Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Parodi Sebuah Perkawinan

Film komedi tentang perkawinan dan kerepotan yang melanda seluruh keluarga. Ringan dan penuh sindiran dan sangat cocok ditonton keluarga Indonesia.

12 Januari 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

My Big Fat Greek Wedding Pemain : Nia Vardalos, John Corbett, Michael Constantine Sutradara : Joel Zwick Produksi : Playtone Picture (2002)

APA tujuan hidup seorang wanita? Tanyakan itu kepada Gus Portokalos (Michael Constantine). Jawaban dari pria Yunani itu cuma satu: menikah. Untuk apa seorang gadis disekolahkan? "Supaya kelak bisa menulis surat kepada calon mertua." Ayah seperti itulah yang membesarkan Toula Portokalos (Nia Vardalos), gadis 30 tahun, belum menikah, dan setiap hari harus tebal kuping dengan bombardir pertanyaan, "Mengapa kamu belum menikah?"

Itu bukan keinginan Toula. Gadis yang sehari-hari bekerja di restoran Dancing Zorba milik orang tuanya ini masih ingin melanjutkan sekolah, bergaul, dan tak mau terperangkap pada siklus hidup "ideal" wanita Yunani: menikah, memproduksi bayi sebanyak-banyaknya, dan menyediakan makanan untuk seluruh keluarga hingga akhir hayat.

Apa boleh buat, hidup seorang Toula tak seratus persen miliknya. Ada ayah, ibu, nenek, tante, om, sepupu, dan aneka rupa saudara yang juga "berhak" menentukan jalan hidupnya. Termasuk soal pasangan hidup. Penilaian soal bibit, bebet, bobot sang calon terbukti tak cuma monopoli keluarga Jawa. Dan ketika Toula menjalin kasih dengan Ian Miller (John Corbett), beranglah seluruh keluarga. Gadis Yunani tak seharusnya menikahi xeno (orang asing). Bukan Yunani, bukan pula Kristen Ortodoks. "Cobaan apa yang menimpa keluarga ini?" demikian sang ayah mengeluh.

Begitulah. Komedi romantis ini bergulir di seputar anggota keluarga besar yang mau terlibat dalam proses pernikahan. Sepasang orang yang akan menikah, puluhan orang ikut campur menentukan ini dan itu. Belum lagi tuntutan adat yang mesti dijalani, meski kadang menjemukan dan bahkan menggelikan.

Merekam kisah perkawinan dalam sebuah keluarga besar adalah tema yang menarik sekaligus rumit dalam sebuah film. Sebuah kamera harus mampu merekam begitu banyak kejadian, cerita dan subcerita sekaligus, di dalam satu kali shot. Pesta perkawinan adalah sebuah momen sosial yang memuat begitu banyak persoalan individual.

Itulah sebabnya begitu banyak sutradara dunia memilih drama pesta pernikahan menjadi film komedi romantis—karena riuh-rendahnya sebuah pesta besar melibatkan banyak cerita lucu dan pedih tentang hubungan keluarga.

Pada 1997, sutradara Teguh Karya (almarhum) bahkan sengaja membangun sebuah suasana perkawinan dalam film televisi Perkawinan Siti Zubaedah agar hiruk-pikuk pesta keluarga itu terasa realistis.

Film My Big Fat Greek Wedding karya Joel Zwick menyajikan urusan remeh-temeh seputar perkawinan itu dengan mulus. Ia berhasil menggambarkan figur ayah dan ibu kolot yang sangat memuja tanah leluhurnya, tante cerewet yang pandai memasak, dan 27 saudara sepupu yang selalu berisik setiap bertemu. Semua dilukiskan dalam bentuk komedi yang meriah dan menyenangkan.

Kisah perkawinan kolosal begini juga menjadi latar belakang film Four Weddings and a Funeral yang menampilkan Hugh Grant dan Andie MacDowell:empat perkawinan dengan segerombolan keluarga dan teman yang tak mau ketinggalan melibatkan diri dalam setiap perkawinan dan upacara kematian. Problematik cinta Grant dan MacDowell tak jadi luntur kendati film ini juga mengangkat persoalan-persoalan kecil para tokoh di sekitar keduanya. Perkawinan dalam film ini, meski diutarakan dengan humor, sesungguhnya suatu upaya keras manusia untuk berbahagia. Dan kemudian belakangan disadari bahwa betapa sulitnya "proyek persatuan" macam ini diselenggarakan tanpa dasar cinta yang kuat.

Film My Best Friend's Wedding yang dibintangi Julia Roberts dan Cameron Diaz juga memotret prosesi pernikahan dan serentetan persiapan yang melelahkan dalam lingkaran sebuah keluarga besar. Tanpa kehilangan fokus pada bintang utamanya, kedua film ini tetap berhasil merekam tingkah polah tokoh-tokoh pendukung yang di banyak adegan tampil memenuhi layar: intrik antara pasangan dan sahabat, para calon besan, sepupu, dan teman-teman.

Yang membuat My Big Fat Greek Wedding jauh lebih membumi bagi penonton Indonesia adalah kedekatannya dengan persoalan perkawinan dalam keluarga Indonesia. Kedekatan keluarga (close-knit family), campur tangan sanak saudara, upacara yang berkepanjangan, dan penentuan hari baik perkawinan Yunani pasti membuat keluarga Indonesia merasa dekat dengan persoalan film ini.

Andari Karina Anom

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus