodi politik disuguhkan di situs Jangan Bikin Malu 2009. Ajakan agar peka politik dan tidak golput.

6 April 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pria berkemeja cokelat itu sampai menyebut tujuh nama partai untuk didaftarkan di kantor pemilihan umum. Tapi terlambat, semuanya sudah ada yang punya: dari Partai Pembangkitan Bangsa, Partai Pembangkitan Keadilan, Partai Pembangkitan Keadilan Bangsa, Partai Keadilan Pembangkitan Bintang Bangsa… hingga Partai Bintang Perjuangan Kebangkitan Kemakmuran Kesejahteraan Keadilan Bangsa.

Keningnya berkerut. Matanya bingung. Ia nyaris putus asa karena, sampai kantor pendaftaran menjelang tu­tup, nama partai belum ditetapkan. ”Terus bagaimana, dong? Saya kan harus mengadakan konferensi pers besok! Bapak harus bantu saya,” ujarnya dengan nada tinggi logat Sumatera. Sang petugas yang berkacamata tebal menawarkan sebuah nama.

Deklarasi pun akhirnya dilakukan­ oleh pria yang diperankan Tio Pa­ku­sadewo itu: ”Maka, pada hari ini saya luncurkan sebuah partai baru untuk mewakili seluruh aspirasi rakyat Indonesia. Partai tersebut kami namakan Gerakan Membela Tanah Air Indonesia atau disingkat Partai Gembeltai.”

Ups! Terdengar jorok? Mungkin. Tapi begitulah parodi politik yang bisa disaksikan di janganbikinmalu2009.com. Ini situs yang digagas Mirwan Suwarso dan Amien Krisna sekitar enam pekan lalu dan kini diklaim telah dikun­jungi­ sekitar dua juta orang. Khusus untuk film parodi, pengunjungnya mencapai belasan ribu orang.

Mirwan ingin mengajak masyarakat agar peka mengamati politik tapi juga tidak menjadi golput. ”Jangan asal terima apa kata yang diberikan,” kata suami artis Nova Eliza ini. Begitulah antara lain yang ia tuangkan dalam pa­rodi politik berjudul Iklan Gembeltai, dibawakan oleh artis Happy Salma. Selama sekitar satu menit, Happy tampil berusaha meyakinkan publik bahwa pilihan partai yang tepat adalah Gembeltai.

Mengenakan gaun merah berkerah victoria, ia mengusung slogan partai: ”Kesejahteraanmu adalah bualanku.” Sekali ia tampak merokok dan membuang receh. ”Nih, buat beli makan!” Lantas berteriak, ”Oleh karena itu, pilih­lah partai yang bisa dipercaya, pemimpin yang bukan hanya mengumbar janji tetapi juga mampu menghilangkan barang bukti.”

Di video lain, digambarkan suasana rapat Partai Gembeltai. Ketua dan anggota partai (diperankan oleh Tio dan kru film layar lebar lainnya) sedang membahas langkah-langkah setelah lolos pemilihan legislatif. Mengatas­namakan kesejahteraan rakyat, program disusun agar dana besar diperoleh, antara lain program pendidikan: sekolah dibangun dengan bahan bangunan bekas dan dana beasiswa dikorupsi.

Sosok pejabat Dewan Perwakilan Rakyat yang rawan korupsi pun muncul dalam film berdurasi dua menit. Duduk di dalam mobil berjok kulit mengkilap, wakil rakyat yang baru menjabat enam bulan itu disodori proyek meng­ada-ada. Agar dana tak mubazir, ide studi banding ke luar negeri, pengadaan netbook, dan perbaikan jalan pun terlontar karena kebetulan mobilnya melintasi jalanan berlubang.

Sejauh ini, parodi yang berkaitan dengan pemilu di situs itu ada tujuh macam, sedangkan yang satu lagi adalah saduran iklan Partai Keadilan Sejahtera. Terdiri atas karya Mirwan, Erlangga Gunawan, dan Saykoji. Rencananya, menurut Mirwan, ada 5-6 parodi lagi. ”Tapi dikeluarinnya satu-satu,” katanya. Dia mengaku kini sejumlah artis mengontaknya untuk diikutsertakan.

Pada video animasi karya Erlangga, berjudul Presidential Wrestling Watch, diceritakan delapan calon presiden bertarung gulat. Mereka adalah Susilo ­Yamyam Budhoyono, Jusuf Kalee, Gigawati, Sultan Henohenomoheji, Pak Bowo, Supriyoso, Hiwahid Nur Dayat, dan DjisamsoeDin. Tapi tak satu pun berhasil. Pemenangnya justru SAPI, singkatan dari Satrio Piningit. Sayangnya, ia tidak mau menjadi presiden, cukup menjadi animator saja. ”Daaag...!” ujar pria bertopeng dan berjubah merah ini meninggalkan ring.

Parodi lain didesain Saykoji dengan menampilkan konser­ grup Ras Muhamad sa­at me­nembangkan Se­sung­guhnya yang berirama reggae­. Ras menciptakan lagu ini sepulang dari Eropa, terinspirasi­ oleh perge­rakan musik Senegal yang mampu menggo­yang presiden yang sudah menjabat puluhan tahun dengan satu partai. Kepa­da Tempo yang menghu­bunginya Kamis pekan lalu, Ras mengaku peduli­ sebagai anak muda terhadap situasi pemilu. ”Sebe­narnya apa, perubahan untuk rakyat atau partai,” katanya.

Martha Warta Silaban

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus