Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berita Tempo Plus

Gambuh Masutasoma: Ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan Gambuh

Pentas tari Masutasoma karya Ida Ayu Wayan Arya Satyani. Kisah ajaran “Manunggaling Kawula Gusti” tokoh Sang Sutasoma.

28 April 2024 | 00.00 WIB

Pentas Dayu Ani berjudul Gambuh Masutasoma di Budakeling, Bali, 6 April 2024. Dok. Made Gunarta/Dwipa Bagus
Perbesar
Pentas Dayu Ani berjudul Gambuh Masutasoma di Budakeling, Bali, 6 April 2024. Dok. Made Gunarta/Dwipa Bagus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Pentas tari gambuh Masutasoma yang mengisahkan ajaran “Manunggaling Kawula Gusti” tokoh Sang Sutasoma.

  • Cerita Sutasoma lebih dari sekadar pengetahuan: Sang Sutasoma hadir “hingga” kini sebagai panutan kaumnya secara turun-temurun.

  • Gambuh dikenal sebagai induk tarian Bali. Versi paling utuh konon justru berasal dari Budakeling, desa asal keluarga Dayu Ani.

JUDUL PEMENTASANNYA memanggil kenangan: Gambuh Masutasoma. Ber-Sutasoma dengan gambuh. Itulah pementasan yang digelar Ida Ayu Wayan Arya Satyani, yang lebih dikenal sebagai Dayu Ani, di Budakeling, di timur Pulau Bali, 6 April 2024—pojok timur yang selama dua jam menjadi pusat simbolis napas ke-Indonesia-an pada bangsa ini. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Artikel ini ditulis oleh Jean Couteau, pengamat seni budaya. Di edisi cetak, artikel ini berjudul "Ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan Gambuh".

Jean Couteau

Penulis budaya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus