BRUBAKER
Sutradara: Stuart Rosenberg
Skenario: W.D. Richter
Pemain: Robert Redford, Jane Alexander
BRUBAKER (Robert Redford) -- yang ditunjuk oleh gubernur negara
bagian jadi kepala penjara baru menyelundupkan diri sebagai
narapidana. Dalam beberapa hari saja, ia bisa merasakan sendiri
kekejaman dan permainan kotor yang berlangsung selama ini di
situ -- di bawah pimpinan kepala penjara yang akan
digantikannya.
Pergantian pimpinan itu sendiri berlangsung bagaikan sebuah
kudeta. Sesudah berhasil mengatasi amukan seorang napi Negro
yang membekuk dan menyandera seorang sipir -- dengan tuntutan
supaya selnya diberi jendela dan dindingnya dicat dengan warna
kesukaannya -- Brubaker mengambil-alih kekuasaan. Kepala penjara
yang lama diusirnya dan beberapa pembantunya dinon-aktifkannya.
Para napi kelas berat yang dikurung dalam sel tanpa cahaya
diberinya tambahan waktu menghirup udara bebas dan sinar
matahari. Pencambukan ditiadakannya. Mutu makanan diperbaikinya.
Skandal korupsi dan penyalahgunaan wewenang juga dibersihkannya.
Pendeknya, para napi diberinya kebebasan lebih besar dan
diperlakukannya secara lebih wajar. Tak cuma itu. Brubaker pun
melancarkan program pertanian untuk kemakmuran bersama.
Sebelumnya mereka dipekerjakan pada perusahaan penggergajian
kayu, bagaikan budak belian, untuk kepentingan pribadi para
algojonya.
Hasil programnya menakjubkan. Produksi gandum berlimpah dan
memberikan keuntungan besar pada pemerintah negara bagian.
Keuntungan itu memang diterima gubernur, tapi sistem yang
diterapkan ahli hukum muda itu sangat tak disetujui. Juga
dikecam oleh para kepala penjara lainnya.
Film ini memang mempertanyakan kembali sistem pengelolaan
penjara, sembari menawarkan kemungkinan lain yang lebih efisien.
Tokoh Brubaker, yang dingin, cerdas serta tak terduga -- tapi
teguh -- bagai figur yang tak terelakkan kehadirannya di masa
kini. Namun akhirnya, Brubaker digulingkan. Atas kehendak
gubernur, ia diganti orang lain tanpa sepengetahuannya -- yang
akan menjalankan pola lama yang keras. Tak pelak lagi, bagi para
napi, Brubaker adalah pahlawan. Mereka mengiringi kepergiannya
dengan tepukan tangan serempak, satu-satu. Menyesakkan.
Berbeda dengan film lain tentang penjara seperti Midnight
Express, Escape from Alcatraz -- yang lebih menonjolkan segi
kekerasannya -- kali ini ia lebih merangsang suatu diskusi. Bisa
jadi itu hanya impian ahli hukum yang sok moralis. Sebab, jika
para bandit bisa hidup enak dalam penjara, bekerja dan
berpenghasilan, bagaimana dengan jutaan 'orang baik-baik' yang
menganggur?
Yudhistira A.N.M. Massardi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini