Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LUKISAN abstrak karya Achmad Sadali tahun 1973 itu dipajang di mezanin Gedung Energi, Senayan, Jakarta Selatan, Rabu pekan lalu. Ratusan orang lalu-lalang mengamati detail dan keindahan karya pelukis yang dikenal sebagai pendiri mazhab Bandung itu. Lukisan koleksi Arifin Panigoro tersebut tidak setiap hari bisa dinikmati publik. Biasanya lukisan tersebut dipajang di ruang rapat di lantai 55 bersama ratusan koleksi seni milik pendiri Medco itu.
Tapi pekan lalu adalah pengecualian. Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung menggelar Pameran Seni Integrasi yang menampilkan tak kurang dari 43 karya seniman alumnus dari Fakultas Seni Rupa dan Desain. Karya seniman yang sudah mapan dari kampus itu, seperti Srihadi Soedarsono, Tisna Sanjaya, Sunaryo, I Nyoman Nuarta, dan Priyanto S., dipamerkan bersama karya seniman baru. Sebagian besar karya dalam pameran ini adalah milik para kolektor.
"Ini adalah rangkaian pemanasan dari sosialisasi perayaan 100 tahun ITB kepada para alumnus," kata Yani Panigoro saat pembukaan pameran. Perayaan 100 tahun ITB sendiri jatuh pada 2020. Rektor ITB Kadarsyah Suryadi menyebutkan keunikan ITB terletak pada empat pilar: sains, teknologi, humaniora, dan seni. Karena itu, karya-karya seniman ITB cenderung berintegrasi dengan tiga pilar lainnya.
Dalam pameran itu, kita bisa melihat karya desain dan seni praktis, seperti radio Fibo Gold karya Abdul Sobur. Radio itu dari tembaga berlapis pelat emas. Atau vas bunga dari resin marmer dan batang besi yang dilapisi tembaga karya Aurora Ayuningrum. Ada juga kursi malas dari rotan karya Imam Bukhari dan penutup lampu dinding melengkung dari bilah bambu.
Dari seni murni, ada lukisan penari Bali karya Srihadi, patung buku dari batu andesit karya Gabriel A. Setiadi, dan lukisan abstrak di atas kain sutra dari jahitan tangan karya John Martono. Dari sisi angkatan, karya yang ditampilkan cukup lebar rentangnya. Dari karya Achmad Sadali, alumnus angkatan 1953, hingga karya Pradnya Dewantara Wirata, angkatan 2013, yang sedang menuntaskan tugas akhir untuk lulus.
Karya Pradnya, Mikinah, merupakan lukisan realis yang menampilkan perempuan tua suku Dayak dengan keriput dan daun telinga memanjang. Karya yang dilukis pada 2015 itu sangat hidup. Dari berbagai sudut, Pradnya mampu menghidupkan lukisan itu lewat ekspresi dan mata.
Karya-karya dalam pameran ini jelas belum sepenuhnya mewakili karya alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB. Ada banyak seniman kontemporer yang mencuri perhatian yang justru tidak memamerkan karyanya dalam pameran. Misalnya Syaiful Garibaldi, alumnus angkatan 2005 yang berfokus pada karya BioArt, serta Bagus Pandega, angkatan 2004, yang pada pameran tunggal terakhirnya mampu menggabungkan aspek gerak mekanis, cahaya, dan suara dalam seni rupa.
Diharapkan nanti pada momen sebenarnya ,betul-betul pameran ini bisa mengejutkan. Tak sekedarnya. Imam Santosa, dosen pascasarjana desain, menyebutkan bahwa pameran karya alumnus Fakultas Seni Rupa dan Desain yang sesungguhnya akan digelar pada September tahun ini bersamaan dengan perayaan 70 tahun Fakultas. "Pada tahun ini, QS World Ranking, badan pemeringkat universitas dunia jugamenempatkan Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB di peringkat ke-50 fakultas seni rupa dan desain terbaik dunia," ucap Rektor ITB Kadarsyah Suryadi. Apalagi dengan embel-embel itu.
Amandra M. Megarani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo